SUWARDI, S.Pd.SD
Guru SD Negeri 215/IX Tanjung Sari
Tantangan Guru
Pada era globalisasi dan digitalisasi ini guru semakin banyak menghadapi tantangan. Suka ataupun tidak suka, mau ataupun tidak mau harus dihadapi oleh guru dengan segala profesionalisme.
Berbagai tantangan bagi guru adalah tantangan administrasi keberagaman siswa, dan pemenuhan kebutuhan sosial ekonomi. Guru tidak hanya berpangku tangan menghadapi ketiga tantangan tersebut. Guru harus berkompeten dalam mengajar, mendidik, melatih, serta harus berkiprah di tengah masyarakat. Dengan demikian guru dapat menempatkan diri dan berhasil dimasyarakat baik selaku guru, maupun sebagai anggota masyarakat.
Tantangan Administrasi
Indikator berhasil tidaknya suatu kegiatan tertentu sekarang dilihat berdasarkan kelengkapan administrasi dalam melakasanakan tugasnya. Sebagai contoh meskipun guru dapat mengajar dengan baik tetatpi tidak membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) atau dalam kurikulum merdeka disebut modul ajar dapat dikatakan tidak baik mengajarnya.
Kepala sekolah dan pengawas sekolah pun jika sedang mengadakan supervisi akan menanyakan kelengkapan administrasi guru. Karena jika guru tidak membuat kelengkapan administrasi dipastikan hasil yang dicapai tidak akan optimal.
Guru selain sebagai pengajar juga sebagai administrator. Maka selain membuat modul ajar juga membuat program tahunan dan program semester. Hal ini penting agar pembelajaran dapat berjalan dengan terarah dan tidak menyimpang dari kurikulum. Perlu dipahami pembuatan program jangan hanya dipandang sebagai pemenuhan administrasi saja. Sebab jika ini terjadi, maka akan terjadi pula pemakaian program yang berulang-ulang.
Program yang usang atau yang sudah pernah dipakai tidak boleh dipakai lagi. Selain sudah kadaluwarsa, juga sudah tidak relevan lagi. Kondisi peserta didikpun sudah berbeda.
Seiring dengan diberikannya tunjangan sertifikasi, serta tunjangan lainnya bagi guru yang belum sertifikasi, hendaknya tidak lagi ada guru yang bermalas-malasan. Guru dituntut menyiapkan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut misalnya; modul ajar, buku teks, dan modul projek.
Jika semuanya sudah dipersiapkan maka ketika guru tampil di depan kelas tidak lagi merasa canggung. Siswapun merasa senang dengan guru yang mengajar dengan penuh percaya diri. Guru juga diharapkan dapat mengemas setiap proses pembelajaran. Guru diharapkan dapat menciptakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Tantangan Keberagaman Siswa
Belakangan ini sering terdengar kasus guru melakukan tindakan kekerasan pada peserta didiknya. Ironis memang, disaat guru dituntut untuk memberikan Pendidikan karakter justru ada oknum guru yang menodai dunia pendidikan.
Hal ini tidak akan terjadi apabila guru dapat menahan diri. Jika guru harus terpaksa memberi hukuman atau sanksi kepada peserta didiknya maka berikanlah hukuman yang wajar. Janganlah menghukum anak dengan tindakan fisik. Berikanlah hukuman yang bersifat mendidik.
Selain pengajar guru juga sebagai pendidik, guru diharapkan dapat merubah perilaku peserta didik yang nakal/bandel menjadi lemah lembut. Sehingga tidak terjadi lagi ada kasus siswa ditendang atau ditampar gurunya. Bahkan jangan lagi mendengar ada guru yang memberikan hukuman pada anak didiknya meskipun hanya berupa hukuman siswa disuruh tegak di halaman sekolah dengan satu kaki.
Hal inilah kiranya yang menjadikan tantangan tersendiri bagi guru. Disadari atau tidak bahwa peserta didik itu adalah sangat unik atau heterogen. Sebagai contoh, jika di suatu kelas terdiri 25 siswa maka akan ada 25 karakter dan sifat yang berbeda dengan lainnya.
Terlebih didaerah baru seperti daerah tranmigrasi, peserta didik berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda, berbeda adat-istiadat, agama, dan budaya. Hal ini hendaknya bisa disikapi denga bijak oleh guru.
Tantangan Kebutuhan Sosial Ekonomi
Di tengah-tengah masyarakat sebagai makhluk sosial guru tidak bisa melepaskan dirinya sebagai anggota masyarakat. Guru harus mampu berbaur dan beradaptasi Dengan lainnya perlu jalinan interaksi yang harmonis antar sesama.
Terkait dengan keharmonisan keluarga, guru harus berusaha menciptakan keharmonisan tersebut. Salah satu faktor pendukung terciptanya suasana tersebut adalah terpenuhinya kebutuhan pokok. utamanya kebutuhan pangan, sandang, dan tempat tinggal. setelah itu baru kebutuhan untuk kelengkapan peralatan rumah tangga dan masih banyak lagi kebutuhan lainnya. kalau hanya mengandalkan gaji, tentu guru tidak mampu dan harus disertai dengan keuletan usaha pendapatan lain. Dengan catatan usaha tersebut tidak mengganggu tugas pokok dan fungsinya sebagai guru.
Guru memerlukan eksistensi dari masyarakat. Pengakuan sebagai warga masyarakat yang layak. tidak dipandang sebelah mata jika berdampingan dengan orang lain yang berbeda profesi tentara, polisi, pengusaha, dokter, atau seniman misalnya. Dan jika sudah mendapatkannya tentu saja ingin mempertahankannya. Sehingga, keberadaannya mendapat tempat di masyarakat. Aneh tapi nyata, harta kekayaan atau taraf ekonomi dijadikan ukuran dalam menempatkan status masyarakat. Padahal sebenarnya derajat seseorang itu bukan dilihat dari kekayaannya, melainkan dipandang dari ketakwaan seseorang tersebut terhadap Al-Khaliq Allah SWT.
Tantangan-tantangan tersebut kiranya dapat diatasi dengan profesionalisme. Lapang dada menghadapi berbagai perilaku siswa yang bervariasi dalam berusaha mempertahankan kelangsungan hidupnya di tengah-tengah masyarakat.
Masyarakatpun sebagai salah satu komponen dalam tri pusat pendidikan seharusnya berperan aktif membina putra-putri bangsa, bukan menyalahkan guru jika terjadi kenakalan siswa. Siswa hanya beberapa jam saja berada di sekolah selebihnya berada di masyarakat. Jika orang tua, guru, dan masyarakat sebagai tri pusat pendidikan saling menyadari, tentu semua tantangan tersebut akan dapat dihadapi.