logo-color

Publikasi
Artikel Populer

TEPATKAH KURIKULUM MERDEKA MENJAWAB TANTANGAN ERA GLOBAL?

Era globalisasi membawa dampak menguntungkan bagi Indonesia, di mana interaksi dan kegiatan sehari-hari semakin mudah dengan adanya teknologi yang canggih. Namun tidak dipungkiri, globalisasi ini memiliki dampak yang kurang menguntungkan dengan ditandainya segala informasi yang bisa keluar masuk dengan mudah, membuat krisis moral di negara dengan julukan Zamrud Khatulistiwa ini. Coba kita flashback, apa saja krisis moral yang terjadi di negara kita ini? Di Manado, Sulawesi Utara pernah ada kasus seorang siswa yang ditegur oleh gurunya saat merokok di sekolah, kemudian tega menusuk gurunya sebanyak sembilan kali hingga meninggal dunia. Beralih ke Bantul, siswa secara membabi buta menusuk seorang guru dengan alasan cinta bertepuk sebelah tangan. Lazimkah hal itu jika dibiarkan? Bukankah Pendidikan tidak hanya sekadar transfer pengetahuan belaka (transfer of knowledge), akan tetapi proses untuk membentuk karakter atau kepribadian dengan segala aspeknya (transfer of value)? Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk menanamkan karakter dalam kegiatan pembelajaran.

Apakah kurikulum merdeka saat ini, tepat untuk menjawab tantangan era global khususnya dalam menangani krisis moral? Sebelum melangkah lebih jauh, alangkah lebih baik, jika kita mengerti apa hakikat dari kurikulum itu sendiri. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Lantas, seperti apa karakteristik dari kurikulum merdeka? Karakteristik dari kurikulum merdeka adalah untuk mendukung pemulihan pembelajaran dalam mengatasi learning loss dengan pembelajaran berbasis projek dan pengembangan profil pelajar Pancasila untuk menanamkan karakter. Pelajar pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berprilaku sesuai dengan nilai–nilai Pancasila dengan enam ciri utama, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif, seperti ditunjukkan gambar berikut.

Dengan diintegrasikannya profil pelajar Pancasila dalam pembelajaran tentunya  hal tersebut memberikan Kompas bagi pendidik maupun pelajar Indonesia. Hal ini dapat membantu generasi Indonesia tidak hanya tumbuh menjadi generasi yang cerdas, akan tetapi juga berkarakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Era saat ini, yang diperlukan tidak hanya nilai/ranking di kelas/IPK saja, akan tetapi karakter juga hal yang penting. Melalui pendidikan karakter, generasi muda diharapkan mampu memfilter informasi yang keluar masuk dengan sangat mudah. Upaya pemerintah untuk menyempurnakan kurikulum dengan diluncurkannya kurikulum merdeka belajar oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim tentunya tepat menjawab tantangan era global khususnya dalam menangani krisis moral. Sehingga cuitan “Ganti Menteri Ganti Kurikulum” sejatinya semua ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia, untuk mencetak SDM yang cerdas dan berkarakter, serta mampu bersaing di kancah global dan bahkan berdiri sama tinggi dengan negara super power lainnya di dunia.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I