logo-color

Publikasi
Artikel Populer

AREN: POHON KAYA MANFAAT

Ir. Indriyanto, M.P.

Ir. Indriyanto, M.P.

Universitas Lampung
indriyanto.1962@fp.unila.ac.id

Aren merupakan nama pohon yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena penyebarannya hampir terdapat di seluruh wilayah Nusantara.  Pohon aren adalah salah satu dari tumbuhan anggota keluarga Palmae, juga merupakan tumbuhan asli Indonesia, Malaysia, Filipina, Myanmar, Papua Nugini, dan India.  Daerah tempat tumbuh pohon aren adalah pada daerah dengan ketinggian tempat 500—1.200 m dari permukaan laut, temperatur udara 19—27o C, dan curah hujan 1.200—3.500 mm/tahun.

Sedikit sekali masyarakat yang sengaja membudidayakan aren disebabkan pohon aren yang tumbuh liar di alam cukup banyak.  Hampir di setiap daerah yang berupa hutan atau kebun, terdapat pohon aren yang hidup dan tumbuh liar.  Selagi terdapat pohon induk aren, maka pohon ini mudah menyebar dan tumbuh secara alamiah dengan perantara penyebaran berupa binatang liar seperti musang sawit, babi hutan, kera tonkean, dan orangutan, sehingga tempat-tempat yang menjadi wilayah jelajah binatang ini memungkinkan menjadi wilayah penyebaran pohon aren. 

(a)(b)
Gambar 1. Buah aren untuk sumber kolang-kaling (a), penyadapan nira pada bunga jantan (b) (Dokumen pribadi).

Sesungguhnya, pohon aren mempunyai banyak manfaat bagi lingkungan maupun bagi kehidupan manusia.  Manfaat pohon aren bagi lingkungan antara lain untuk konservasi tanah dan air, mencegah longsor dan erosi tanah, mereduksi bahan pencemar/polutan melalui proses fitoremediasi, serta menjadi pendukung kondisi habitat satwa/hewan liar.  Manfaat pohon aren bagi manusia juga sangat banyak. Akan tetapi sepengetahuan masyarakat masih terbatas pada hasil nira untuk gula cetak serta kolang-kaling sebagai makanan.  Padahal hampir semua bagian tubuh tumbuhan ini bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, sehingga pohon aren dijuluki “pohon multi guna” atau “pohon kaya manfaat”. 

Hasil-hasil dari pohon aren yang dimanfaatkan dengan baik bisa memberikan keuntungan finansial, sehingga memiliki peluang untuk meningkatkan  perekonomian masyarakat, terutama masyarakat tepian yang hidup di sekitar hutan.  Hasil utama dari pohon aren adalah nira aren.  Nira aren dihasilkan melalui penyadapan tangkai tandan bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina.  Pohon aren mulai berbunga pada umur 8 tahun atau 12 tahun.  Sebaiknya yang disadap niranya adalah bunga jantan, sedangkan bunga betina dibiarkan menghasilkan buah agar bisa dipanen buahnya oleh manusia dan menjadi sumber makanan binatang liar, serta menjadi bahan untuk perbanyakan tanaman. 

Nira aren yang dihasilkan dari pohon aren, bisa langsung dikonsumsi untuk minuman segar.  Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya percepatan fermentasi nira selama penyadapan, tidak diperkenankan menggunakan bahan kimia dari industri kimia.  Fermentasi nira selama proses penyadapan dapat dicegah dengan menggunakan cairan kapur tohor atau kapur sirih ditambah dengan kulit kayu nangka atau kayu manggis, lalu dimasukkan dalam jirigen/wadah penampung nira.  Dengan demikian, nira aren yang dihasilkan tidak mudah rusak, tetap berkualitas, dan layak konsumsi bagi kesehatan.  Selain langsung bisa diminum segar, nira aren juga bisa diolah menjadi gula (gula cetak, gula kristal, gula semut), sirup aren atau tengguli, nata pinnata, cuka, dan dibuat bioethanol melalui proses fermentasi untuk sumber energi terbarukan.  Industri gula cetak merupakan industri yang paling banyak digeluti oleh masyarakat sekitar hutan karena proses pembuatannya mudah dan konsumen terdekatnya paling banyak.

 Gambar 2. Pembuatan gula cetak di salah satu industri rumah tangga (Dokumen pribadi).

Buah aren dihasilkan dari bunga betina.  Buah yang masih muda disebut kolang-kaling dan memiliki manfaat luar biasa sebagai sumber pangan manusia dan obat tradisional.  Kolang-kaling mengandung banyak gizi, baik berupa vitamin maupun mineral, misalnya vitamin A, vitamin B, kalium, fosfat, zat besi, zink, dan lain-lain, sehingga makan kolang-kaling dapat membantu memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral dalam tubuh.  Selain itu, kandungan serat pada kolang-kaling cukup tinggi, sehingga berkhasiat untuk mengobati gangguan pencernakan pada manusia. 

Mengonsumsi kolang-kaling sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia, terutama pada bulan Ramadhan.  Pada umumnya masyarakat memanfaatkan kolang-kaling dalam bentuk makanan manisan dan sebagai campuran minuman es.  Proses pembuatan manisan kolang-kaling sangat mudah.  Namun, edukasi terhadap masyarakat sangat diperlukan terkait penggunaan pemanis alami (gula pasir) dan pewarna alami makanan dalam pembuatan manisan kolang-kaling agar menjadi makanan yang sehat dan bermutu. 

Daun aren juga sangat bermanfaat, misalnya untuk pembungkus gula cetak, pembungkus aneka kue tradisional, dan pembungkus buah durian.  Masyarakat di sekitar hutan menggunakan daun aren untuk atap rumah/pondok.  Tulang daun aren dinamakan lidi dapat dimanfaatkan untuk sapu lidi dan aneka kerajinan anyaman lidi.

Pada batang pohon aren diselimuti serat kasar yang keras karena mengandung zat kayu (lignin) dan berwarna hitam disebut ijuk.  Ijuk ini berguna sebagai bahan sapu ijuk, atap rumah dan bangunan lainnya, serta untuk saringan pada serapan septic tank.  Kemudian, batang aren mempunyai empulur (inti) yang mengandung pati.  Pati pada empulur batang aren dapat dimanfaatkan sebagai tepung aren.  Tepung aren bisa digunakan untuk bahan baku pembuatan mie, soun, dan cendol. 

Bagian pohon aren yang tidak kalah gunanya adalah akar.  Akar pohon aren mengandung beberapa zat kimia, misalnya flavonoid, alkaloid, steroid, tanin, saponin, antarkuinon, dan terpenoid.  Dengan kandungan zat kimia tersebut, maka ekstrak dari akar bermanfaat sebagai obat untuk menyembuhkan batu kandung kemih.  Selain itu, ekstrak akar pohon aren bisa digunakan untuk bahan baku insektisida nabati (bio-insecticide) sebagai bahan pengendali hama tanaman yang ramah lingkungan.

Mengingat banyak bagian tubuh pohon aren yang memberikan manfaat, maka masyarakat bisa mengembangkan berbagai usaha yang berbahan baku dari aren. Akan tetapi, pemungutan hasil dari pohon harus dilakukan dengan baik agar pohon aren bisa tetap terjaga kelestariannya.

 

Referensi

Dewi, I. K., Indriyanto, & Asmarahman, C.  (2022).  “Produksi nira aren di areal garapan

kelompok tani hutan Harapan Baru I dalam Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.”

Jurnal Wanamukti, 25(1): 26-35.

Indriyanto & Indriyanto, J. N. (2023). “The population and sap production of sugar palm at

the farmer’s cultivated area in Wan Abdul Rachman Grand Forest Park.” Quest

Journals: Journal of Research in Agriculture and Animal Science, 10(12): 18-28.

Lempang, M. (2012). “Pohon aren dan manfaat produksinya.” Info Teknis EBONI, 9(1):  

37-54.  

Lempang, M. (2017). “Produksi nata pinnata dari nira aren.” Info Teknis EBONI, 14(1): 23-33.

Putri, P. Y., Indriyanto, & Asmarahman, C.  (2022).  “Produksi gula aren cetak milik anggota

KTH Harapan Baru I di Kelurahan Batu Putuk, Kota Bandar Lampung.” MAKILA: Jurnal

Penelitian Kehutanan, 16(1): 20-30.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I