
BASUKI, S.Pd
SMP Negeri 1 Jepara
alyaraffibest09@gmail.com
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Nunuk Suryani, menyampaikan arahan terkait peran guru dan tenaga kependidikan dalam menciptakan pembelajaran berkualitas. Ia menegaskan bahwa Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar mendorong guru untuk menciptakan pembelajaran berkualitas sesuai kebutuhan pelajar dan kondisi satuan pendidikan.
“Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar dirancang sebagai alat bantu guru dalam transformasi pembelajaran. Berbahagialah para guru dan tenaga kependidikan di Indonesia, karena kurikulum ini memberikan tempat yang luas bagi para guru dan tenaga kependidikan untuk mengajar secara lebih kreatif dan inovatif,” ujarnya.
Kurikulum Merdeka Belajar dirancang supaya murid, guru, dan unit pendidikan dapat berinovasi dalam upaya menumbuhkan pembelajaran yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) Mandiri, (3) Bernalar kritis, (4) Kreatif, (5) Bergotong royong, (6) berkebinekaan global. Kurikulum Merdeka Belajar memiliki konsep dimana guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman serta fokus pada pengembangan kompetensi dan karakteristik peserta didik. Salah satu program intrakurikuler yang ada di Kurikulum Merdeka Belajar memuat mata pelajaran Matematika.
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses kegiatan guru dalam mengajarkan matematika kepada peserta didiknya, di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal guru dengan peserta didik serta antara peseta didik dengan peserta didik dalam mempelajari matematika. Melalui pembelajaran matematika, siswa diajarkan untuk berpikir kritis, analitis dalam memecahkan masalah kehidupan. Kemampuan berpikir kritis dan logis bermanfaat dalam berbagai situasi seperti mengambil keputusan penting, memecahkan masalah, dan membuat perencanaan.
Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada guru untuk mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa. Hal ini memberikan peluang yang besar untuk mengoptimalkan pembelajaran matematika. Berikut adalah beberapa tips untuk mengoptimalkan pembelajaran matematika melalui pendekatan kurikulum merdeka:
- Pemahaman Kebutuhan dan Minat Siswa
Pemahaman kebutuhan dan minat siswa merupakan hal yang penting dalam pembelajaran matematika, karena hal tersebut akan menentukan bagaimana pembelajaran matematika akan dirancang. Guru dapat melakukan penilaian awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa, minat siswa, serta gaya belajar siswa. Dengan memahami kebutuhan dan minat siswa, guru dapat merancang pembelajaran yang lebih tepat dan efektif.
Penilaian awal dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti tes, observasi, wawancara, atau angket. Tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Observasi dapat digunakan untuk mengamati perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung. Wawancara dapat dilakukan untuk menggali informasi tentang minat dan gaya belajar siswa. Angket dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari siswa secara lebih luas.
- Pendekatan yang Berpusat pada Siswa
Kurikulum Merdeka menekankan pada pendekatan yang berpusat pada siswa. Siswa baik secara mandiri atau berkolaborasi dengan temannya menjadi subjek pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Hal ini menciptakan suasana belajar yang aktif, menyenangkan dan secara mandiri berproses menemukan sendiri pengetahuannya.
Beberapa langkah guru dalam menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, seperti:
- Menggunakan metode pembelajaran bervariatif seperti: ceramah, diskusi, kelompok, game, sosio drama dan pembelajaran berbasis proyek.
- Memberikan ruang kepada siswa untuk berdiskusi dan berkolaborasi.
- Memberikan tugas-tugas yang memicu daya nalar kritis.
- Menciptakan lingkungan belajar yang bervariatif.
- Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks kehidupan. Penerapan pembelajaran kontekstual dilakukan dengan melibatkan siswa dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan kehidupannya. Sehingga siswa akan lebih memahami dan mengerti manfaat matematika dalam kesehariannya.
Beberapa Langkah guru dalam menerapkan pembelajaran kontekstual matematika, seperti:
- Menggunakan masalah nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
- Memberikan kesempatan kepada siswa menyelesaikan masalah matematika secara mandiri atau kolaborasi.
- Memfasilitasi siswa menghubungkan antara konsep matematika dengan masalah nyata.
- Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan murid dalam belajar yang berbeda meliputi kesiapan belajar, minat, potensi, atau gaya belajarnya. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi ada tiga yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.
Langkah-langkah guru dalam melakukan pembelajaran berdiferensiasi agar efektif antara lain:
- Menentukan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP).
- Memetakkan kebutuhan belajar murid seperti kesiapan belajar, minat, profil belajarnya.
- Memilih strategi dan alat penilaian yang tepat untuk digunakan.
- Memilih jenis kegiatan pembelajaran berdiferensiasi yaitu konten, proses, atau produk.
Beberapa contoh penerapan pembelajaran matematika melalui pendekatan kurikulum merdeka antara lain:
- Pada materi operasi hitung bilangan bulat, guru mengajak siswa melakukan game di aula atau ruang terbuka sekolah dimana masing masing siswa di beri angka secara acak yang sudah di persiapkan berupa bilangan bulat positif atau negatif tertentu. Angka di tulis pada kertas warna dan di tempel pada punggung masing-masing siswa.
Pada contoh ini, guru dapat mengaitkan materi operasi hitung dengan kegiatan yang menyenangkan yaitu game tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, dengan fasilitator guru, siswa bermain game. Misal instruksi guru “ silahkan beberapa siswa berkumpul sehingga jumlahnya adalah bilangan bulat positif” dan beberapa siswa akan berkelompok sesuai instruksi guru tersebut, begitu dilakukan beberapa kali sesuai instruksi guru. Dengan demikian diharap siswa dapat belajar operasi hitung dalam suasana yang menyenangkan.
- Pada materi aritmatika sosial, guru meminta siswa secara berkelompok membuat makanan atau minuman tertentu. Selanjutnya dari produk yang di hasilkan dilakukan kegiatan jual beli di lingkungan teman sekelas atau luar kelas secara terbatas di aula sekolah atau tempat tertentu di lingkungan sekolah
Pada contoh ini, guru dapat mengaitkan materi aritmatika sosial dengan kehidupan, yaitu dengan melakukan kegiatan jual beli diantara mereka . Siswa dengan membuat makanan atau minuman dapat belajar tentang harga beli atau modal, harga jual, untung atau rugi yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari hari.
- Pada materi skala dan peta, guru meminta siswa dalam kelompoknya melihat peta daerah tertentu. Siswa dapat menggunakan kegiatan ini untuk memahami konsep jarak peta, skala peta dan jarak sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari.
Pada contoh ini, guru dapat mengaitkan materi skala dan peta dengan kehidupan sehari-hari, yaitu dengan mengajak siswa untuk mengamati peta daerah untuk menentukan skala, jarak peta dan jarak sebenarnya. Sehingga siswa akan lebih memahami kegunaan konsep skala dan peta dalam pembelajaran kontekstual dan berdiferensiasi.
Pendekatan pembelajaran matematika yang menyenangkan dan kontekstual berkaitan kehidupan sehari hari akan meningkatkan daya kritis dan pembentukan jiwa kolaboratif bagi siswa.
One Response
Sangat bagus dan inspirarif _ dalam pedekatan dan pengelolaan kelas_ sehingga peserta didik dan guru saling terjadi umpann balik dan keaktifan yang maksimal karena siswa benar benar mendapatkan pengalaman belajar yang menarik perhatian dan minatnya.