Munculnya Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), memaksa dunia pendidikan Indonesia untuk melakukan perubahan dari Kurikulum 13 menjadi Kurikulum Darurat COVID-19 pada satuan pendidikan di sekolah. Hal ini sejalan dengan keluarnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 719/P/2020 tentang pedoman pelaksanaan kurikulum pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus.
Perubahan sistem pembelajaran tersebut terjadi menjelang Penilaian Tengah Semester (PTS) bulan Maret 2020. Perubahan itu dikenal dengan istilah belajar dengan tatap muka luring (luring), belajar dari rumah (daring), dan kombinasi antara luring dan daring. Kita ketahui bahwa sebelum COVID-19 sistem pembelajaran melalui tatap muka (luring) berubah menjadi belajar dari rumah (daring) serta melalui dua sistem yang dikombinasikan antara luring dan daring. Tiga sistem pembelajaran tersebut memengaruhi sistem pembelajaran pada dunia pendidikan baik guru maupun peserta didik khususnya pada penggunaan media pembelajaran berupa Handphone maupun Laptop di berbagai daerah di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa para guru maupun siswa dituntut untuk wajib menggunakan media pembelajaran Handphone maupun Laptop melalui berbagai aplikasi pada pembelajaran daring.
Tidak terkecuali Kabupaten Nunukan sebagai daerah yang berada pada posisi perbatasan Indonesia-Malaysia, juga berimbas pada perubahan sistem di tiap-tiap sekolah yang salah satunya Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Nunukan. Pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Nunukan dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan. Seperti halnya yang dilaksanakan oleh salah satu guru bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam proses pelaksanaan pembelajaran, saya mengalami berbagai hambatan terutama menghadapi siswa yang tidak memiliki Handphone (HP) dan Laptop, memiliki Handphone namun dengan aplikasi yang terbatas, tidak paham cara menjawab soal melalui Handphone (HP), beberapa siswa tidak dapat mengoperasikan laptop, cara menyimak video melalui tautan link, zoom, orang tua mempunyai pekerjaan yang dimulai pagi hari dan pulang sore hari sehingga tidak mendampingi anaknya belajar, orang tua yang tidak mempunyai Pendidikan dan kurang pemahaman tentang materi ajar yang diberikan oleh guru mata pelajaran.
Dari hambatan yang saya temukan, maka langkah yang saya ambil sebagai guru mata pelajaran dan sekaligus sebagai wali kelas adalah berkunjung ke rumah (home visit) siswa sekaligus menjalin silaturahmi pada keluarga siswa. Melalui kegiatan kunjungan ke rumah (home visit) siswa, saya bisa mendapat informasi tentang apa, kenapa, mengapa, di mana, dan bagaimana latar belakang keluarga siswa tersebut yang mengakibatkan siswa tersebut tidak mengikuti pelajaran secara daring dengan baik dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Bentuk kepedulian sebagai seorang guru pada saat kunjungan di rumah adalah menanyakan keberadaan siswa kepada orang tuanya kemudian memberikan informasi kepada orang tua dan siswa tentang tugas yang belum dilaksanakan. Selain itu saya juga menanyakan media pembelajaran yang ia miliki dan apa kendalanya, kemudian memberikan informasi kepada orang tua dan siswa tentang pentingnya media pembelajaran.
Kendala lain yang sering dihadapi siswa tidak menyelesaikan tugas daring adalah tidak mengertinya siswa dalam pengoperasian media pembelajaran berupa aplikasi yang terdapat di Handphone maupun di Laptop. Langkah selanjutnya dalam pertemuan tersebut adalah memberikan petunjuk kepada siswa tentang cara pengoperasian media pembelajaran pada aplikasi Handphone maupun Laptop. Setelah memberikan petunjuk, saya bersama orang tua peserta didik ikut mendampingi siswa secara langsung dalam menyelesaikan beberapa tugas yang diberikan kepada siswa sampai tuntas.
Dari hasil kunjungan ke rumah siswa yang telah saya lakukan, saya mencoba berkoordinasi dengan guru mata pelajaran tentang siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh masing-masing guru mata pelajaran. Informasi yang saya peroleh dari beberapa guru mata pelajaran, beberapa siswa bermasalah dalam mengikuti pembelajaran secara daring dan menyelesaikan tugas belajar secara daring mengalami banyak perubahan terutama pada kegiatan mengumpulkan tugas. Ini semua karena orang tua juga turut andil menyisihkan waktu untuk mendampingi anaknya belajar di rumah, yang semula komunikasi tidak lancar menjadi lancar. Dengan adanya hubungan timbal balik (feedback) baik dari guru ke siswa maupun dari siswa dan orang tua ke guru. Hubungan ini terus terjalin meskipun para siswa telah naik ke kelas satu tingkat, siswa dan orang tua tidak sungkan- sungkan masih menjalin komunikasi untuk memberi informasi maupun mencari informasi dari saya sebagai guru dan mantan wali kelas.
Dalam kegiatan kunjungan ke rumah siswa (home visit), seperti yang dijelaskan pada uraian di atas, bahwa mungkinkah hal ini dilakukan di masa COVID-19? Menurut kami tentu, dengan mengikuti semua protokol kesehatan COVID-19 melalui gerakan 5M sesuai anjuran dan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Yang dimaksud dengan 5M yaitu memakai masker dengan benar; mencuci tangan pakai sabun; menjaga jarak minimal 1 meter; menghindari dari kerumunan dan mengurangi mobilitas. Hal ini sebagaimana yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 MENKES-282-2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan COVID-19.
Meskipun pandemi COVID-19 sampai saat ini masih ada, terhadap siswa yang mengalami hambatan dalam proses pembelajaran daring di masa Pandemi, tidak melemahkan semangat guru dalam mencetak para generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa Indonesia khususnya di bidang Pendidikan.
Dengan kunjungan guru ke rumah siswa akan ada hasil sejatinya belum terlihat, namun ada segenggam asa yang menanti.
Norma, S.Pd
SMP Negeri 1 Nunukan