logo-color

Publikasi
Artikel Populer

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SMPN 2 PUNDONG MELALUI KEGIATAN P5

Tri Suhardi, M.Pd.

Tri Suhardi, M.Pd.

SMPN 2 Pundong
hdtanpalilin@gmail.com

Indonesia merupakan negara yang sarat dengan keanekaragaman budaya, suku, ras, agama, bahasa daerah, dan adat istiadat. Wajah keanekaragaman di Indonesia ibarat api dalam sekam. Artinya, pada saat-saat tertentu dapat meledak akibat suhu politik yang memanas, gesekan antar agama, gesekan antarras, gesekan sosial budaya, saling hina antar etnis, terkikisnya rasa toleransi, tenggang rasa, saling menghargai, dan menghormati perbedaan budaya. Beberapa kasus yang pernah terjadi di negeri ini akibat perbedaan SARA, yaitu konflik Ambon, Poso, dan konflik etnis Dayak dengan Madura di Sampit. Kasus-kasus tersebut sesungguhnya hanya beberapa di antara sekian kasus yang diketahui publik.

Berpijak pada kasus-kasus tersebut, sudah saatnya untuk memikirkan upaya pemecahannya. Pendidikan seharusnya memiliki peran dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di masyarakat. Minimal, pendidikan harus mampu memberikan consciousness (penyadaran) kepada masyarakat bahwa konflik bukan suatu hal yang baik untuk dibudayakan. Mengingat, pendidikan memiliki kaitan erat dengan setiap perubahan sosial, baik berupa dinamika perkembangan individu maupun proses sosial dalam skala yang lebih luas. Salah satu solusi untuk mengatasi fenomena konflik etnis dan sosial-budaya di Indonesia adalah dengan pendidikan multikulturalisme.

Pendidikan berbasis multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keberagaman budaya (Andersen dan Cusher dalam Mahfud, 2011: 175). Maksudnya, pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang berbasis tentang keragaman kebudayaan dalam merespons perubahan demografis dan kultur lingkungan masyarakat tertentu. Perspektif  pendidikan berbasis multikultural lebih menitikberatkan pada pengakuan realitas politik, sosial, dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan manusia yang kompleks dan beragam. Beragam secara kultur merefleksikan pentingnya budaya, ras, gender, etnis, agama, status sosial, ekonomi, dan sosial.

Pendidikan multikultural meliputi pengenalan perbedaan budaya, pendidikan berbahasa, kurikulum multietnik, dan kebinekaan tunggal ika. Tujuan pendidikan multikultural adalah peserta didik memperoleh pengetahuan tentang sikap menghargai dan menghormati perbedaan sosial-budaya dalam kehidupan bermasyarakat. Komponen pendidikan multikultural, yaitu kemampuan sosial manusia, budaya kesadaran diri, kesadaran multikultural, dan pengalaman lintas budaya (Ornstein dkk. dalam Mahfud 2011). Ada empat urgensi penanaman pendidikan multikultural kepada para peserta didik di tingkat SMP. Pertama, sebagai sarana memberikan fondasi pengetahuan, kepekaan, etika, dan etiket terkait keberagaman budaya di Indonesia.

Urgensi kedua, penanaman pendidikan multikultural kepada para peserta didik di tingkat SMP bertujuan agar peserta didik tidak tercerabut dari akar budaya yang dimiliki sebelumnya tatkala berhadapan dengan realitas sosial-budaya di era globalisasi. Ketiga, sebagai landasan pengembangan kebinekaan tunggal ika yang nyata. Keempat, peserta didik adalah aset bangsa yang sangat penting untuk menyiapkan generasi emas Indonesia yang multikultural. Acuan utama dalam mewujudkan generasi emas Indonesia yang multikultural adalah adanya sikap hidup saling menghargai, saling menghormati, toleransi antaragama, antarras, dan antaretnis.

Salah satu pengejawantahan pendidikan multikultural di SMP Negeri 2 Pundong adalah melalui kegiatan P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Tema yang dipilih sebagai fondasi penanaman pendidikan multikultural adalah bineka tunggal ika, yaitu tari kreasi profil pelajar pancasila. Proses kegiatan P5 di SMP Negeri 2 Pundong melibatkan peserta didik kelas VII, VIII, semua guru, dan karyawan. Peserta didik kelas VII dan VII selama dua minggu dibekali pengetahuan teoretis tentang bineka tunggal ika, keanekaragaman budaya di Indonesia, diskusi, dan presentasi terkait budaya dan adat istiadat daerah-daerah di Indonesia. Selain itu, peserta didik kelas VII dan VIII juga diberikan pengalaman nyata melalui praktik tari kreasi Nusantara secara kolosal setiap kelas dengan dua guru pembimbing masing-masing kelas.

Benang merah kegiatan P5 tersebut bermuara pada pemahaman secara teoretis menyangkut realitas multikultural budaya, adat istiadat, bahasa daerah, dan tari-tarian Nusantara. Selain itu, juga pengaplikasian pengalaman secara langsung dengan mempraktikkan tarian-tarian Nusantara yang berbeda setiap kelas sesuai dengan kreasi masing-masing kelas. Dengan pemahaman secara teoretis dan praktik nyata bineka tunggal ika melalui tari kreasi Nusantara, para peserta didik diasah agar memiliki nilai-nilai multikultural. Hal tersebut bertujuan agar para peserta didik memiliki rasa kebanggaan, penghargaan, dan toleransi terhadap setiap perbedaan, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Dengan demikian, keterlibatan semua elemen warga SMP Negeri 2 Pundong untuk bekerja sama dalam mewujudkan peserta didik yang memiliki nilai-nilai multikultural (bhinneka tunggal ika) sangat diperlukan untuk menangani fenomena terkikisnya rasa kebersamaan, saling menghargai, dan menghormati perbedaan sosial-budaya dalam kehidupan bermasyarakat.

Sumber Pustaka:

Mahfud, C. 2011. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tim Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) SMP Negeri 2 Pundong. Modul P5 Bineka

        Tunggal Ika: Tari Kreasi Profil Pelajar Pancasila. Bantul: SMP Negeri 2 Pundong.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I