logo-color

Publikasi
Artikel Populer

PEMILAHAN SAMPAH DI SEKOLAH DAN PERMASALAHANNYA

Sri Iswati, S.Tp,S.Pd,M.Si

Sri Iswati, S.Tp,S.Pd,M.Si

SMAN 1 Tegalombo
sriiswati25@guru.sma.belajar.id

Sering penulis membaca tentang pengelolaan sampah di sekolah baik di buku-buku, media cetak maupun media online. Diantaranya ide pengelolaan sampah di sekolah seperti ini:

  1. Membawa botol minum dari rumah, sehingga tidak perlu membeli minuman kemasan di sekolah.
  2. Membawa tempat makan atau bekal dari rumah.
  3. Memanfaatkan botol bekas menjadi sebuah karya atau benda yang bermanfaat seperti pot tanaman.
  4. Membuang sampah sesuai dengan jenisnya yaitu organik dan anorganik.

Sepintas ide tersebut  mungkin seperti biasa saja dan sudah banyak yang menerapkan dalam kegiatan di sekolah sehari-hari. Namun ketika benar-benar diterapkan baru terasa bahwa ide tersebut ternyata ada yang kurang tepat.

Poin 4 pernyataan di atas “Membuang sampah sesuai dengan jenisnya yaitu organik dan anorganik” sehingga di sekolah tempat sampah hanya dua jenis, organik dan anorganik. Sampah sekolah pada umumnya yang terbanyak adalah sampah kertas dari kegiatan KBM di kelas, kegiatan administrasi dan kegiatan lainnya. Komposisi terbanyak selanjutnya adalah sampah plastik. Asal sampah plastik biasanya dari bungkus makanan, bungkus peralatan atau dari peralatan yang berbahan plastik. Sampah daun dan bagian dari pepohonan maupun tanaman juga menyumbang asal sampah sekolah meski jumlahnya saat ini tidak terlalu banyak.

Nah ketiga jenis sampah yang mendominasi sampah sekolah tersebut, pasti masuk ke tempat pemilah sampah organik. Sehingga tempat sampah yang bertulis Organik selalu penuh sesak setiap hari. Sementara sampah anorganik biasanya hampir selalu kosong. Kadang-kadang kalau ada pecahan kaca, atau ada kegiatan pembangunan atau rehabilitasi gedung sekolah barulah tempat sampah anorganik terisi. Akhirnya tempat yang kosong diisi sampah yang tidak sesuai peruntukkannya, karena yang sebelahnya sudah penuh. Kondisi seperti ini banyak terjadi di banyak sekolah.

Ada juga yang masih memilah sampah plastik menjadi sampah anorganik, karena susah terdekomposisi. Penggolongan Organik dan anorganik sebenarnya bukan karena mudah dan susahnya terdekomposisi. Organik berarti berasal dari makhluk hidup dan Anorganik berarti berasal dari bahan selain makhluk hidup semisal dari mineral , logam dan lain-lain. Plastik termasuk sampah organik, karena diproses dari bahan organik.

Pada proses pembuatan plastik  Secara umum, plastik dapat dikategorikan menjadi dua macam: sintetis dan biobased. Plastik sintetis dibuat dari minyak bumi dan batu bara. Sedangkan plastik biobased terbuat dari material terbarukan seperti karbohidrat, pati, minyak nabati, dan bakteria.

Plastik yang saat ini banyak beredar merupakan plastik sintetis. Hal ini disebabkan karena metode manufakturnya yang cenderung lebih mudah jika dibandingkan dengan pembuatan plastik biobased. Namun, cadangan minyak yang terbatas membuat permintaan plastik berbahan dasar material terbarukan semakin meningkat.

Nah, jelaskan bahwa baik plastik sintetis maupun plastik biobased sama-sama diproses dari bahan organik. Karena minyak bumi terbentuk dari plankton dan batu bara terbentuk dari gambut.

Nah, dari kondisi sekolah dan jenis timbulan sampah sekolah yang demikian maka kurang tepat kalau tempat sampah terpilah hanya berdasarkan organik dan anorganik. Kita juga harus mempertimbangkan kapasitas wadah dan volume timbulan sampah. Sehingga untuk pemilah mungkin lebih tepat berdasarkan teknik pengelolaan atau proses kelanjutan setelah terpilah. Semisal tempat pemilah seperti berikut :

  1. Tempat Sampah Daun khusus daun dan bagian tanaman yang proses selanjutnya menjadi kompos.
  2. Tempat Sampah Kertas untuk bahan-bahan dari kertas dan selanjutnya bisa di Re-Use.
  3. Tempat Sampah Plastik untuk bahan-bahan plastik yang proses selanjutnya Re-Use atau Recycle.
  4. Tempat Sampah Anorganik untuk sampah berbahan logam, kaca, keramik dan lain-lain proses selanjutnya re-Use.
  5. Tempat sampah limbah B3, untuk sampah tinta, lampu neon bekas dll (pengelolaan selanjutnya dikonsultasikan dengan Dinas Lingkungan Hidup setempat).

Demikian alternatif pengelolaan sampah sekolah, semoga bermanfaat.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I