Agung Susanto, S.Pd
SMKN 1 Temanggung
agung.alika01@gmail.com
Kebhinnekaan dapat diartikan beraneka ragam atau bermacam-macam. Negara Republik Indonesia merupakan negara yang beraneka ragam suku, bahasa, ras, agama, dan kepercayaan. Keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah hal yang sangat membanggakan. Sedangkan kebhinnekaan global adalah salah satu karakter penting yang sangat perlu ditumbuhkan pada pelajar di era ini. Dalam Permendikbud nomor 22 disebutkan elemen dan kunci kebinekaan global meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.
Dalam rangka menumbuhkan kebhinnekaan global, Pemerintah meluncurkan Kurikulum Merdeka pada tanggal 11 Februari 2022. Salah satu keistimewaan dalam kurikulum ini ada program Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila menjadi program kokurikuler yang diunggulkan dapat membentuk karakter anak bangsa, salah satunya memiliki kebhinnekaan global.
Program tersebut merupakan upaya membentuk pelajar Indonesia menjadi pelajar yang memiliki karakter kebinekaan global dengan perilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif seperti yang disebutkan dalam Permendikbud tahun 2020.
Dalam praktiknya, pelajar Indonesia harus mencintai budaya lokal, identitas kedaerahan namun berpikiran luas dan terbuka dalam menghadapi budaya lain yang tidak bertentangan dengan budaya bangsa. Dari pemaparan tersebut, peserta didik diharapkan tetap mempertahankan budaya lokal, namun mampu menghargai budaya positif dari luar, menyongsong persaingan global di masa depannya.
Dalam rangka membentuk profil Pelajar Pancasila yang memiliki kebhinnekaan global, Guru dituntut untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran. Harus ada inovasi yang dilakukan agar karakter ini terbentuk bukan hanya sekadar transfer pengetahuan di kelas sekaligus penerapan Kurikulum Merdeka dapat dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan oleh guru. Hal ini cukup sulit dilakukan, namun bukan tak mungkin inovasi dilakukan di kelas untuk membentuk karakter yang menghargai perbedaan. Inovasi ini diharapkan mudah dan sederhana untuk dilakukan.
Hal diatas menjawab beberapa tantangan menurut kementerian pendidikan dan kebudayaan diantaranya guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar serta pendekatan berbasis kebutuhan individu dan berpusat pada siswa. Kedua hal inilah yang patut diberi perhatian lebih untuk membentuk pola pendidikan masa kini terlebih harus ada inovasi yang dapat diterapkan untuk mewujudkannya yaitu sesuai tantangan dari kemdikbud lainnya yaitu pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.
Pembelajaran Berbasis Permainan
Sesuai dengan poin pertama dalam tantangan Merdeka Belajar adalah belajar menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan. Mayoritas peserta didik menyukai permainan, apalagi diimplementasikan dalam pembelajaran. Dalam permainan ini ada keterlibatan peserta didik baik yang memiliki kompetensi cukup maupun yang belum. Semua terlibat tidak memandang suku, ras agama, atau gender. Untuk menguatkan kebhinnekaan global, guru bisa memilih permainan yang mengharuskan berkelompok. Guru dapat membantu siswa berkelompok dengan cara acak atau tidak membiarkan siswa membentuk kelompok sendiri. Apabila peserta didik membentuk kelompok sendiri, tidak ada pemerataan kemampuan, gender maupun agama. Mereka cenderung berkelompok sesuai dengan keinginan sendiri, di sisi lain siswa yang minoritas akan semakin tersingkirkan. Dalam kelompok yang heterogen, peserta didik akan belajar mengenal dan menghargai perbedaan yang ada di kelas. Mereka akan berbaur dan tidak mempermasalahkan perbedaan dalam permainan yang menyenangkan.
Selain itu, guru dapat melakukan musyawarah mufakat tentang peraturan pembelajaran di kelas. Dengan bermusyawarah, guru memberikan kesempatan setiap siswa menyampaikan pendapat pribadinya. Apabila ada perbedaan pendapat guru tidak boleh memihak pada salah satu atau sekelompok siswa.
Internet Mendukung Kebhinnekaan Global
Tantangan guru sesuai arahan Mas Menteri salah satunya yang telah disebutkan adalah pemanfaatan teknologi. Hal ini telah dipraktikkan jutaan guru di Indonesia terlebih saat pandemi tahun-tahun sebelumnya dengan memanfaatkan teknologi internet lebih maksimal.
Purnomo dalam Setiyani, peneliti dalam bidang pendidikan menjelaskan Internet menawarkan kesempatan kepada peserta didik antara lain : a. Belajar sendiri secara cepat untuk meningkatkan pengetahuan, belajar berinteraksi, mengembangkan kemampuan di bidang penelitian b. Memperkaya diri dalam hal meningkatkan komunikasi dengan peserta didik lain, meningkatkan kepekaan akan permasalahan yang ada di seluruh dunia.
Dari pemaparan tersebut, Pelajar Pancasila dapat belajar berinteraksi dengan siswa lain, memperluas wawasan, mengembangkan kemampuan komunikasi serta meningkatkan kepekaan terhadap permasalahan di luar dirinya. Hal ini akan mendorong siswa menghargai temannya, sekaligus membuka wawasan terhadap permasalahan di luar lingkungannya bahkan dari berbagai negara. Sehingga terbentuk Pelajar Pancasila yang tetap mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi dengan sesama dan kearifan terhadap wawasan global.
Penggunaan internet ini dapat di lakukan dimanapun dan kapanpun, dapat menjadi sumber belajar di kelas maupun tambahan sumber ketika di luar kelas. Contoh penggunaan internet dengan menggunakan akun pembelajaran, media sosial, ataupun website-website edukasi. Salah satu penggunaan internet untuk pembelajaran adalah Akun Pembelajaran. Akun Pembelajaran yang kini beragam membantu para guru dalam mengembangkan berbagai materi menarik untuk menunjang pembelajaran. Guru memiliki keleluasaaan untuk berinovasi dan memadukan beberapa model layanan internet agar siswa memiliki wawasan global.
Pelajar Pancasila yang mempunyai karakter berbhinneka global ini tentu sangat berpotensi untuk menjadi seseorang sukses di kehidupan masa datang. Mereka tak menghapus jati diri bangsanya, bangsa yang beraneka ragam dan memiliki kemampuan berkomunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama. Lebih penting lagi, mereka membudayakan budaya lokal yang baik, namun tak menutup diri dari perkembangan jaman dan pengaruh budaya dari seluruh dunia yang baik. Think Global, Act local.
DAFTAR PUSTAKA
Setiyani, Rediana. 2020. Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan Vol. V, No. 2, Desember 2020. Hal 117-133.
Permendikbud nomor 22 Tahun 2020 Tentang RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2020-2024