Lucia Supri Handayani, S.Pd.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipiscing elit dolor
Salah jurusan tidak cuma bisa terjadi saat naik bus atau angkutan umum. Kuliah pun punya potensi “menyesatkan“ kok gitu? Ibarat mobil, kalo mau ke luar kota lebih baik ke bengkel dulu. Dari situ kita jadi yakin mobil layak diandalkan apa tidak. Kuliah juga begitu kalau program studinya nggak cocok sama kita dan kita nggak sadar, biasanya kita pasti malah jadi pusing.
Seperti pengalaman Joko yang mengalami ketidakcocokan dalam kuliah. Dulu Joko sempet cuek alias asal-asalan dan tidak bertanya dengan orang tua saat memilih jurusan komputer di kampusnya. Joko nekat mencoba jurusan Sistem Informatika yang ada di Fakultas Ilmu Komputer. Alasannya? ternyata cuma gara-gara dia hobi dengan komputernya alias suka main game di komputer. Dalam benak Joko sistem informatika mudah untuk dijalankan. Begitu merasakan kuliah semuanya bertolak belakang dengan keinginannya dan tidak sesuai dengan yang dibayangkan. Akhirnya Joko keteteran kuliah di jurusan Sistem Informatika.
Ada penelitian dari Indonesia Career Center Network (ICCN) 2017 ternyata 87% mahasiswa mengalami salah jurusan. Sudah masuk universitas ternyata jurusan yang di ambil tidak sesuai. Ketika mahasiswa memilih jurusan yang salah banyak dampak yang akan dialaminya:
- Buang uang, kita ketahui bersama, biaya kuliah setiap semester dari tahun ke tahun bisa dikatakan tidak Bayangkan saja, orangtua harus membayar biaya kuliah hingga jutaan, belasan juta bahkan puluhan juta setiap tahunnya. Belum lagi ditambah dengan kebutuhan biaya hidup.
- Buang waktu, selain itu kita juga akan kehilangan banyak waktu yang sangat berharga dan melewatkan momen produktif di usia muda, sedangkan umur kita
- Buang energi, ketika kita salah jurusan di tengah- tengah kita merasa beban dan mengeluarkan energi- energi kita lebih banyak karena kita melakukan yang tidak sesuai/tidak suka dengan bakat kita, tidak sesuai dengan kepribadian kita, sehingga ketika kita belajar atau bekerja itu jadi semakin
- Buang hidup, salah memilih jurusan membuat kita tidak nyaman dalam menjalani hidup. Akhirnya muncul perasaan malas pergi ke kampus, tidak percaya diri, merasa minder karena merasa dirinya bodoh, menarik diri dari pergaulan, mengurung diri di kamar dan Disinilah dalam tanda kutip bisa dikatakan membuang hidup kita.
Orang tua sangat berperan dalam membantu anak mengambil keputusan. Hal ini dapat dilakukan dengan menjalin komunikasi, mendengarkan apa yang menjadi harapan anak untuk masa depannya. Walaupun terkadang secara batin orang tua tidak setuju dengan pilihan yang diambil oleh anak. Menentang atau bersikap otoriter terhadap anak bukan merupakan pilihan yang tepat saat membantu anak dalam mengambil keputusan. Justru di sinilah orang tua membukakan pikiran anak dengan kemungkinan-kemungkinan yang perlu menjadi bahan pertimbangan.
Ada beberapa point yang harus dibuka pikiran anak ketika memilih jurusan yang tepat, yaitu:
- Potential yaitu genetik atau kemampuan apa yang kita miliki, di sini orang tua memberikan gambaran mengenai keterampilan apa yang sudah dimiliki oleh anak, orang tua juga dapat melihat bakat yang dimiliki oleh Perlu disadari bahwa setiap individu memiliki potensi yang berbeda-beda.
- Personality yaitu kepribadian yang sesuai, anak kita orangnya seperti apa, sangat jelas sekali kalau orang tua sangat mengenal keseharian anaknya di
- Passion yaitu perasaan yang membuat anak kita bersemangat dan bergairah terhadap sesuatu seperti apa yang kita cintai dan apa yang anak kita Apabila anak kita menyukai atau menginginkan sesuatu, otomatis anak kita akan rela bekerja keras dan banyak berkorban untuk mencapai hal itu.
Sumber Pustaka:
https://www.inews.id/news/nasional/survei-87-persen- mahasiswa-di-indonesia-salah-jurusan