Dyah Widyastuti,S.Pd.
Guru SMP Negeri 1 Sambi
Dampak pandemi Covid-19 sudah banyak membawa perubahan pada dunia pendidikan. Dari tempat belajar dan metode pembelajaran, alat dan media yang digunakan pun semua mengalami perubahan. Tempat belajar yang biasa mereka gunakan yang awalnya dilakukan di sekolah berganti karena saat pandemi siswa dipaksa untuk belajar di rumah sebagai salah satu cara pencegahan siswa tertular virus Covid-19. Kegiatan belajar secara berkelompok di kelas juga ikut mengalami perubahan,mereka harus belajar sendiri di rumah dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai. Siswa yang awalnya tidak diperbolehkan membawa HP pada saat pandemi wajib mempunyai HP. Selain guru, peran orang tua juga sangat penting dalam pendidikan sikap karakter selama siswa belajar di rumah. Penyalahgunaan HP sebagai sarana belajar sering disalahfungsikan oleh siswa. Mereka jadi lupa belajar dan menjadi lebih asyik dengan bermain HP dan membuka situs-situs yang bahkah diluar pelajaran sekolah. Untuk mengantisipasi hal ini orang tua harus bisa bersikap tegas dan disiplin pada putra putri mereka.
Setelah terjadi penurunan persentase jumlah penderita Covid-19, pemerintah mulai memberlakukan PTMT ( Pertemuan Tatap Muka Terbatas ) pada beberapa sekolah. Siswa yang sudah terbiasa belajar dirumah tanpa pengawasan langsung oleh guru menjadi menurun kedisiplinannya, banyak siswa yang terlambat dengan alasan bangun kesiangan ini disebabkan mereka terbiasa bangun siang dan malas untuk segera mandi dan berpakaian seragam. Siswa jadi tidak fokus pada pelajaran mencuri-curi waktu untuk membuka HP dan suasana kelas menjadi gaduh. Namun ketika proses pembelajaran dimulai mereka terlihat tidak percaya diri untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru karena sudah terbiasa di rumah dibantu olah orang tua atau saudaranya ketika mengerjakan tugas. Dalam mengerjakan tugas pun mereka tidak disiplin karena memakan waktu lama dan bahkan tidak bisa selesai sesuai waktu yang ditentukan, karena pada saat pandemi banyak siswa terlambat mengumpulkan tugas bahkan ada yang tidak mengumpulkan sama sekali. Guru harus melakukan home visit untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Kondisi tersebut membuat hati saya terketuk untuk membangkitkan lagi semangat anak didik saya agar mereka termotivasi lagi untuk giat belajar. Hal ini tak lepas dari tugas saya sebagai koordinator kewirausahaan sekolah dan guru mata pelajaran Bahasa Inggris. Saya dituntut untuk bisa menanamkan jiwa kewirausahaan melalui pendidikan karakter pada anak didik saya. Jiwa kewirausahaan adalah jiwa yang selalu aktif, kreatif, inovatif, disiplin, pantang menyerah, bekerja keras, selalu mencari solusi terbaik, kompetitif serta memiliki naluri kewirausahaan.
Penanaman jiwa kewirausahaan saya lakukan dengan mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran Bahasa Inggris yang terdapat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam perencanaan jiwa kewirausahaan bisa dimunculkan dalam rencana pembelajaran. Sedangkan dalam pelaksanaan pembelajaran bisa ditanamkan ketika siswa harus disiplin, datang tepat waktu, mengerjakan dan mengumpulkan tugas sesuai waktu yang ditentukan serta dalam mentaati peraturan sekolah. Jiwa kewirausahaan yang aktif, bekerja keras, mencari solusi terbaik, dilaksanakan ketika dalam kegiatan diskusi kelompok. Jiwa kewirausahaan jujur, mandiri, berjuang dengan keras, pantang menyerah dan kompetitif ditanamkan ketika siswa mengikuti evaluasi atau penilaian.
Dengan pembimbingan secara langsung atau tatap muka, secara berangsur–angsur siswa mulai kembali lagi pada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan pada saat belajar di sekolah dan mulai meninggalkan sifat malas dan ketergantungan pada HP. Motivasi lain yang diberikan pada siswa adalah bagaimana bisa mengembangkan mata pelajaran Bahasa Inggris untuk bisa berwirausaha. Dalam hal ini siswa diarahkan untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler English club. Mereka bisa lebih mendalami cara berkomunikasi dan menulis dengan menggunakan bahasa Inggris. Siswa juga dimotivasi untuk mengikuti berbagai kompetisi dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Harapan yang diinginkan adalah lulusan yang berprestasi, berwawasan luas,mampu berwirausaha, mandiri, bekerja keras dan bersaing demi kelangsungan hidup mereka ketika terjun ke dalam masyarakan.
Bentuk kewirausahaan apa saja yang bisa menjadi pilihan siswa untuk berwirausaha dengan mempelajari bahasa Inggris? Jawabannya adalah sangat banyak pilihan, misalnya mereka bisa jadi guru Bahasa Inggris pada pendidikan formal maupun non formal, menjadi penerjemah, juru bicara, pemandu wisata, dll. Di SMP Negeri 1 Sambi, pengalaman nyata dalam penanaman jiwa kewirausahaan sudah dilakukan ketika acara pelepasan siswa kelas IX, siswa mampu menjadi MC dengan menggunakan bahasa pengantar berbahasa Inggris. Tapi untuk bisa mencapai tahap itu tentunya butuh perjuangan yang tidak mudah.
Sekolah menjadi tempat yang sangat tepat untuk menanamkan jiwa kewirausahaan dengan alasan sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang dapat dipercaya bisa memberikan masa depan yang lebih baik pada siswa, jangkauannya sudah luas dan dapat menjadi sarana bagi keluarga untuk meringankan tugas orang tua dalam pengawasan dan pendampingan dalam pendidikan. Setelah semua prosedur formal dilakukan untuk menanamkan jiwa kewirausahaan diharapkan sekolah dapat menghasilkan tamatan yang siap memasuki lapangan kerja secara mandiri sebagai wirausaha (entrepreneur) dengan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang didapat ketika belajar di sekolah.
Harapan saya semoga semua sekolah dan siswa sudah siap memasuki pembelajaran tatap muka lagi setelah melakukan pembelajaran daring dan WFH. Tetap menerapkan protokoler kesehatan meskipun pandemi sudah berakhir, karena menjaga kesehatan adalah kewajiban kita semua tidak hanya pada saat terjangkit wabah virus atau penyakit tapi selama kita masih diberikan nikmat hidup oleh Allah S.W.T.