Komariah Suwito, S.Pd.I
MAN 1 Kabupaten Gorontalo
komariahsuwito@gmail.com
Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan budaya. Indonesia, sebagai sebuah negara yang kaya dengan keberagaman budayanya, telah menyimpan berjuta cerita dan tradisi adat istiadat yang menghiasi aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Salah satu warisan budaya yang menarik dan menakjubkan untuk dinikmati hingga saat ini adalah seni pertunjukan Kuda Lumping atau nama lainnya yang sering di kenal yaitu Jaranan atau Kuda Kepang. Meskipun Sebagian Masyarakat menganggap kesenian ini kontroversial sebab terindikasi adanya keterkaitan dengan aspek spiritual, tak sedikit pula masyarakat yang mampu memadukan kesenian ini dengan ajaran agama Islam. Dengan akar yang dalam serta kepercayaan dan tradisi Masyarakat Jawa, kesenian tradisional Kuda Lumping ini mampu memadukan antara keindahan seni budaya dengan ajaran agama islam, hingga membentuk sebuah keharmonisan yang memukau para penikmat seni. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai budaya kesenian Kuda lumping yang tidak pernah melupakan akan pentingnya sebuah keyakinan dalam ajaran Islam.
Sejarah Kuda Lumping
Kuda Lumping merupakan salah satu bentuk kegiatan seni pertunjukan yang lahir dari tanah Jawa, Indonesia yang mengenakan pakaian ciri khas menyerupai kuda dan meniru gerakan-gerakan kuda dalam pertunjukannya. Awal mula lahir kesenian ini dipercaya berasal dari tradisi kuno para prajurit yang memuja kuda sebagai simbol kekuatan dan keberanian dalam pertempuran atau peperangan. Akan tetapi, seiring dengan bergulirnya waktu, Kuda Lumping bertransformasi menjadi sebuah seni pertunjukan yang menggabungkan unsur-unsur magis, musik, dan gerakan tubuh yang harmonis bahkan tak jarang pertunjukan seni Kuda Lumping ini juga dimainkan oleh para wanita.
Simbolisme Dalam Kuda Lumping
Lambang kuda dalam Kuda Lumping menggambarkan makna yang dalam menurut pemikiran para budayawan Jawa. Selain ditampilkan dengan tujuan sebagai hiburan, pertunjukan ini tak jarang dikaitkan dengan adat kebiasaan untuk membangkitkan kekuatan kepercayaan dan penyembuhan penyakit. Walaupun kadang terdapat unsur mistismenya. Tak sedikit Masyarakat yang memahami acara pertunjukan kesenian ini sebagai bentuk ungkapan Syukur dan perwujudan rasa kebersamaan diantara perbedaan yang ada. Adapun simbolisme dari Kuda Lumping dapat dimaknai sebagai berikut:
- Kekuatan dan Kecakapan
Alat yang dimainkan sebagai Kuda dalam Kuda Lumping melambangkan kekuatan dan kecakapan, hal ini bisa diartikan sebagai gambaran semangat pejuang yang tak kenal Lelah dalam menghadapi tantangan maupun rintangan dalam kehidupan. - Harmoni dan Persatuan
Gerakan-gerakan yang terkoordinasi hingga membentuk sebuah tarian dari para penarinya menggambarkan keselarasan dan persatuan dalam lingkungan Masyarakat. Hal ini menggambarkan sebuah Upaya memperkokoh pertalian sosial antara anggota kelompok dalam sebuah komunitas Masyarakat yang berbeda agar tetap dapat bersatu padu menjalin tali kebersamaan sebab sejatinya kita hidup di dunia ini berasal dari sumber yang sama sehingga walaupun kita berbeda sesungguhnya kita tetap bersaudara. - Aspek Spiritual
Dalam pertunjukan kesenian Kuda lumping juga memasukkan unsur-unsur spiritual. Sebab dalam setiap penampilannya para penari Kuda Lumping diyakini dapat terhubung dengan kekuatan gaib yang mampu memberikan semangat dan mental mereka untuk menjadi kuat. Sehingga saat mereka beratraksi tidak terlihat sakit atau lelah walau sudah menari cukup lama.
Integrasi Dengan Ajaran Islam
Kesenian Kuda Lumping di Indonesia ini berbeda dengan pertunjukan kesenian di Negara lainnya sebab seni Kuda Lumping di Indonesia ini di integrasikan dengan ajaran agama Islam. Walaupun pada awal lahirnya kesenian Kuda lumping ini bisa dikatakan memiliki aspek keterkaitan dengan keagamaan animisme dan kepercayaan tradisional, akan tetapi Masyarakat Jawa mempertimbangkan secara bijak kesenian ini agar tetap dapat dilestarikan dengan memadukan kesenian Kuda Lumping ini dengan ajaran Islam tanpa mengurangi esensinya.
Sangat penting untuk ditanamkan dalam setiap diri dan jiwa kita sebagai penganut keyakinan agama Islam bahwa agama islam mengajarkan dan mendukung toleransi serta penghormatan atas budaya disetiap daerah selama budaya tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran agama. Keberhasilan Masyarakat Jawa dalam menyelaraskan budaya kebanggaan mereka yaitu kesenian Kuda Lumping adalah dengan mengklasifikasi bagian-bagian dalam ritual yang bisa dikatakan mistis dari pertunjukan ini kemudian lebih mementingkan pada aspek seni sebagai usaha hiburan dan menjalin kebersamaan diantara perbedaan para pecintanya.
- Nilai-nilai Islam Dalam Kuda Lumping
Kesenian tradisional Kuda Lumping mencerminkan nilai-nilai yang berlaku secara umum dalam ajaran agama Islam misalnya keberanian, kejujuran, persatuan, dan ketekunan. Kesenian ini secara tidak langsung memberikan informasi ajaran islam dengan cara yang menyentuh hati dan dapat menimbulkan inspirasi dan mengilhami para penontonnya. - Pentingnya Kesederhanaan dan Kepatuhan
Dalam ajaran agama Islam lebih mengutamakan dan mementingkan kesederhanaan dan kepatuhan terdahap Tuhan pencipta alam semesta. Kendatipun Kuda Lumping merupakan pertunjukan yang cukup menarik perhatian, para penarinya senantiasa diingatkan agar tetap rendah hati dan patuh serta taat terhadap aturan-aturan agama yang dianutnya. - Do’a dan Pikir
Dalam mengawali sebuah pertunjukan yang akan dimainkan, para penari sering memanjatkan do’a secara bersama serta membaca dzikir dengan mengharap perlindungan dan keberkahan dari Tuhan. Perbuatan ini menunjukkan rasa pengakuan dan keterhubungan juga sebagai bentuk keyakinan mereka dengan ajaran agama Islam.
Penerimaan dan Pengaruh Kuda Lumping Dalam Masyarakat
Kesenian Kuda Lumping tidak hanya mempertahankan dengan menunjukkan keberadaannya semata, namun telah pula menjadi bagian yang melengkapi jati diri dari sebuah kehidupan Masyarakat di Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pementasan kesenian ini tak jarang dihadiri oleh mereka orang-orang dengan latar belakang yang berbeda baik dari agama dan budaya, sehingga pertunjukkan kesenian ini mampu menciptakan hubungan dan ikatan kebersamaan di antara perbedaan yang ada.
Fungsi Kuda Lumping
Menurut Selasar dalam jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora oleh Edi Sumanto pada tahun 2022 menuliskan bahwa terdapat 4 fungsi Kuda Lumping;
- Sosial. Tarian Kuda Lumping mengandung banyak unsur kerjasama yang dimulai dari penarinya hingga pada penata rias serta pengiringnya. Agar dapat menciptakan kerukunan atau harmonisasi yang baik, maka semua unsur pemain tersebut harus bisa saling bahu membahu.
- Pendidikan. Dalam setiap pertunjukkan tarian Kuda Lumping harus selalu mampu memberikan gambaran tingkah laku yang baik (positif) maupun tidak baik (negatif) yang terdapat dalam tubuh seseorang.
- Hiburan. Tarian Kuda Lumping bisa sebagai hiburan tersendiri bagi masyarakat. Pertunjukan yang dilakukan oleh salah satu penari merupakan momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh para penontonnya.
- Kepercayaan. Masyarakat yang mengadakan kegiatan Kuda Lumping memiliki sebuah keyakinan atau kepercayaan terhadap para penari akan adanya bantuan dari alam gaib. Inilah yang menjadi ciri khas tarian Kuda Lumping terhadap kesenian tari lainnya.
Kesimpulan
Kuda Lumping merupakan salah satu Mutiara kebudayaan yang ada di Indonesia yang memadukan keindahan seni dengan tidak mengabaikan ajaran agama Islam. Kuda Lumping menjadi symbol keberanian, persatuan, dan sebagai bentuk kepatuhan seorang hamba kepada Tuhan-Nya. Kuda Lumping merupakan warisan kebudayaan yang tak ternilai harganya hingga pantas untuk dilestarikan oleh para generasi yang akan datang. Bila menyelami seninya kita akan dapat menemukan sebuah kisah tentang keselarasan dalam bingkai keberagaman yang menjadi harta tak ternilai dan kekayaan sejati bangsa Indonesia.