Latip Rahman, S.Pd.
SDN Cengal IV
southlatif@gmail.com
Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi siswa. Setiap hari siswa pergi ke sekolah adalah untuk belajar. Tak jarang mindset banyak orang berasumsi belajar itu hanya dilakukan di dalam kelas. Padahal belajar bisa dilakukan dimana saja termasuk di alam sekitar sekolah atau tempat tinggal siswa. Itulah yang akan kita bahas dalam artikel ini serta memadukannya dengan kearifan lokal.
Di era kurikulum Merdeka yang sedang dijalankan saat ini. Ada yang Namanya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Yaitu kegiatan kokurikuler untuk menguatkan Profil Pelajar Pancasila .Di SDN Cengal IV Kecamatan Maja pada semester I Tahun Ajaran 2023/2024 mengangkat tema kearifan lokal. Kearifan lokal diambil dengan memperhatikan kodrat keadaan siswa dimana sekolah terletak di alam pedesaan. Sehingga dengan mengangkat kearifan lokal dalam P5 akan mendorong siswa untuk belajar diluar kelas atau belajar di alam secara kontekstual dan konkret.
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, saya akan menjelaskan pemaduan pembelajaran dengan kearifan lokal di lingkungan dimana siswa saya tinggal. Siswa tinggal di lingkungan yang mayoritas orang tuanya berprofesi sebagai petani dan pekebun. Yang dihasilkan dari Perkebunan adalah gula aren/kawung. Gula Aren hampir menjadi hal yang tidak asing bagi siswa di sekolah saya karena orang tua mereka sering menyadap (mengambil) air aren/kawung dari pohonnya.
Dengan memadukan pembelajaran dengan kearifan lokal di lingkungan siswa maka akan terbangun pembelajaran yang kontekstual dan konkret. Kontekstual dalam artian pembelajaran akan mengaitkan langsung dengan dunia nyata siswa. Dalam P5 di SDN Cengal IV yang mengangkat tema kearifan lokal membawa siswa untuk melihat langsung produksi gula aren. Dan ini sesuai dengan prinsip-prinsip P5 yaitu holistik, kontekstual, berpusat pada peserta didik, dan eksploratif.
Pembelajaran pun akan semakin konkret karena siswa diajak langsung melihat produksi gula aren/kawung. Siswa mengenal tahapan demi tahapan pembuatan gula aren/kawung. Siswa akan disugguhkan pengalaman nyata melihat langsung meskipun tidak mempraktikannya secara langsung. Dikarenakan pada tahapan fase B (kelas 3 dan 4) tema kearifan lokal difokuskan untuk mengumpulkan berbagai warisan budaya (intangible heritage) yang membawa pesan-pesan moral yang masih relevan dengan masa sekarang. Selain itu dalam buku Perkembangan & Pertumbuhan Peserta Didik karya Dr. H. Sutrina, M.Pd. pada tahap perkembangan kognitif menurut Piaget dimana 7-11 tahun masuk dalam operasi konkret.
Siswa mengalami langsung seluruh alur kegiatan P5 yang dilakukan dan dikhususkan kegiatannya setiap hari sabtu ini. Dari pertemuan pertama (temukan) yaitu kegiatan mencari tahu sejarah gula aren sampai dengan pertemuan terakhir (bagikan) yaitu proses tindak lanjut. Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang diambil adalah Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia, Bergotong Royong, dan Bernalar Kritis. Dengan harapan pembelajaran I2M3 (inspiratif, interaktif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi) dapat tercapai dalam kegiatan ini.
Nah, dari penjelasan singkat yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang kontekstual dan konkret akan berdampak pada pembelajaran yang bermakna. Dikarenakan pada tahap perkembangan kognitif pada usia 7-11 merupakan tahap operasi konkret. Dimana pada tahapan ini siswa belum mampu berpikir abstrak. Itu yang mendasari kegiatan P5 di SDN Cengal yang memadukan antara pembelajaran yang kontekstual dan konkret dengan kearifan lokal setempat.