Iit Sutirah, S.Pd.
Guru SMK Bahrul Maghfiroh - Cianjur
Manusia adalah makhluk sosial, tidak dapat hidup secara individual. Manusia pasti saling membutuhkan satu sama lain dalam bidang apapun. Sehingga dipastikan setiap manusia selalu melekat di dalam dirinya status yang tidak dapat dipisahkan.
Kita sadari sehebat apapun manusia tetap tidak akan bisa hidup tanpa adanya manusia lain. Oleh karena itu, kita semua perlu mengetahui cara bersosialisasi. Untuk itu, penting sekali untuk sejenak menunda ego sendiri dalam beberapa situasi. Dengan demikian, setiap individu dapat secara benar memposisikan dirinya dalam bergaul dan tidak menimbulkan konflik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata ego adalah orang yang selalu mementingkan diri sendiri. Arti lainnya dari egois adalah penganut teori egoisme.
Pandangan Islam tentang sifat ego tergambar jelas pada hadits riwayat Bukhari dan Muslim, yang artinya: “Kalian akan menyaksikan sikap-sikap egois sepeninggalku, dan beberapa perkara yang kalian ingkari.” Para sahabat bertanya; ‘Lantas bagaimana Engkau menyuruh kami ya Rasulullah!’ Nabi menjawab: ‘Tunaikanlah hak mereka dan mintalah kepada Allah hakmu!’ (HR Bukhari dan Muslim).
Atsarah di antaranya didefinisikan dengan ananiyah, tafdlilul insan nafsahu ‘ala ghairihi.Yakni akuisme, seseorang lebih mengutamakan kepentingan dirinya daripada kepentingan orang lain. Lawannya adalah al-itsar yakni lebih mengedepankan kepentingan orang lain daripada kepentingan dirinya sendiri. Jadi atsarah adalah sifat egoisme yang dimiliki oleh seseorang yang selalu berpikir menang sendiri tanpa peduli kepada orang lain. Sebagaimana dalam hadits di atas, Rasulullah menyampaiakan sepeninggal beliau dikemudian hari akan terjadi sikap egois dan banyak perkara yang sebenarnya diingkari oleh umat.
Hadits di atas sekaligus memberikan peringatan agar kita mesti hati-hati dan waspada jika hal itu terjadi. Sekaligus menjadi peringatan bagi para pemimpin agar sebaiknya kepentingan umat di dahulukan dari pada kepentingan dirinya sendiri, kepentingan anak buah harus lebih diutamakan dari pada kepentingan dirinya.
Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk orang yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat. Istilah lainnya adalah “egois”. Lawan dari egoisme adalah altruisme.
Hal ini berkait erat dengan narsisme, atau “mencintai diri sendiri,” dan kecenderungan mungkin untuk berbicara atau menulis tentang diri sendiri dengan rasa sombong dan panjang lebar. Egoisme dapat hidup berdampingan dengan kepentingannya sendiri, bahkan pada saat penolakan orang lain. Sombong adalah sifat yang menggambarkan karakter seseorang yang bertindak untuk memperoleh nilai dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang ia memberikan kepada orang lain. Egoisme sering dilakukan dengan memanfaatkan altruisme, irasionalitas dan kebodohan orang lain, serta memanfaatkan kekuatan diri sendiri dan/atau kecerdikan untuk menipu.
Egoisme berbeda dari altruisme, atau bertindak untuk mendapatkan nilai kurang dari yang diberikan, dan egoisme, keyakinan bahwa nilai-nilai lebih didapatkan dari yang boleh diberikan. Berbagai bentuk “egoisme empiris” bisa sama dengan egoisme, selama nilai manfaat individu diri sendirinya masih dianggap sempurna.
Sanksi dalam masyarakat terhadap seseorang yang memiliki sifat egois ini pada umumnya berupa celaan atau cemoohan dari pihak lain yang dapat mempermalukannya. Serta dijauhi khalayak sulit mendapat tempat di hati para sahabat. Sifat ini berasal dari kebiasaan yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari- hari dan seakan menjadi suatu hal yang tidak disadari oleh pelakunya. Dampaknya dapat berupa penyesalan, cemoohan, dan pengusiran dari masyarakat. Sifat egois berasal dari dalam diri yang tidak terkendali oleh kesadaran. Dengan kata lain, sifat ini amatlah berbahaya jika tidak segera diperbaiki. Apa pun profesi atau jabatan seseorang ketika sifat egois menonjol kuat maka hubungan dengan pihak mana pun tidak akan terpaut ideal.
Intinya adalah bahwa setiap orang harus mempu menghindari sifat ini agar tidak menimbulkan konflik dengan orang lain. Jika Anda ingin dihormati oleh orang lain, Anda harus terlebih dahulu menghormati orang lain. Jangan pernah berharap mendapat sisi di hati siapa pun apalagi ketika Anda selalu menganggap remeh orang lain, dahulukan kepentingan bersama barulah kita mementingkan kepentingan diri sendiri. Baik itu dalam berorganisasi, dalam lingkungan kerja, dalam bermasyarakat bahkan dalam membina keluarga pun sifat egois harus selalu dihindari. Egois jika terus melekat tanpa disadari maka akan menjadi masalah sosial yang pelik dan sulit diselesaikan.