logo-color

Publikasi
Artikel Populer

BERBURU BARANG ANTIK DI PASAR BERINGHARJO YANG BERLAHAN CILIK

DISTI ANGGUN SAPUTRI

DISTI ANGGUN SAPUTRI

distianggunsaputri@gmail.com
Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lumajang

                                 

Keramaian Jalan Malioboro di pagi hingga sore hari diantaranya terpicu oleh keberadaan Pasar Beringharjo, yang lokasinya berdampingan dengan Museum Van Deen Burg. Pasar ini merupakan Pasar Tradisional yang hingga kini masih berdiri di tengah-tengah keramaian Daerah Istimewa Yogyakarta. Pasar ini merupakan pusat kegiatan ekonomi yang berdiri selama ratusan tahun silam dan keberadaannya mempunyai makna yang filosofis. Lokasi Pasar ini dahulunya adalah hutan yang dikelilingi oleh pohon-pohon beringin sehingga lingkungannya sejuk. Pada tahun 1758 wilayah pasar ini digunakan sebagai tempat transaksi ekonomi bagi masyarakat Yogyakarta, kemudian pada tahun 1925 dilakukan perbaikan di beberapa areanya, setelah itu tempat ini di bangun menjadi sebuah tempat berdagang yang permanen.

Pasar Beringharjo juga memiliki kawasan atau tempat yang di konsep sesuai dengan barang dagangan yang dijual oleh pedagangnya, antara lain:

  1. Lantai satu sebelah barat merupakan lokasi kuliner atau jajanan pasar, di bagian selatan terdapat jajanan Bakpia isi, kue-kue basah, Nagasari, Hung kwe Ting-ting caramel, dan bagian sebelah utara menjual Brem berbentuk bulat yang teksturnya lembut, bagian barat tersedia berbagai Batik terbaik koleksinya juga lengkap mulai dari Batik Cap sampai Batik Tulis dalam bentuk kain maupun pakaian jadi, mulai yang seharga puluhan ribu hingga ratusan ribu. Termasuk pula di lantai ini terdapat barang dagangan berupa:  Blangkon, Beskap, Selop, Terompah, dan barang-barang cinderamata lainnya yang bermotifkan batik.

  2. Lantai dua bagian timur terdapat banyak jejamuan seperti rempah-rempah yang ditawarkan yaitu ada jahe, kunyit, asam, kencur, temulawak, juga ada ciri khas yaitu wedang ronde yaitu minuman khas Yogyakarta yang didalamnya ada penganan bulat-bulat kecil terbuat dari beras ketan dengan isian kacang tanah dan gula, kemudian penyajiannya di taruh dalam mangkuk dan disiram dengan kuah jahe yang rasanya menjadi pedas manis. Ada kalanya wedang ronde ini disajikan dengan tambahan isi berupa agar-agar,kolang-kaling, roti tawar, dan kacang sangrai.

  3. Lantai tiga, mejadi sentra penjualan barang antik, seperti: Mesin ketik tua, Kaset-kast oldies tahun 50-an, Pantalon atau Helm buatan tahun 60-an yang bagian depan memiliki penutup wajah berbahan mika dengan ukuran sebatas hidung, Seterika Arang, Kerajinan logam dan sebagainya. Selain itu juga terdapat  berbagai barang impor seperti tas,sepatu,pakaian yang harganya lebih murah tetapi dengan  kualitas terbaik. Singkat kata di lantai ini terdapat barang-barang antik yang bisa dipilih sesuai minat dan daya beli para pembelinya.

Menurut pengamatan Yunanto Wiji Utomo, Pasar ini dibuka pukul 08.00 WIB dan resmi tutup pukul 17.00 WIB.  Namun demikian, selepas jam tutupnya pasar tersebut, biasanya masih ada para pedagang yang belum menutup los atau lapaknya karena biasanya masih ada saja para wisatawan yang tetap asyik melakukan penawaran-penawaran demi mendapatkan harga termurah terhadap barang yang diincarnya. Situasi akan berangsur sepi ketika pintu masuk utama menuju pasar mulai ditutup perlahan-lahan oleh penjaganya. Selepas itu, di trotoar depan Pasar Beringharjo akan dipenuhi oleh pedagang berbagai macam kuliner seperti Martabak,Terang Bulan,Sate Ayam, Sate Kelinci, dan utamanya ada pedagang Gudeg komplit dengan kreceknya, yang merupakan makanan khas Yogyakarta.

Pasar ini juga menyediakan berbagai fasilitas untuk memudahkan pengunjung dalam berbelanja seperti, pasar ini memiliki area parkir yang luas, sehingga pengunjung tidak perlu khawatir tentang tempat parkir kendaraan. Jika pengunjung datang ke pasar ini tidak dengan menaiki kendaraan pribadi, maka bisa menggunakan sarana transportasi umum, antara lain Trans Jogja. Untuk menaiki Trans Jogja ini, pengunjung dapat naik dari halte Mangkubumi dan turun di halte Malioboro, setelah itu pengunjung dapat berjalan kaki sekitar 5-10 menit untuk mencapai Pasar Beringharjo. Fasilitas lain yang dapat digunakan oleh pengunjung manakala dibutuhkan adalah sarana toilet yang bersih dan terawat.

Sebagai Pasar tradisional yang ramai, maka saat pengunjung berada di tengah keramaian tersebut, perlu berhati-hati terhadap barang bawaannya, khawatir ada tindak kejahatan pencopetan, penjambretan, dan sebagainya. Pastikan pengunjung untuk mengawasi barang-barangnya dengan seksama, bilamana memerlukan bantuan dapat melaporkan kepada petugas keamanan pasar yang berjaga dihari itu. Selain itu, pengunjung juga perlu berhati-hati saat membeli barang, terutama jika membeli barang antik atau langka, karena ada risiko membeli barang palsu atau replika.

Ketika penulis menyampaikan himbauan kewaspadaan kepada pembaca jika nantinya berkunjung dan berbelanja di Pasar Beringharjo, bukan bermaksud untuk menelisik sisi gelapnya pasar ini melainkan hanya mengajak untuk bersama-sama menciptakan rasa aman dan nyaman saat berbelanja,  karena sesungguhnya pesona di sisi terangnya sangat banyak juga. Terbukti penulis bersama kawan-kawan dan para Dosen yang berasal dari Fakultas Hukum Universitas Lumajang Kabupaten Lumajang Propinsi Jawa Timur sangat menikmati perjalanan memasuki Pasar Beringharjo, setelah melaksanakan Benchmarking di Universitas Veteran Bangun Nusantara Kabupaten Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah. Di dalam pasar ini sempat terjadi keseruan yang luar biasa saat penulis bersama beberapa teman lainnya menaiki lantai tiga dan mendapati sebuah mesin ketik kuno, sembari membayangkan betapa susahnya para mahasiswa dimasa lalu saat mengetik naskah apapun termasuk Skripsi, yang harus berganti-ganti kertas dan mengulangi pengetikan saat terjadi kesalahan kata sedikit saja diantara ratusan kata yang sudah benar. Sungguh sangat beruntung penulis kini dapat menyusun naskah apapun dengan mudah semenjak adanya alat-alat canggih masa kini.

Saat penulis usai berbelanja beberapa pakaian berbahan batik dan sebuah barang antik berbahan logam kuningan, kemudian berjalan ke arah selatan pasar dan duduk di bebatuan buatan berbentuk bulat telur yang terletak tepat di titik nol Yogyakarta, adalah keunikan lokasi Pasar ini. Dari jarak beberapa meter terlihat jelas bahwa sebenarnya pasar ini bukanlah tempat yang sangat luas malah sebaliknya terkesan kecil atau cilik (bahasa Jawa) bila dibandingkan dengan bangunan museum di sebelah selatannya yaitu teras malioboro, sementara jumlah pengunjung yang berdatangan sebanding, bahkan melebihi kedua tempat lainnya itu. Tetapi mengapa Pasar Beringharjo hingga di era 4.0 terus bertahan menjadi pesona wisata belanja yang menarik bagi para wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara?

Belum juga penulis menemukan jawabannya yang pasti, tiba-tiba terdengar suara klakson Telolet dari Bus yang kami tumpangi, maka penulis terhenyak dari lamunannya dan secepat kilat berlari menuju  lokasi parkiran di depan Bangunan Gedung Bank Indonesia. Ketika sudah menemukan busnya, berlarian dengan menenteng barang belanjaan yang lumayan berat, maka penulis masuk ke dalam bus menghela nafas  hingga terasa benar penat dan nikmatnya berburu barang antik di Pasar Beringharjo yang berlahan cilik.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I