logo-color

Publikasi
Artikel Populer

KREASI TERHALANG PLAGIASI

Zahrotul Aini, S.Pd

Zahrotul Aini, S.Pd

SMPN 3 Cililin
zahrotulaini11@guru.smp.belajar.id

Dilansir dari Jawa Pos, plagiarisme di tingkat SD hingga tingkat SMA mencapai angka 94 persen. Jumlah yang tentunya sangat tinggi ini menjadi cerminan tentang bagaimana mirisnya potret keterampilan menulis para peserta didik di negara kita. Hanya saja, masalah ini tidak menarik bagi kebanyakan orang. Terbukti dengan redupnya pembahasan kasus plagiasi dalam masyarakat. Seolah bagi khalayak umum, plagiasi adalah sebuah kegiatan yang biasa. Tidak ada yang salah tentang itu semua.

Plagiarisme, menurut KBBI V (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima) berarti segala bentuk dari tindak penjiplakkan yang melanggar hak cipta. Tentu definisi tersebut bukanlah hal yang asing di telinga kita. Terkadang tanpa kita sadari, sebenarnya kita sendiri sudah pernah melakukan tindak plagiarisme selama hidup kita. Dalam usia sekolah, meniru karangan teman juga termasuk ke dalam kategori plagiarisme. Ringan dan tidak disadari, tapi tentunya akan membuat efek jangka panjang yang nantinya tak bisa ditanggulangi.

Masyarakat menjadi tidak peka, tak peduli tentang nilai originalitas dari sebuah karya. Tanpa memandang bulu tentang bagaimana si penulis asli meluangkan waktu juga melakukan usaha dalam menuliskan ide, si penjiplak dengan leluasa menyalin semuanya, mengambil tanpa izin sebelumnya. Bukankah tindakan plagiasi ini tidak ada bedanya dengan mencuri? Ide memang tidak terlihat seperti benda, tapi ide memiliki nilai. Nilai yang menjadi hak milik pribadi satu individu manusia.

Banyak alasan yang melatarbelakangi maraknya tindakan plagiarisme. Menurut Mirza Ayunda Pertiwi dan Niki Aisya dalam artikel mereka yang terbit di Pusat Studi Publikasi Ilmiah, tindakan plagiarisme meningkat karena kemudahan sarana digital dalam bentuk tombol “Copy” dan “Paste”. Istilah “Copy” yang berarti “Salin” dan juga “Paste” yang bermakna “Tempel” sungguh umum ditemukan. Fasilitas inilah yang kemudian menjadi ikon andalan para plagiator. Bukankah kita sendiri pernah menggunakan fungsi tersebut?

Keseharian yang terus saja disuguhi dengan kemudahan yang serba instan, membuat praktik plagiarisme menjadi semakin tidak terbendung. Tidak ada lagi usaha berpikir mendalam untuk menemukan ide yang baru dan segar. Dengan satu klik, karya tulis selesai di tangan. Lalu bagaimana dengan sisi kreativitasnya?

Kreasi menjadi satu hal yang langka. Kebanyakan orang sudah betah berada dalam zona nyaman. Tidak perlu lagi susah-susah berpikir. Tinggal menyalin seperti yang semua orang lakukan. Tanpa sadar, tindakan seperti ini telah melemahkan kecerdasan manusia. Sebagaimana pisau yang harus selalu ditempa, otak manusia pun sama. Kemudahan tanpa proses membuat ketajaman berpikir menjadi rendah.

Melihat fenomena plagiasi yang terjadi, tentu saja sebagian masyarakat menjadi tidak tenang. Bahkan pihak akademisi sudah menetapkan ambang batas kemiripan karya hanya di angka 30 hingga 40 persen sesuai dengan lembaga mereka masing-masing. Hanya saja tindakan ini masih kurang efektif dilihat dari masih banyaknya kasus yang terjadi di lembaga pendidikan. Bahkan beberapa kasus sempat menjadi viral. Sebut saja salah satu dosen universitas negeri yang menjiplak hasil karya delapan mahasiswanya sendiri. Atau satu kasus yang begitu parah, dimana satu mantan rektor yang melakukan tindak plagiarisme besar-besaran sampai akhirnya diberhentikan oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Sudah saatnya tindak plagiasi yang menghalangi kreasi ditangani dengan serius. Baik dari pemerintah ataupun masyarakat. Peraturan ditetapkan dan kode etik dilaksanakan. Plagiarisme bukan hanya menurunkan kecerdasan bangsa tapi juga menghilangkan perlahan nilai moral yang sudah tertanam dalam diri kita.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

One Response

  1. Keren! Kreasi terhalang plagiasi. Kemudahan akses menjadi zona nyaman plagiasi, padahal seharusnya mengundang lebih banyak inovasi. Bisa!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I