logo-color

Publikasi
Artikel Populer

PENDIDIKAN KARAKTER HANYA ADA DI SEKOLAH OFFLINE

Ida Wirnaningsih, S.Pd.

Ida Wirnaningsih, S.Pd.

Guru

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

Masa-masa PJJ

Pertama kalinya istilah PJJ (pembelajaran jarak jauh) dikenal masyarakat Indonesia yaitu semenjak diberlakukannya masa darurat Covid-19 pada tanggal 16 Maret 2020. Hampir seluruh sekolah di Indonesia mengambil kebijakan untuk pembelajaran daring (dalam jaringan) atau yang disebut dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Menurut Wikipedia Pendidikan jarak jauh (bahasa Inggris: distance education) adalah pendidikan formal berbasis lembaga yang peserta didik dan instrukturnya berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan di dalamnya. 

Teringat di memori kita bersama di minggu-minggu pertama anak-anak senang dengan pembelajaran jarak jauh karena tidak perlu bangun pagi untuk berangkat demikian juga dengan orang tua yang tidak perlu mengantar anak ke sekolah, karena pada saat itu sekolah sangat fleksibe, anak-anak dapat mengatur waktu belajar sesuai dengan kesepakatan dengan guru. Kondisi seperti itu didukung guru yang masih harus beradaptasi dengan keadaan dan belum tahu konsep pembelajaran  jarak jauh. Ironisnya saat itu guru juga dituntut untuk cepat beradaptasi dengan teknologi karena guru harus menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif serta berkolaborasi dengan media pembelajaran agar pembelajaran tidak monoton dan tetap bisa menghadirkan suasana pembelajaran interaktif antara guru dan peserta didik.  

Dampak dari pjj saat itu mayoritas siswa dapat mengerjakan soal-soal dengan baik ini dibuktikan dengan nilai yang diperoleh nyaris sempurna. Kemungkinan besar hal ini disebabkan dalam proses evaluasi banyak kendala yang dihadapi oleh guru. Apabila biasanya pada saat mengerjakan soal penilaian guru bisa melakukan pengawasan langsung, keadaannya seketika berubah, tak ada yang bisa mengawasi dan memastikan apakah soal-soal yang diberikan dikerjakan sendiri atau tidak, bahkan kemungkinan besar siswa sembari mencari jawaban dari internet kemudian tinggal menyalin jawaban saja. Anak-anak kehilangan karakter positif, karena hakikatnya pembelajaran jarak jauh hanya mengedepankan transfer pengetahuan saja, karena untuk pembentukan karakter banyak kendala yang dihadapi. tak ada yang bisa menjamin siswa mendapatkan pendidikan karakter dari kedua orang tua mereka sesuai dengan nilai-nilai yang selama ini diajarkan oleh institusi pendidikan yaitu sekolah.

2 tahun setelah pandemi

Setelah hampir dua tahun pembelajaran dilakukan di sekolah dengan tidak ada lagi persyaratan, maka timbul permasalahan yang saat itu sudah diramalkan bakal terjadi. Pendidikan karakter selama masa pandemi menjadi sedikit terabaikan. Pembelajaran yang tidak dilakukan dengan tatap muka, menjadi  tantangan guru dalam proses pendidikan karakter tersebut. Sebelumnya, ketika kegiatan pendidikan dilakukan di sekolah, pendidikan karakter dilakukan dengan pengawasan langsung dari guru. Kegiatan-kegiatan yang mendukung pendidikan karakter juga bisa dilakukan langsung, secara intensif dan bisa diukur tingkat keberhasilannya.

Seharusnya selama pandemi Covid-19 orang tua berperan banyak dalam mengembangkan karakter positif. Hal ini tentunya berkaitan dengan falsafah pendidikan yang utama dan pertama adalah pendidikan di keluarga. Namun nyatanya selepas pandemi Covid-19 banyak ditemukan siswa yang berkata kurang pantas, malas belajar bahkan tidak memiliki sopan santun. Siswa lebih banyak memegang gawai untuk berselancar di media sosial tanpa pendampingan dari orang tua. Menurut pendapat saya jika pembelajaran jarak jauh bertambah waktunya maka akan sulit menemukan generasi muda yang berkarakter. Saya sendiri guru sebuah sekolah di DKI Jakarta saat  mulai masuk sekolah untuk mengajarkan salam saja butuh waktu berbulan-bulan. Apalagi mengajarkan kepada mereka kata maaf, terima kasih, tolong jauh lebih sulit. Yang sering terdengar adalah kata-kata yang terlontar seperti para idola di media sosial walaupun kadang tidak sesuai dengan umur mereka.

Sementara di bidang pendidikan guru bekerja keras mengingat keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Mengingat guru adalah seorang figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak-tanduk dan sopan-santunnya, disadari atau tidak, akan ditiru oleh mereka. Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak-tanduknya, akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak. Keberhasilan pendidikan karakter mengisyaratkan bahwa pembelajaran tidak serta merta dilihat dari perspektif ranah kognitif saja melainkan keseimbangan antara ranah kognitif, efektif, psikomotor yang muaranya adalah mewujudkan manusia seutuhnya. Setiap guru mata pelajaran dituntut mengimplementasikan pendidikan karakter melalui nilai-nilai moral yang dikandung mata pelajarannya guna membentuk karakter peserta didik di dalam pembelajaran.

Jadi sudah dapat dipastikan bahwa peran guru dalam pembentukan karakter sangatlah besar. Selama pembelajaran jarak jauh sudah banyak orang tua yang tidak berdaya membantu anak dalam segi menstranfer ilmu atau mendidik walaupun untuk anak sendiri. Oleh karena itu orang tua senantiasa mendukung kegiatan guru tanpa harus mengintervensi dalam pelaksanaan pembelajaran, namun kembali lagi ke fitrah semula bahwa orang tua bertugas mendidik anak di rumah.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I