Dra. Irkhamiyah
MTsN 1 Temanggung Jawa Tengah
Pandemi COVID-19 telah merubah kita dalam banyak hal tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Tulisan ini terilhami saat penulis masuk suatu kelas yang salah satu peserta didiknya terlihat diam tanpa aktivitas seperti layaknya teman-teman sekelasnya, pakaian berbeda dengan yang lainnya, alat sekolah pun tak dibawa juga, lalu tergeraklah penulis untuk menanyakan alasannya. Apa jawabnya?
Kita bisa membayangkan apa jawaban anak, dan apa reaksi yang akan muncul mendengar jawaban anak, marah, menghardik, menyalahkan atau bagaimana. Kasus semacam ini sering terjadi di dunia pendidikan, apalagi di masa sekarang ini banyak anak yang kehilangan waktu belajarnya. Anak cenderung kurang peka, masa bodoh dan tak peduli dengan diri dan lingkungannya, tidak menyadari kebutuhan hakiki dirinya saat ini dan persiapan untuk masa depannya. Selama berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan satu tahun lebih kita semua dan peserta didik khususnya terkungkung dalam suasana keterbacaan untuk bergerak dan beraktivitas, maka sudah seharusnya kita sebagai praktisi pendidikan menyadari, mengkaji dan mencari solusi terbaik untuk mengatasi masalah yang muncul akibat pandemi yang berkepanjangan, dan tidak serta merta menyalahkan anak dan keadaan saja.
Permasalahan awal yakni adanya ketidaksesuaian seorang peserta didik dengan peserta didik lainnya dalam hal sikap dan ketidakdisiplinan di kelas merupakan salah satu fenomena yang menggambarkan kemungkinan adanya ketidakpatuhan dan ketidakdisiplinan di rumah yang pastinya berdampak pada kualitas peserta didik di bidang non akademiknya, ya ini dari segi sosial dan segi spiritualnya yang di antaranya disebabkan oleh pemakaian gadget yang berlebih dan kurangnya pengawasan dan bimbingan sehingga anak terhambat dan terkontaminasi oleh informasi-informasi dan konten-konten negatif dari gadget yang mereka gunakan.
Ditinjau dari sisi materi pembelajaran yang kita sampaikan ke peserta didik tentu jauh dari yang seharusnya diterima oleh peserta didik kita kala pembelajaran normal, pada materi pembelajaran Bahasa Inggris yang penulis ampu misalnya terjadi penyusutan 6 KD pada kurikulum normal menjadi 2 KD pada kurikulum darurat, ini dilakukan pemerintah dalam rangka untuk mengurangi beban peserta didik yang dimungkinkan bisa menurunkan imunitas peserta didik. Ini baru satu bidang studi saja belum bidang studi yang lainya. Bayangkan bagaimana kualitas akademik peserta didik paska pandemi nanti, tentu akan butuh waktu panjang untuk bisa kembali sebagaimana sebelumnya.
Banyak orang tua merasa cemas menyaksikan fenomena ini, bahkan sebagian orang tua ada yang tak mau berspekulasi dengan menerima keadaan begitu saja dan memilih alternatif untuk memindahkan sekolahnya ke pesantren yang dirasa lebih menjanjikan dan bisa meminimalisir dampak negatif teknologi atau kecanggihan gadget yang tidak mereka harapkan.
Inilah sebagian tantangan praktisi pendidikan di bidang akademik dan non akademik yang harus dicarikan solusinya.
Mengambil istilah Mahfud An dalam bukunya “Be a Good Teacher”, yang menyatakan bahwa guru atau pendidik adalah “Lentera Kehidupan” bagi peserta didiknya. Lentera yang akan selalu menerangi kegalauan, kegelapan dan bahkan kerusakan yang dialami oleh peserta didik sebagai dampak pandemi ini.
Sebagai “Lentera kehidupan”, seorang pendidik memiliki tantangan untuk mampu beradaptasi dengan lingkungannya dan sekaligus mampu menjadi magnet bagi peserta didiknya. Untuk bisa menerangi kehidupan siswanya seorang pendidik harus menjadi guru yang sukses yang mampu memberikan inspirasi yang tiada henti kepada murid-muridnya. Bagaimana untuk bisa menjadi guru yang sukses?
Beliau menyampaikan bahwa untuk menjadi guru yang sukses harus memiliki beberapa kekuatan, antara lain: kekuatan spiritual, kekuatan identitas, kekuatan keyakinan, kekuatan akhlak, kekuatan keteladanan, kekuatan toleransi, kekuatan kata-kata, dan kekuatan daya tarik performa. Semuanya ini harus dipersiapkan dalam rangka membentuk pribadi guru yang baik (To be a good teacher).
Menjadi sosok guru yang baik dan sukses akan menjadi magnet bagi peserta didiknya, apa yang disampaikan akan selalu melekat di hati dan dikenang sepanjang hidupnya.“Be a good teacher” tentu dibarengi dengan “Do the best” yang pada akhirnya akan sampai pada “Have” yaitu memperoleh sesuatu kesejahteraan atau kebahagiaan.
“Sesungguhnya seiring adanya kesulitan tentu ada kemudahan” (Q.S. al-Insyirah ayat 6)
Selain tantangan akibat pandemi ini tentu ada hal-hal yang bisa kita jadikan peluang, yaitu peluang untuk belajar mengatasi masalah yang terjadi secara bijak, peluang menjadi guru inovatif dengan mempelajari berbagai metode dan teknik pembelajaran yang baru agar peserta didik kita mampu belajar daring atau daring secara maksimal, peluang untuk menjadi fasilitator dan motivator yang berkualitas dan peluang untuk belajar beradaptasi dengan lingkungan dengan lebih banyak lagi belajar layaknya peserta didik di era digital (4.0) ini.
Selamat dan sukses untuk para pejuang pendidikan milenial abad 21!