Setahun lebih sudah berlalu, ketika WHO mengumumkan status pandemi Covid-19 pada tanggal 11 Maret 2020. Beberapa regulasi untuk e-learning saat ini juga masih terus digodok oleh pemerintah. Semua kementerian membatasi kegiatannya. Tak terkeculi Kemendikbud yang mulai bulan Maret 2020 lalu mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah dan meniadakan pembelajaran tatap muka untuk membatasi penyebaran virus covid 19 di area pendidikan. Namun seiring berjalannya waktu, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru pada awal tahun 2021 tentang prosedur pembelajaran tatap muka. Pemerintah melalui kemendikbud membuka kemungkinan pembelajaran tatap muka mulai Januari 2021 dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Namun demikian, sepertinya untuk beralih dari model pembelajaran tatap muka atau bertemu secara langsung, lalu berubah menjadi daring (on-line) itu sangat membutuhkan effort dan biaya yang tidak sedikit. Yusep Rosmansyah, Ph.D. dari Kelompok Keahlian Teknologi Informasi ITB punya pandangan tentang teknologi pembelajaran. Beliau sempat memaparkan metode ajar dan dampak penggunaan teknologi terhadap pendidikan dalam Kuliah Publik “Teknologi Pembelajaran Masa Depan” pada Jumat (19/03/2021).
Menurut pendapat Yusep, teknologi diperlukan untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, berbasis pengalaman, efektif, dan interaktif. Bukan malah menghilangkan esensi dari pendidikan, melainkan melengkapi metode pembelajaran konvensional. “Di sini pendidik tidak berperan secara absolut. Mereka hanya memaparkan materi pembelajaran dari segi esensial dan filosofis,” ujar Yusep. Untuk itu, konstruktivisme, behaviorisme, kognitivisme, dan sebagainya perlu dikedepankan melalui Blended learning atau pembelajaran bauran.
Lebih lanjut, ungkap Yusep, faktanya organisasi pendidikan masih menemui sejumlah tantangan. “Di antaranya permintaan teknologi yang melebihi ketersediaan, perlunya pembekalan guru dan peserta didik terhadap teknologi, dan kurangnya dukungan dari aspek teknologi,” tuturnya. Pada akhirnya, teknologi menjadi sebuah keniscayaan dibidang pendidikan, terbukti dari eksistensi Blended learning.
Pembelajaran Secara Blended learning
Merujuk pada salah satu asas trikon dari Ki Hajar Dewantara adalah Konvergen, artinya pengembangan yang dilakukan dapat mengambil dari berbagai sumber di luar, bahkan dari praktik pendidikan di luar negeri. Seperti yang dilakukan oleh Ki Hadjar ketika mempelajari berbagai praktik pendidikan dunia misalnya Maria Montessori, Froebel dan Rabindranath Tagore. Praktik-praktik tesebut dapat kita pelajari untuk nantinya disesuaikan dengan kebutuhan yang kita miliki sendiri. Saat ini teknologi informasi telah sedemikian canggih, sekalipun dalam situasi pandemi saat ini pendidikan harus terus berjalan.
Sejalan dengan asas tersebut sekolah tetap berusaha memberikan hak dan tuntunan kepada peserta didik dengan layanan pendidikan yang baik melalui pembelajaran secara daring maupun luring. Keduanya digabung agar dapat menghadirkan fleksibilitas pembelajaran yang belum pernah dilakukan oleh peserta didik.
Blended learning adalah metode pembelajaran yang memadukan pembelajaran konvensional yaitu tatap muka dengan pembelajaran dalam jaringan yaitu berbasis elektronik. Pembelajaran tatap muka dapat dilakukan dengan cara off-line atau on-line. Pembelajaran tatap muka off-line adalah pembelajaran tatap muka yang dilaksanakan di kelas seperti pada umumnya sebelum pandemi. Sedangkan pembelajaran tatap muka on-line merupakan pembelajaran yang memanfaatkan perkembangan teknologi seperti google meet dan zoom, atau aplikasi lainnya. Dan ketika pembelajaran dilakukan secara off-line, peserta didik datang ke sekolah secara terbatas dengan sistem shiff, dimana setiap shiff berjumlah 14 sampai 18 orang peserta didik. Kehadiran mereka tetap dengan ketentuan protokol kesehatan yang ketat dan mematuhi 5 M, yaitu mencuci tangan, mengenakan masker, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, menjauhi kerumunan.
Sebagai contoh, di SMA Negeri 2 Bandar Lampung yang hampir dikatakan memiliki kemampuan manajerial yang baik, sumber daya guru yang baik, fasilitas sekolah yang baik, dan kesiapan baik kemampuan maupun fasilitas yang dimiliki peserta didik yang baik, maka pembelajaran dengan pola Blended learning bisa saja diterapkan dan diyakini akan menghasilkan hasil belajar yang tidak jauh berbeda dengan jika pembelajaran dilakukan secara tatap muka penuh atau bahkan lebih baik. Tapi tentunya untuk menghasilkan hasil belajar peserta didik yang lebih baik lagi, perlu ditingkatkan kemampuan guru dalam bidang penggunaan teknologi dalam pembelajaran, perlu ditingkatkan fasilitas belajar yang mendukung pelaksanaan pembelajaran Blended learning, manajemen dalam bidang regulasi dan banyak lagi lainnya.
Pelaksanaan pembelajaran PTM Terbatas dengan Blended learning di SMA Negeri 2 Bandar Lampung sesuai Surat Edaran Nomor 421.1/399.A/V.01/SMAN2/2021 dimulai dari tanggal 13 September 2021 sudah berjalan hampir dua bulan dengan menerbitkan Jadwal Pembelajaran selama PTM Terbatas, Panduan Umum dan Panduan Khusus Penyelenggaraan PTM Terbatas.
Sementara evaluasi pelaksanaan pembelajaran PTM Terbatas dengan Blended learning mengalami beberapa dinamika, di antara kecenderungan para orang tua yang seperti menganggap pola Ganjil-genap terhadap siapa yang belajar di sekolah dengan PTM Terbatas dan siapa yang giliran daring dari rumah, masih banyak yang tidak dipatuhi orang tua dan peserta didik, misalnya dengan alasan sakit lalu mengganti jadwal yang seharusnya belajar di sekolah menjadi belajar secara daring dari rumah, tidak mengikuti pembelajaran dengan alasan ada jadwal vaksin, perangkat rusak atau tidak memiliki kuota yang cukup dll.
Ini merupakan tantangan khusus dan perlu perhatian dan kerja sama antara pihak-pihak yang terkait, mulai dari peserta didik, guru, para orang tua, pimpinan sekolah, atau bahkan para pemangku jabatan terkait dengan pendidikan di Provinsi Lampung ini.
Layanan PTM Terbatas
Untuk melayani pembelajaran di sekolah disediakan fasilitas 5M, prokes dan screening dengan tetap melayani peserta didik yang belajar dari rumah dengan menambah fasilitas wifi dan access point sebanyak 13 spot yang dipasang hampir di setiap sudut area kampus SMA Negeri 2 Bandar Lampung, termasuk di antaranya penataan area parkir untuk menghindari kerumunan antar peserta didik. Pemisahan area parkir antara peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan juga dilakukan untuk mengurangi kerumunan yang tidak diinginkan.
Sementara, kedatangan peserta didik di sekolah sudah bisa difasilitasi mulai pukul 06.30 dengan mengikuti prokes dan proses screening diawali dengan pengecekan suhu tubuh dengan tetap menjaga jarak antar peserta didik. Mencuci tangan di wastafel permanen yang sudah disiapkan di depan kelas masing-masing sebelum memasuki ruang kelas. Sedangkan seluruh perangkat kelengkapan kelas seperti LCD, kabel konektor, alat tulis, dll., disiapkan oleh petugas khusus dari sekolah, ini menjaga agar peserta didik tidak terlalu banyak menyentuh barang-barang yang tidak diperlukan, termasuk daftar kehadiran manual.
Sekolah mulai belajar pukul 07.15 dengan durasi tatap muka 20 menit tiap jam pelajaran dan sebanyak 10 jam pelajaran selama sehari, kecuali hari Jum’at. Sehingga rata-rata peserta didik akan selesai belajar pada pukul 11.40 WIB dan diwajibkan langsung pulang ke rumah dan tidak melakukan kerumunan di sekolah kecuali ada kegiatan yang sudah melalui proses ijin sekolah. Peserta didik hanya diberi waktu istirahat 1x pada setelah jam ke-4 sebelum jam ke-5 atau antara pukul 08.55-09.10 WIB.
Para peserta didik disarankan membawa bekal makan dan minum dari rumah, hal ini dikarenakan kantin sekolah masih belum diperolehkan buka. Kendaraan orang tua yang mengantarkan anaknya pun tidak diperkenankan masuk ke area sekolah.
Guru dituntut melayani dua “ruang belajar”, kelas PTM terbatas di sekolah (off-line) dan kelas daring yang ada di rumah (on-line). Ha ini bukan pekerjaan yang mudah, karena itu guru dituntut memiliki kemampuan TIK yang mumpuni di samping persiapan mengajar yang sudah menjadi kebiasan sehari-hari di era sebelum pandemi. Melayani dua ruang belajar bukanlah suatu yang mudah, sebab guru harus memiiliki konsentrasi mengajar, konsentrasi kendali kelas secara off-line sekaligus mengendalikan kelas secara on-line yang ada di rumah. Belum lagi perangkat pembelajarannya (RPP dll.) harus dibuat dalam dua versi, layanan off-line dan layanan on-line dalam waktu yang bersamaan. Belum lagi sistem penilaian yang juga harus melayani dua keadaan, penilaian on-line dan penilaian off-line, sistem asbensi dua kondisi dan…. wah pokoknya beban kerja guru saat ini memang sangat luar biasa besar dan membutuhkan inovasi-inovasi baru.
Selain itu ada beberapa kendala yang dihadapi oleh peserta didik selama proses pembelajaran secara daring, seperti: keterbatasan fasilitas pendukung seperti smartphone, kuota internet, dan jaringan internet yang tidak semua peserta didik SMA Negeri 2 Bandar Lampung dan daerah memiliki akses yang sama. Belum lagi keterbatasa dari sisi orang tua peserta didik yang merasa kesulitan dalam mendampingi anaknya belajar dari rumah baik dalam hal pengetahuan dan juga waktu.
Merdeka Dalam Belajar
Pada saat pembelajaran secara daring digunakan aplikasi yang bervariasi diantaranya google meet, zoom, video pembelajaran, google form, WAG, e-mail dan handphone. Pembelajaran daring dengan aplikasi yang variatif ini bertujuan memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam mengakses materi pembelajaran. Mengingat tidak semua peserta didik memiliki peralatan yang lengkap peserta didik yang tidak dapat mengikuti vicon pada hari itu dapat melihat penjelasan materi pembelajaran dari video pembelajaran yang dikirim melalui Whatsapp Group. peserta didik, orang tua, dan saudara yang lain dapat membuka dan membacanya berulang-ulang kapan pun saat ada waktu. Dalam pengumpulan tugas peserta didik diberi keleluasaan waktu dan kreativitas dalam menjawab. Namun, sekarang setelah menerapkan merdeka belajar dan berpihak pada peserta didik, peserta didik diberi kebebasan untuk menggumpulkan tugas terserah dalam bentuk apa saja namun tetap mengikuti topik pembelajaran. Dengan demikian terciptalah pembelajaran yang memberi kebebesan belajara ataun merdeka belajar. Kemerdekaan belajar di waktu yang tak ditentukan, kapan saja dan dimana saja. Google Form merupakan salah satu komponen layanan Google Docs. Untuk dapat menggunakan Google Form disyaratkan untuk memiliki akun universal Google. Aplikasi google formulir biasa digunakan untuk memberikan informasi dan mengumpulkan informasi seperti seperti untuk absensi kehadiran, memberikan tugas latihan atau ulangan on-line melalui laman website, dan mengumpulkan berbagai data peserta didik.
Dalam salah satu pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, adalah Tri Pusat Pendidikan yang menerangkan bahwa pendidikan berlangsung di tiga lingkungan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiganya memiliki peran di dalam proses pembelajaran, dan saling mengisi dan memperkuat satu dengan yang lainnya. Pendidikan peserta didik tidak akan berhasil jika hanya dilaksanakan oleh satu pihak saja yaitu guru kelas saja. Namun pendidikan akan berhasil jika dilakukan secara berkolaborasi atau membangun hubungan yang baik antara guru kelas, guru mata pelajaran dan orang tua. Pada pertemuan ini, banyak hal yang dapat disampaikan ataupun di sharingkan oleh orang tua dan guru, Seperti kendala yang dihadapi oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, Orang tua dalam mengawasi anaknya sehingga permasalahan yang dihadapi dapat di selesaikan dengan mencarikan solusi yang tidak merugikan pihak manapun. Kendala lain, misalnya masalah keberatan kuota internet untuk pembelajaran. Para orang tua, guru, dan sekolah duduk bersama mencari titik temu agar kuota dapat dibantu dan pembelajaran tetap berjalan dengan baik. Maka dana BOS dan program kuota dari pemerintah melalui kemendikbud merupakan solusi yang terbaik. Hal ini sangat baik untuk terlaksananya Merdeka belajar yang berpihak kepada peserta didik.
Kendala-Kendala
Kendala yang sering dihadapi dalam pelaksanaan metode Blended learning, secara khusus pada saat pembelajaran daring selama ini antara lain: (1) Tugas-tugas secara daring tidak dapat terkumpul 100% rata-rata antara 75-95%. Hal ini terjadi karena tingkat kejenuhan yang tinggi dirasakan peserta didik yang belajar cukup lama di rumah. Kasus tertentu seperti pada saat PTS dan PAS secara daring, tugas dapat terkumpul 100%. (2) Pengawasan orang tua yang kurang dalam pelaksanaan bembelajaran daring di rumah. Hal ini dapat dimaklumi karena beban kerja orang tua yang cukup berat. (3) Ketersediaan handphone yang kurang memadai. Satu handphone digunakan oleh lebih dari satu orang anak dan juga kadang berbagi dengan orang tua. (4) Pemenuhan kebutuhan kuota yang cukup berat, apabila pembelajaran daring melalui vicon walaupun telah dibantu dari dana BOS.
Jadi, sistem pembelajaran Blended learning itu sebenarnya solusi untuk mengatasi pembelajaran di tengah pandemi atau merupakan tantangan baru yang harus dihadapi dunia pendidikan mengingat tingginya tuntutan kemampuan guru dan peserta didik akan kemampuan dalam penguasaan informasi dan teknologi TIK. Jawabnya: sangat tergantung, bagaimana kita menyikapinya. Pastinya, mari kita songsong pendidikan era baru di tengah pandemi Covid-19 ini dengan penuh suka hati.
Terpujilah engkau Bapak/Ibu Guru
Pahlawan tanpa tanda jasa yang selalu menjadi pelayan pendidikan dengan suka cita.
Salam Pertemuan Tatap Muka Terbatas.
Salam sehat.
REFERENSI:
https://sevima.com/pengertian-dan-manfaat-model-pembelajaran-blended-learning/
https://sevima.com/jenis-blended-learning/
https://www.itb.ac.id/news/read/58054/home/tantangan-dalam-menerapkan-blended-learning-di-masa-pandemi
Liliasari. 2007. Model-model Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Untuk Mengembangkan Keterampilan Generik Sains. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Nuriffah, Alfi. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Sains Teknologi. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.
Sulistyarini, Sri. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Sains Berbasis ICT, Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan UNS.

Ato Suharto
Guru SMA Negeri 2 Bandar Lampung