logo-color

Publikasi
Artikel Populer

BELAJAR MENULIS DESCRIPTIVE TEXT DENGAN MENYAMBUNG KALIMAT

ROSASIH SAHESTI, S.Pd.

ROSASIH SAHESTI, S.Pd.

Guru SMP Negeri 2 Taman

Di dalam pembelajaran Bahasa Inggris ada 4 kompetensi yang harus dicapai, yaitu listening, speaking, reading dan writing. Dari pengamatan penulis bersamaan dengan pembelajaran di kelas VIII H yang jumlah siswanya 32 anak, hanya 15% saja yang dapat menuliskan pikiran, ide, maupun gagasan mereka ke dalam tulisan. 85% siswa lainnya membiarkan kertas mereka dalam keadaan kosong tanpa tulisan apapun dalam waktu ½ jam pelajaran. Rupanya menulis adalah ketrampilan yang paling tidak disukai oleh siswa. Bagi mereka menulis adalah hal yang sulit.

Menulis adalah kemampuan untuk dapat berkomunikasi dengan jelas melalui teks atau tulisan. Menulis juga merupakan proses kreativitas dalam menuangkan gagasan pikiran atau ide ke dalam bentuk bahasa tulisan yang biasanya disebut dengan karangan. Karena disana seorang penulis dapat mengungkapkan isi pikiran, ide, pendapat atau keinginannya melalui tulisan tersebut yang bertujuan memberikan informasi tentang sesuatu baik berupa fakta, peristiwa, pendapat, pandangan dan data kepada pembaca sehingga pembaca bisa mendapatkan wawasan baru dari tulisan tersebut. Tarigan (1986:15) menjelaskan bahwa menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa tulisan sebagai media penyampaiannya.

Dari penerapan berbagai macam strategi pembelajaran yang bervariasi, tujuan yang paling utama adalah sama yaitu meningkatkan hasil belajar, apa pun mata pelajarannya. Sebagaimana pendapat Hadi (2004:112) Bahwa penggunaan model pembelajaran yang inovatif di dalamnya terdapat elemen-elemen terkait saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individu dan ketrampilan menjalin hubungan antar siswa sehingga antar mereka dapat menggali potensi yang dapat dikembangkan siswa. Hal ini sangat beralasan karena melalui model pembelajaran akan terlihat adanya asumsi bahwa keterampilan  menulis yang sangat tidak disukai oleh siswa menjadi sesuatu yang mudah dan diminati.

Menilik latar belakang bahwa naluri anak-anak adalah bermain, penulis menerapkan model pembelajaran bermain dengan pembelajaran ketrampilan menulis, khususnya KD 4.7 menyusun teks pendek dan sederhana yang berkaitan dengan kebiasaan. Dalam pokok bahasan ini penulis mengaplikasikannya dengan teks deskriptif.

Bermain adalah belajar bagi anak-anak, kegiatan sukarela, menyenangkan dan terjadi secara spontan. Saat bermain biasanya anak mencoba bereksperimen, belajar mengambil risiko, dan melakukan interaksi dekat dengan teman bermainnya. Bermain yang dimaksud pada pembelajaran ini adalah bermain menyambung kalimat. Di sini guru berperan sebagai leadernya. Guru memberikan beberapa penjelasan teori tentang descriptive text. Guru memberikan beberapa clue sebagai stimulus. Masing-masing anak yang mendapat giliran, apabila dalam waktu yang sudah ditentukan ia tidak bisa maka akan diberi sangsi dan akan berpindah ke giliran selanjutnya.

Pada dasarnya permainan ini hampir sama dengan pesan berantai. Pada pesan berantai siswa membisikan kalimat dari temannya ke temannya lagi dengan kalimat yang sama. Disini diperlukan kemampuan menyimak dan mengingat. Kemampuan menyimak yang dimiliki oleh setiap siswa berbeda. Sehingga pada penerima pesan terakhir akan menghasilkan pesan yang berbeda dengan penerima pesan pertama. Pada permainan sambung kalimat ini siswa pertama akan menuliskan kalimat bukan membisikan dan siswa berikutnya akan menyambungnya dengan kalimat yang berbeda.

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk melaksanakan permainan. Guru sebagai  leader harus memimpin permainan ini agar berjalan dengan kondusif. Ia memberikan clue sebagai rangsangan bagi siswa untuk memulai tulisannya.

  1. Kelas tidak perlu dibentuk menjadi beberapa kelompok, setiap siswa tetap berada pada posisi mereka duduk.
  2. Leader memberikan clue berupa kata ataupun kalimat. Kalau itu berupa kalimat, itu sebagai kalimat pertama yang akan mengawali sebuah teks.
  3. Leader bisa menunjuk siapa pun untuk melanjutkan kalimat yang berhubungan dengan kalimat sebelumnya. Untuk menentukan giliran, bisa juga menggunakan alat, bola kecil misalnya yang akan dilempar ke arah sembarang, oleh penerima bola terakhir, supaya lebih obj
  4. Ulangi langkah-langkah tersebut sampai pada beberapa kalimat yang dikehendaki oleh leader.
  5. Sampai pada giliran terakhir, kalimat-kalimat tersebut akan membentuk sebuah Siswa terakhir akan membacakan paragraf secara utuh.

Guru bersama siswa akan mengoreksi kalimat demi kalimat, nyambung atau tidaknya kalimat-kalimat tersebut, begitu juga dengan tata bahasanya dan penulisannya. Pada tahap inilah yang paling menarik. Biasanya akan menimbulkan kelucuan manakala terdapat kalimat yang tidak nyambung.

Permainan ini di samping otak, karena setiap siswa harus siap dengan kalimatnya sewaktu-waktu mendapat giliran. Permainan ini juga memberikan pembelajaran sikap sosial bertanggung jawab dan menumbuhkan rasa percaya diri.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I