logo-color

Publikasi
Artikel Populer

MENGASAH INTUISI, MENAJAMKAN EMPATI: SEBUAH RENUNGAN DALAM MENGUKIR (KEMBALI) KARAKTER MULIA DI ERA DISRUPSI

Acapkali kita lihat remaja naik motor ugal- ugalan di jalan raya yang mungkin dia pikir itu milik nenek moyangnya. Ada kalanya juga kita temui bungkus permen di kolong meja anak-anak sekolah, atau emak-emak yang lempar sampah ke selokan, bahkan kadang kita jumpai pula tisu bekas atau kulit kacang melayang begitu saja dari jendela mobil yang tengah melaju. Tak ketinggalan terlihat juga bapak-bapak menaruh puntung rokok di pot bunga saat pengajian.

Masih banyak lagi fenomena karakter sosial yang dapat ditemui di lingkungan sekitar kita. Bukannya semakin surut, gejala karakter negatif justru kian marak. Apa yang menjadi penyebabnya? Apakah lagi-lagi pandemi yang menjadi kambing hitamnya? Atau model pendidikan daring yang tidak tepat diterapkan? Atau kesalahan di android  yang  pernah lepas dari genggaman?

Menjadi pribadi dengan karakter mulia tentunya sangat didamba setiap manusia. Pribadi yang agamis, cerdas lagi santun, lembut namun kuat, peduli pada sesama, ringan tangan pada yang membutuhkan adalah sebuah gambaran manusia dengan sifat dan karakter yang mulia. Membentuk karakter yang demikian tentu perlu waktu dan pembiasaan yang tidak singkat. Memerlukan ketelatenan dan latihan- latihan panjang untuk mewujudkannya hingga pada akhirnya akan menjadi sebuah kemampuan menetap yang bisa muncul setiap dibutuhkan. Atau yang dikenal dengan istilah intuisi.

Definisi intuisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daya atau kemampuan mengetahui atau berusaha memahami sesuatu tanpa dipikirkan ataupun dipelajari yang hadir melalui bisikan hati atau gerak hati. Sedangkan menurut Buffer (2003), intuisi adalah sekumpulan proses fisik yang akan membuat seseorang tetap bertahan hidup, yang berlangsung tanpa adanya disadari dan memberi sinyal-sinyal mengenai apa yang telah terjadi dan juga apa yang bakal terjadi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa intuisi akan bekerja secara otomatis tanpa disadari. Hal tersebut cenderung menjadi penggerak hati seseorang yang telah memiliki intuisi matang yang terwujud dalam tindakan nyata serta cepat merespon keadaan yang dihadapinya.

Siswa sebagai pribadi terdidik harus dilatih berpikir intuitif baik dalam hal pendidikannya maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam disertasi S Sa‟o, (2015), berpikir intuitif sangat bermanfaat untuk mampu lebih cepat menyelesaikan soal matematika karena siswa lebih cepat menemukan ide penyelesaian soal-soal. Jika cara berpikir intuitif ini disertai dengan rasa empati, akan terwujud pribadi siswa yang terpuji dan mulia. Cara melatih intuisi di antaranya adalah (a) lebih perhatian dengan orang lain, (b) sering berinteraksi dengan orang lain, (c) selalu berpikir positif, (d) banyak merenung atau introspeksi diri serta (e) bersikap rendah hati. Kelima cara tersebut akan membuat siswa selalu bersikap positif dan memahami keadaan orang lain serta bersikap peduli tanpa merendahkan orang lain.

Intuisi yang terlatih pada seseorang akan menjadi terarah dengan dilatihnya rasa empati. Empati adalah kemampuan untuk dapat menempatkan diri pada posisi orang lain dan memahami emosi dari perasaan orang tersebut. Memiliki rasa empati berarti mampu memahami apa yang orang lain rasakan dan pikirkan. Tak hanya itu, rasa empati juga membuat seseorang memahami kondisi orang lain, dapat benar-benar merasakan dan memikirkan bagaimana ketika berada pada situasi tersebut.

Di era disrupsi ini, rasa empati sudah semakin menipis, penerapan PPKM dan pelayanan pendidikan daring banyak berperan menurunkan kekuatan empati dalam masyarakat. Intuisi yang diasah diharapkan akan  menajamkan  kembali rasa dan sikap empati.

Rasa empati yang diwujudkan dalam sikap nyata, akan membentuk pribadi siswa yang dapat  menjalin  hubungan yang harmonis dengan lingkungannya. Tanpa adanya empati di dalam diri siswa, maka mereka cenderung akan bersikap tidak peduli dengan sekitarnya. Siswa yang memiliki rasa empati yang baik akan mampu membedakan hal  yang  baik dan hal yang tidak seharusnya dilakukan.

Rasa empati dapat dipupuk dengan berbagai cara. Meskipun rasa empati tidak dapat dibentuk secara instan, tetapi perlu ditumbuhkan sejak dini oleh orang tua atau lingkungan sekitar tetapi beberapa cara berikut ini dapat ditempuh untuk mengukir kembali rasa empati yang telah menipis dalam diri siswa: (1) memenuhi kebutuhan emosional siswa. Guru hendaknya mampu memberikan dukungan emosional terutama di masa pandemi seperti saat ini, misalnya ketika siswa merasa jenuh dengan pembelajaran daring sebaiknya guru dapat menyajikan pembelajaran daring secara lebih menarik (2) ajari siswa cara mengatasi emosi negatif. Misalnya ketika siswa melakukan kesalahan, sebaiknya guru tidak langsung menegur tetapi menunggu sampai siswa agak tenang baru mengajaknya berbicara. Setelah itu menjelaskan pemahaman kepada siswa bagaimana cara mengekspresikan perasaan mereka dengan cara yang lebih baik, (3) memahami perasaan siswa. Misalnya ketika mereka menyakiti temannya, guru dapat menanyakan perasaan siswa jika diperlakukan demikian kemudian berusaha memahamkan siswa apa yang dirasakan oleh temannya.

Guru kemudian mendorong siswa untuk melakukan sesuatu untuk mengubah tindakannya, (4) Memberikan contoh yang baik. Siswa sebagai seorang anak adalah peniru yang ulung. Segala hal baik dan buruk yang ia tunjukkan tak terlepas dari caranya meniru perilaku orangtua atau orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan rasa empati anak, pastikan guru juga memberikan contoh yang baik. Tunjukkan pribadi sopan, bersikap baik dan penuh kasih terhadap semua  makhluk hidup. Dengan membantu anggota keluarga, teman, tetangga, dan bahkan orang lain yang mengalami kesulitan, guru sudah mengajari siswa bagaimana menjadi orang yang berempati.

Susiana, S.Pd.

Susiana, S.Pd.

Guru SMPN 1 Pogalan, Trenggalek, Jatim

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I