Sekolah favorit atau unggulan yang diutamakan adalah yang dapat menyediakan lingkungan di mana anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya, agar warga sekolah khususnya anak-anak terhindar dari segala bentuk penindasan, perundungan, kekerasan, dan pemaksaan. Sekolah akan melakukan segala upaya untuk menumbuhkan lingkungan belajar yang harmonis yang mempromosikan perilaku yang bertanggung jawab. Arikunto (1980:114) mendefinisikan disiplin sebagai ketaatan seseorang terhadap norma atau peraturan karena dilatarbelakangi oleh kesadaran yang ada di dalam hati nuraninya dan tidak tunduk pada paksaan dari luar.

Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan utama pendidikan adalah mengarahkan segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Dengan mendorong siswa untuk menemukan dan menggunakan keyakinan yang mereka pilih sebagai sarana untuk menciptakan perubahan yang lebih baik di dunia, guru dapat membantu siswa menjadi terbiasa dengan membiasakan dan mengajarkan peserta didik pada nilai-nilai Pancasila.

Sebagian besar pengaturan pembelajaran saat ini, pada kenyataannya kebanyakan lingkungan sekolah tidak memberikan banyak fleksibilitas atau keleluasaan kepada siswa. Sama halnya dengan siswa di SDN 2 Platar, mereka terkadang masih tertahan oleh budaya yang kurang baik. Siswa terus-menerus berupaya untuk menghindari berbagai pelanggaran karena khawatir akan hukuman atau dikucilkan. Siswa mentaati peraturan hanya takut untuk dihukum atau menerima konsekuensi berat yang dapat merusak reputasi mereka di depan teman-temannya. Akibatnya, siswa melakukan kebaikan hanya pada saat di depan orang lain, seperti di depan guru, kepala sekolah, atau lainnya. Mereka tidak melakukan tindakan ketaatan karena kesadaran hati atau hati nurani mereka. Ketaatan ini dimotivasi oleh perasaan takut dan keinginan untuk diperhatikan daripada menjadi kebiasaan.

Lingkungan pendidikan di SDN 2 Platar berusaha untuk menciptakan dan mendidik setiap warga sekolah khususnya para siswa untuk melakukan budaya-budaya positif. Budaya yang mengakar kuat dan berkembang menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh setiap siswa secara konsisten. Agar mereka tertanam dalam budaya sekolah yang positif, semua pihak harus berpartisipasi dalam kebiasaan budaya positif tersebut agar menjadi pembiasaan budaya sekolah. Budaya bersama yang menyatukan semua warga sekolah dan berfungsi sebagai ciri khas sekolah tersebut. Budaya ini harus dimasukkan ke dalam setiap aspek kegiatan sekolah, termasuk pra-pembelajaran, proses pembelajaran, dan kegiatan ekstrakurikuler yang berlangsung di luar kelas.

Jika seorang siswa dapat menginternalisasikan budaya yang positif, maka profil karakter siswa yang mewujudkan Pancasila akan berkembang dan mendarah daging dalam proses pembelajaran. Ketika murid terinspirasi untuk melakukan hal tersebut, mereka sudah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman. Akibatnya, mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai Pancasila karena mereka  ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi untuk mencapai tujuan yang mulia.

Tindakan yang dapat dilakukan agar tercipta budaya positif tersebut yaitu melakukan sosialisasi kepada seluruh warga sekolah baik kepada para guru maupun para siswa terkait menumbuhkan disiplin yang positif dengan adanya kesepakatan kelas dan Profil Pelajar Pancasila. Guru membahas tujuan dan pentingnya kesepakatan kelas, guru memfasilitasi murid untuk membuat kesepakatan kelas dan membantu siswa membuatnya, kesepakatan kelas yang telah disepakati selanjutnya ditandatangani seluruh warga kelas dan dipasang di dinding kelas.