logo-color

Publikasi
Artikel Populer

MOTIVASI DAN CARA BELAJAR ANAK SUKU TA’A

Krisman Lameanda, S.Pd

Krisman Lameanda, S.Pd

SMPN 2 Lembo Raya
klameanda@gmail.com

Pada dasarnya dalam melaksanakan proses pembelajaran salah satu yang perlu diperhatikan bagi seorang guru adalah motivasi dan cara belajar siswa di kelas atau dimanapun tempat pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini sangat penting untuk mengetahui sejauh mana tingkat keseriusan siswa dalam menerima pelajaran. Dari sejumlah siswa yang kita ajar, ada sejumlah itu juga karakter yang harus diketahui oleh seorang guru. Kita tidak hanya mengajar sekedar saja kita sudah melaksanakan tugas, tanpa dengan keseriusan dari hati nurani secara ikhlas memberikan pelayanan yang terbaik bagi siswa. Materi yang kita ajarkan harus benar-benar disampaikan dengan tujuan agar semua siswa merasa tuntas baru guru merasa bangga.

Tetapi jika hal ini tidak berhasil jangan pernah menyalahkan siswa, tetapi sebaiknya kita harus merenung dan melihat mungkin cara kita yang belum tepat untuk membuat siswa berhasil. Guru itu adalah sebagai motivator di sekolah. Sebagai seorang guru yang telah menyandang jabatan profesi guru harus mampu mengembangkan dirinya untuk lebih profesional dalam jabatannya. Ketika kita sadar akan tugas, tanggung jawab dalam profesi kita, maka itu baru dikatakan sebagai guru. Sebagai seorang guru secara pribadi saya bangga karena sejak bertugas secara sukarela sejak honorer tahun 1990 sampai diangkat sebagai PNS tahun 2005 saya benar-benar melaksanakan tugas dengan ikhlas dan serius.

Sejak mulai mengajar sampai saat ini telah dipercayakan sebagai kepala sekolah, semangat untuk mengajar masih tetap ada dengan mengisi mata pelajaran yang tidak ada gurunya. Ketika bertugas didaerah terpencil khususnya pada anak-anak suku terasing yang ada di wilayah pegunungan ada sebuah suku yang termasuk salah satu suku terabaikan di Indonesia. Namanya adalah suku Ta’a yang bertempat tinggal di hutan dan pegunungan. Mereka adalah penghuni Kawasan Cagar Alam Morowali Utara, Pegunungan Batui, dan Pegunungan Balingara provinsi Sulawesi Tengah. Penghuni Dusun Watu Bambang adalah suku Ta’a berada di pegunungan dan telah resmi berpemerintah di Desa Taronggo, Kecamatan Bungku Utara, Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah sejak tahun 2015. Jarak antara pusat desa dengan dusun tersebut sekitar 60 km dengan jarak tempuh harus jalan kaki melewati gunung dan sungai selama 2 hari 1 malam karena belum bisa dilewati oleh kendaraan.

Pada umumnya masyarakat suku Ta’a belum berpendidikan. Suku Ta’a sejauh ini, baik dari segi sosial ekonomi, pendidikan maupun spiritual masih sangat terkebelakang. Masyarakat suku Ta’a yang masih nomaden ini pada umumnya belum berkembang, tetapi ada upaya untuk memajukan diri dalam beragam segi kehidupan. Dari segi spiritual mereka masih terikat kuat pada sistem kepercayaan aslinya yakni aliran kepercayaan. Pada tahun 2017 mereka mulai dipengaruhi untuk bisa mengikuti pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal.

Akan tetapi karena karakter mereka terhadap pendidikan sangat dibenci sehingga sulit sekali anak-anak bisa dirangkul untuk masuk sekolah. Tapi hal ini tidak berpengaruh dengan keberadaan dan status sosial mereka yang sangat keras dan sulit untuk diajak. Sebagai seorang guru yang ditugaskan disekitar wilayah ini, saya harus merangkul dan mengajak mereka untuk memasuki dunia Pendidikan. Melalui pendekatan ini, tahun 2018 ada sekitar 15 anak yang berhasil dirangkul serta mau untuk mengikuti pendidikan. Anak-anak usia sekolah tersebut mulai didaftarkan pada pendidikan non formal yakni Pendidikan kesetaraan paket A (setara SD).

Disinilah mereka dibimbing dan diajar untuk bisa menulis, membaca dan berhitung. Setelah mereka berhasil mengikuti Ujian Kesetaraan paket A, saya mengajak mereka untuk melanjutkan kependidikan formal masuk di SMPN 5 Bungku Utara Satap. Syukur alhamdulilah hingga tahun 2022 ada 40 lebih siswa anak suku Ta’a yang telah mengikuti pendidikan dari 100 lebih anak usia sekolah yang ada di dusun Watu Bambang. Bagaimana dengan motivasi dan cara belajar anak suku Ta’a disaat mereka memasuki pendidikan hingga saat ini? Hal inilah yang perlu dijelaskan dalam artikel ini sehingga semua pembaca bisa memahami bagaimana motivasi dan cara belajar anak suku Taá pada umumnya.

Anak suku Ta’a begitu baik disaat mereka senang belajar. Mereka sangat sopan dan hormat kepada guru ketika bertemu dimana saja. Mereka juga sangat menghormati gurunya disaat sedang mengikuti pembelajaran. Hal ini telah dirasakan bagi semua guru atau secara pribadi saya yang merangkap sebagai guru yang sehari-harinya bersentuh langsung kepada anak-anak suku Ta’a di Watu Bambang saat bertugas selama 3 tahun 8 bulan pada wilayah tersebut.

Motivasi dan cara belajar mereka sangat berbeda dengan anak yang dari awalnya telah mengikuti Pendidikan formal mulai dari TK, SD dan masuk SMP. Sifat kebosanan adalah salah satu sifat yang mereka miliki, jika mereka sedang belajar cepat sekali mereka bosan dan mengantuk. Hal ini berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh teman-teman guru yang sedang melakukan pembelajaran kepada mereka. Secara khusus juga yang saya rasakan disaat saya merangkap sebagai guru mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti dan mata pelajaran Prakarya.

Disaat seperti inilah kreatifitas sangat dibutuhkan bagi seorang guru ketika menghadapi anak suku Ta’a. Seorang guru harus memahami betul karakter setiap anak saat diajar. Anak suku Ta’a pertama kalinya mengenal pendidikan formal maupun non formal sangat berbeda dengan siswa pada umumnya. Ketika diprosentasikan kemauan mereka belajar di kelas dan di luar kelas, mereka lebih tertarik belajar diluar kelas atau di alam bebas seperti di tepi sungai, di kebun-kebun bahkan ditempat yang masih ada pepohonannya. Untuk menghilangkan rasa kebosanannya mereka diajak untuk menyanyi. Sebagai seorang guru tentunya harus kreatif dengan mereka, dari pada mereka tidak bersekolah maka dengan terpaksa guru harus mengikuti kemauan dan keinginan mereka.

Melalui pendekatan ini guru dituntut lebih professional melayani mereka agar sedikit demi sedikit mereka terus diarahkan untuk bisa menyesuaikan dengan halaman sekolah yang menyenangkan bagi mereka. Bagaimana anak suku Ta’a ini bisa mengenal belajar pada era digital tentunya sebagai guru sudah harus mengenalkannya dari sekarang. Mereka sudah  diperkenalkan saat mengikuti ujian Asesmen Nasional (AN). Motivasi awal yang diberikan kepada mereka adalah dengan membagikan tablet 1 siswa 1 tablet untuk dipakai mengenal literasi digital. Tentunya tidak lepas dari pembimbingan teman-teman guru baik disaat belajar di sekolah maupun diluar jam sekolah.

Seorang guru harus bisa meluangkan waktunya ketika siswa meminta pendampingan di rumahnya untuk memberikan tambahan bimbingan secara pribadi maupun kelompok agar mereka terus termotivasi dan mengenal literasi digital. Inilah sedikit gambaran umum etika dan cara belajar bagi anak suku Ta’a yang pernah saya alami saat bertugas sebagai kepala sekolah diwilayah tersebut. Melalui pengalaman ini akan terus dilakukan oleh teman-teman guru yang bertugas ditempat itu, khususnya anak-anak suku Ta’a yang telah mengikuti pendidikan bisa menjadi motivasi bagi anak lainnya yang belum menyentuh pendidikan. Hingga artikel ini ditulis sebagian dari mereka telah melanjutkan pendidikan ke SMK/SMA.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I