Izzati Qurrotul A’yun, S.Pd
SMPN 2 Wuluhan
izzatiayun@gmail.com
Baru baru ini kita telah mendengar berita viral tentang seorang guru yang mengalami cidera cukup berat dikarenakan kekerasan yang dilakukan oleh salah satu siswanya. Guru tersebut diserang dengan senjata tajam di dalam kelas di depan siswa-siswi yang lain dengan alasan tidak puas dengan nilai yang diberikan oleh gurunya. Di sekolah lain, ada juga seorang guru yang ditantang berkelahi oleh siswanya karena tidak terima diingatkan untuk berpakaian seragam yang rapi. Dua kejadian ini menjadi pengingat bahwa saat ini para guru tidak hanya menghadapi tantangan dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran,tetapi juga menghadapi ancaman kekerasan.
Kejadian kekerasan yang dialami oleh beberapa guru membawa dampak negatif tidak hanya bagi guru bersangkutan, namun juga bagi guru-guru yang lainnya. Dampak ini bisa berupa rasa takut dan cemas akan adanya potensi kekerasan yang terjadi di sekolah tempat mereka mengajar. Hal ini tentu saja menimbulkan rasa ketidakamanan di lingkungan sekolah yang kemudian bisa berpengaruh pada kualitas pengajaran.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Agustina dalam Jurnal Pendidikan Sosiologi Universitas Pendidikan Ganesha Volume 4 Nomor 3 Tahun 2022, ada beberapa faktor penyebab terjadinya kekerasan di sekolah, dan faktor yang paling utama adalah faktor lingkungan. Dalam faktor lingkungan, baik lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga sama sama bisa menjadi penyebab siswa melakukan tindakan kekerasan. Lingkungan keluarga yang disfungsional atau penuh konflik dapat berdampak pada kesejahteraan psikologis anggota keluarga, termasuk anak-anak. Hal ini dapat menciptakan kondisi yang tidak sehat untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka yang kemudian seringkali tercermin dalam perilaku siswa yang agresif. Di sisi lain, faktor lingkungan sekolah yang tidak mendukung atau tidak aman juga dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan terhadap guru. Baik kurangnya pengawasan keamanan di sekolah maupun budaya sekolah yang kurang mendukung atau bahkan mengabaikan perlindungan dan hak-hak guru sehingga memicu konflik antara guru dan siswa. Selain itu, kebijakan sekolah yang lemah dalam menangani insiden kekerasan juga dapat menciptakan lingkungan di mana kekerasan terhadap guru dapat berkembang.
Untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap guru terjadi kembali, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Hal pertama adalah penguatan lingkungan sekolah. Di sekolah perlu adanya pemantauan keamanan yang efektif, kebijakan anti-kekerasan yang jelas, serta terciptanya budaya sekolah yang menghormati guru. Selain itu, perlu adanya pelatihan untuk guru yang difokuskan pada keterampilan dalam mengelola konflik, menghadapi siswa yang bermasalah, dan mengidentifikasi adanya tanda-tanda kekerasan yang muncul. Keterampilan ini penting untuk dimiliki agar guru mampu merespon situasi sulit yang muncul dengan tenang dan efektif. Hal lain yang tidak kalah penting adalah pelibatan orang tua dalam pemecahan masalah kekerasan di sekolah. Bagaimanapun juga orang tua harus terlibat dalam mendidik anak-anak mereka tentang pentingnya berperilaku yang baik dimanapun, kapanpun, dan kepada siapapun.
Pencegahan kekerasan terhadap guru di sekolah memiliki peran kunci dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan kondusif. Keamanan guru adalah prasyarat keberlangsungan proses pembelajaran yang berkualitas. Sementara kekerasan dapat merusak kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru. Oleh karena itu, pencegahan kekerasan siswa terhadap guru harus menjadi prioritas bagi sekolah dan pihak berwenang untuk memastikan pendidikan yang berkualitas dan lingkungan sekolah yang aman.