logo-color

Publikasi
Artikel Populer

MENGINTEGRASIKAN PEMBELAJARAN PAI DENGAN PRAKTIK MEMASAK MASAKAN TRADISIONAL” WADAI KARARABAN”

Zuniatul Hasanah, S. Pd.I

Zuniatul Hasanah, S. Pd.I

SDN 1.5 Belimbing
yutazuniatul@gmail.com

Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peran penting dalam menyampaikan nilai keagamaan, nilai budaya, etika dan moral  kepada peserta didik di sekolah. Di tengah perkembangan zaman yang semakin cepat pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai itu menjadi sangat penting untuk membentuk kepribadian yang baik bagi peserta didik.

Integrasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan praktik memasak masakan tradisional seperti wadai kararaban dalam konteks Projek Profil Pelajar Pancasila dapat meningkatkan pemahaman tentang nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari sekaligus memberikan pengalaman belajar yang menyeluruh, dengan menggabungkan aspek spiritual dan keterampilan praktis yang akan berguna pada masa akan datang.

Kue/ wadai kararaban merupakan salah satu jenis kue tradisional yang berasal dari daerah Banjar, Kalimantan Selatan, Indonesia. Dalam kamus bahasa Banjar-Indonesia, kararaban berarti selaput debu atau sarang laba-laba. Biasanya, kararaban menggantung di langit-langit kamar yang jarang dibersihkan penghuninya.

Penamaan kue kararaban dikarenakan tampilan atas kue yang seperti sarang laba-laba atau debu yang berhamburan. Di atas kue ini bertaburan adas dan kayu manis, sehingga terkesan seperti debu yang berhamburan lama tidak dibersihkan. Namun demikian wadai ini tampil menawan dan aroma sangat menggoda sehingga orang akan tertarik untuk mencobanya.

Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan wadai kararaban adalah telur, tepung, santan, gula merah atau gula jawa, dan bubuk kayu manis serta adas manis.  Teknik pembuatan “Wadai Kararaban” dibuat dengan teknik tradisional, dengan mencampurkan bahan-bahan utama secara manual. Proses pembuatan kue ini dengan cara dikukus. Salah satu ciri khas wadai kararaban Banjar adalah keunikan bentuk dan tekstur yang lembut, aroma wangi kayu manis, adas, serta gula merah.

Sebagai salah satu kue tradisional wadai kararaban patut kita kenalkan kepada peserta didik karena memiliki nilai budaya. Lebih jauh supaya dapat mengenal, melestarikan resep tradisional dan menghargai kuliner daerahnya sekaligus turut berperan dalam pelestarian budaya daerah.

Foto Proses memasak wadai kararaban

Pendekatan dalam mengintegrasikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan praktik memasak wadai kararaban memakai pendekatan tematik dan  praktik langsung (Hand-on Learning). Menurut Abdul Majid dalam M. Deni Siregar, 2022, Pendekatan tematik yaitu pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid.

Untuk memperkuat pemahaman peserta didik terhadap pembelajarn ini,  kita tentukan tema yaitu “besyukur atas nikmat Allah SWT “. Ayat al qur’an yang menjelaskan tentang perintah bersyukur terdapat pada surah Luqman ayat 12, tersebut sebagai berikut“ Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Luqman: 12)

Pendekatan praktik langsung (Hands-on Learning) suatu  rancangan pembelajaran yang bertujuan untuk melibatkan anak dimulai dari menggali informasi, bertanya, beraktifitas, menemukan sampai menyimpulkan (Ima Rismayanti, hands on dalam pembelajaran di sekolah dasar, 2015), sehingga peserta didik tidak hanya memahami nilai-nilai agama, namun mengaplikasikan keterampilan praktis dalam kehidupan sehari-hari, serta   mengembangkan kompetensi yang relevan dengan Profil Pelajar Pancasila.  

Adapun Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan praktik langsung, sebagai berikut:

Perencanaan;  Guru menjelaskan resep dan bahan-bahan yang diperlukan, serta menghubungkan dengan pelajaran PAI, seperti pentingnya halal dan baik dalam memilih bahan makanan serta rasa syukur kepda Allah swt, adab dan etika dalam memasak, membaca niat, berdoa sebelum dan sesudah memasak, serta menjaga kebersihan selama proses memasak, membuang dan memilah sampah yang ditimbulkan dari praktik memasak.

  Pelaksanaan; Peserta didik bekerja dalam kelompok untuk mempraktikkan cara membuat wadai kararaban, dibimbing guru.

Refleksi; Setelah memasak, peserta didik diajak untuk merenungkan pengalaman mereka, mengaitkannya dengan nilai-nilai Islam yang telah dipelajari, seperti bersyukur, kebersihan, dan berbagi. Mereka mendiskusikan bagaimana pengalaman memasak tersebut berkaitan dengan nilai-nilai Islam yang telah dipelajari.

Hasil dan manfaat dari pembelajaran ini adanya peningkatan pemahaman peserta didik tentang konsep-konsep PAI. Keterampilan memasak juga didapat dalam pembelajaran ini. Pembelajaran ini dapat membantu peserta didik mengembangkan nilai-nilai karakter sesuai dengan profil pelajar pancasila seperti beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global dengan menghargai dan melestarikan budaya lokal serta menghargai kebudayaan lain; mandiri; gotong royong dengan cara  belajar bekerja sama dalam kelompok; bernalar kritis/ berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang muncul selama praktik memasak; kreatif dengan berkreasi dalam membuat wadai kararaban.

Mengintegrasikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan praktik memasak menghadapi tantangan yang perlu dicarikan solusinya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tantangan itu adalah keterbatasan fasilitas dan peralatan memasak, solusinya kerja sama dengan paguyuban orang tua peserta didik dengan meminjam peralatan yang diperlukan. Setiap peserta didik ditugaskan untuk membawa peralatan yang mereka punya di rumah sesuai dengan kebutuhannya.

Selanjutnya tidak semua guru PAI  memiliki keterampilan memasak yang memadai. Solusinya dapat berkolaborasi dengan guru SBK atau guru kelas untuk bekerja sama dalam pelaksanaan kegiatan.

Tantangan tersulit bagi guru mata pelajaran PAI, terkait waktu pembelajaran. Jadwal pelajarannya yang padat membuat sulit untuk mamasukkan sesi memasak, sehingga perlu dicarikan solusi yang tepat dengan menyelaraskan jadwal pembelajaran PAI dengan pelajaran lain yang relevan, seperti keterampilan atau seni budaya.

Selain tantangan di atas ada kesulitan dalam mengukur keberhasilan integrasi PAI dengan praktik memasak karena  bisa menjadi komplek. Solusinya dengan penilaian holistic yaitu mengembangkan rubrik penilaian yang mencakup aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik, termasuk nilai-nilai Islam yang diaplikaiskan. Refleksi dan feedback diperlukan untuk meningkatkan pembelajaran di masa mendatang.

Integrasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan praktik memasak masakan tradisional seperti wadai kararaban membawa banyak manfaat, baik dalam aspek pendidikan agama maupun keterampilan, yaitu; Pertama; Penguatan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, seperti kebersihan, kejujuran, kerja sama, dan ikhlas. Kedua; Pengembangan keterampilan hidup, Ketiga; Kolaborasi dan kerja sama tim.

Dengan demikian integrasi pembelajaran PAI dengan praktik memasak masakan tradisional seperti wadai kararaban dapat dikembangkan dan diterapkan secara luas, karena memberi manfaat bagi pendidikan karakter dan keterampilan peserta didik.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I