Nasrianty, S.Pd., M.Pd.
Universitas Patompo
nasriantyr@ymail.com
Dalam era kurikulum merdeka diberlakukan adanya pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran diferensiasi merupakan pembelajaran dimana siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing siswa sehingga siswa merasa tertarik dan termotivasi untuk belajar. Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa mempunyai sifat, karakter dan kesiapan belajar yang beragam. Walapun dalam jenjang usia yang setara tetapi masing-masing siswa memiliki ciri khas tersendiri dan memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada siswa yang memiliki kecenderungan pada satu ataupun memiliki beberapa gaya belajar tertentu. Menurut para ahli terdapat tiga gaya belajar yang dimiliki oleh siswa yaitu gaya belajar visual yang merupakan gaya belajar dengan menggunakan indera penglihatan, gaya belajar auditori dengan menggunakan indera pendengaran dan gaya belajar kinestetik dengan bergerak dan praktek. Dalam kurikulum merdeka, penerapan pembelajaran diferensiasi dilakukan agar dalam proses pembelajaran yang memiliki siswa yang beragam karakter, semua siswa bisa aktif mengikuti pembelajaran. Jangan sampai hanya sebagian siswa yang aktif belajar dikarenakan guru hanya menggunakan media pembelajaran tertentu yang hanya dapat diakomodasi oleh siswa yang memiliki gaya belajar tertentu. Misalkan seorang guru dalam kelas mengajar dengan menggunakan media gambar, dimana media ini hanya akan mengaktifkan dan menarik perhatian siswa yang memiliki gaya belajar visual, sehingga siswa yang gaya belajarnya auditori dan kinestetik kurang tertarik mengikuti pelajaran. Nah siswa yang gaya belajar secara auditori dan kinestetik akan terhambat dalam proses penyerapan materi pelajaran karena media yang digunakan tidak sesuai dengan gaya belajar yang mereka miliki. Nah oleh karena itu, seyogyanya sebagai guru harus pandai dalam memilih metode pembelajaran yang bisa mengaktifkan semua peserta didik walaupun memiliki siswa yang karakter gaya belajarnya berbeda-beda. Salah satu solusi untuk menghadapi siswa yang beragam gaya belajarnya didalam kelas yaitu dengan menerapkan model pembelajaran SAVI. Apa sih SAVI itu?
SAVI pertama kali dikenalkan oleh Dave Meier dalam bukunya yang berjudul The Accelerated Learning Handbook. SAVI adalah singkatan dari Somatis Auditori Visual Intelektual. Menurut Meier “Tubuh dan pikiran itu SATU”. Pembelajaran SAVI merupakan pembelajaran dengan menggabungkan gerakan fisik yang melibatkan semua panca indera dengan aktivitas intelektual. Somatis belajar dengan bergerak dan berbuat, Auditori belajar dengan berbicara dan mendengar, Visual belajar dengan mengamati dan menggambarkan, dan Intelektual belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Menurut Dr. Vernon A. Magnesen kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Jadi persentase penyerapan materi pelajaran dalam kegiatan proses belajar dengan aktivitas membaca saja atau mendengar saja informasi yang terserap hanya sebagian kecil dibandingkan dengan belajar dengan mengatakan sambil melakukan, informasi yang terserap sangat besar sekitar 90%. Jadi walaupun siswa memiliki kecenderungan gaya belajar tertentu, maka pelibatan pikiran dan semua panca indera itu akan lebih jauh efektif dibandingkan hanya menggunakan beberapa indera saja. Di dalam pembelajaran SAVI menggunakan berbagai metode strategi, media pembelajaran yang dapat mengaktifkan semua siswa yang memiliki gaya belajar berbeda, contohnya menggunakan media pembelajaran visual seperti gambar atau video, menggunakan media pembelajaran auditori dengan menggunakan rekaman suara atau diskusi kelompok, atau menggunakan media untuk pelajar kinestetik seperti demonstrasi atau eksperimen. Hal in dilakukan dalam satu model pembelajaran SAVI. Sintaks model pembelajaran SAVI terdiri atas 4 fase yaitu tahap persiapan (preparation), tahap tahap penyampaian (preparation), tahap pelatihan (practice), dan tahap penampilan hasil (performance). Tahap persiapan merupakan tahap penting yang tidak boleh diabaikan. Tahap ini menentukan proses belajar kedepannya, apabila siswa berminat dan bersemangat untuk memulai pembelajaran maka proses belajar akan berjalan lancar. Akan tetapi apabila pada tahap persiapan ini siswa diawali dengan tidak ada minat dan tidak bersemangat, maka siswa akan mengikuti pelajaran dengan acuh tak acuh, siswa hanya akan sekedar menggugurkan kewajiban sebagai siswa menghabiskan waktu pelajaran tanpa ikut terlibat didalamnya. Pada tahap ini mempersiapkan siswa untuk belajar dengan menumbuhkan semangat belajar, memberikan sugesti positif, dan menjelaskan tujuan yang jelas dan bermakna untuk apa kita belajar, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu. Tahap penyampaian yaitu membantu pembelajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik dan menyenangkan dengan melibatkan panca indera dan cocok untuk semua gaya belajar siswa. Membantu siswa untuk menemukan konten pembelajaran sesuai dengan minat dan gaya belajar mereka, misalkan siswa yang memiliki gaya belajar visual memperoleh materi dari gambar atau video, siswa yang memiliki gaya belajar auditori memperoleh materi dari rekaman atau diskusi, siswa yang gaya belajarnya kinestetik memperoleh materi dengan cara mempraktikkan. Tahap ketiga yaitu Tahap Pelatihan. Tahap ini membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dengan cara latihan yang disesuaikan dengan gaya belajar mereka. Pada tahap ini bisa dilakukan simulasi dunia-nyata, permainan atau kuis untuk pelajar kinestetik, presentasi materi dengan menggunakan visual untuk pelajar visual, dialog atau diskusi untuk pelajar auditori. Pada tahap terakhir yaitu tahap penampilan hasil. Tahap ini menampilkan produk pembelajaran sesuai dengan gaya belajar masing-masing siswa. Siswa pelajar auditori menampilkan produk dalam bentuk rekaman, pelajar visual menampilkan produk dalam bentuk gambar atau video, pelajar kinestetik menampilkan produk dalam bentuk proyek.
Jadi dalam pembelajaran berdiferensiasi diharapkan para pendidik menggunakan model pembelajaran SAVI yang menekankan pada perbedaan karakteristik gaya belajar siswa, sehingga diharapkan semua siswa dapat aktif dan belajar secara optimal dalam pembelajaran.