logo-color

Publikasi
Artikel Populer

PEMBENTUKAN KARAKTER BERBASIS KESASTRAAN

Drs. H. Samsul Hadi, M.Si., CBPA., CPRW.

Drs. H. Samsul Hadi, M.Si., CBPA., CPRW.

MTsN 7 Indramayu
samsulhadi0406@gmail.com

Salah satu faktor yang tak kalah pentingnya untuk menunjang suatu negara adalah karakter dan moralitas warga negaranya. karena ini merupakan dasar yang kuat dari tata nilai suatu negara tersebut. Karakter dan moral masyarakat yang kuat tersebut tentu saja tidak terbentuk dengan mudah, tetapi harus ditempuh dengan  proses dari dalam diri pribadi yang dinamis dan rangkaian program-program pembangunan yang terarah oleh bangsa itu sendiri.

Ada dua faktor yang memberikan andil besar terhadap keandalan karakter dan moral suatu bangsa. Yaitu, faktor luar. Faktor fenomena dan global, adalah faktor yang paling mendominasi yang membawa pengaruh kuat terhadap tata nilai karakter dan moralitas suatu bangsa. Beberapa pihak menganggapnya sebagai ancaman berpeluang besar yang menggilas tatanan nilai-nilai, budaya, dan karakter yang pada akhirnya memunculkan tata nilai berfikir  praktis, cenderung kematerian yang berlebihan, dan mendukung paham liberalisme  yang pada gilirannya merusak kepribadian bangsa itu sendiri yang sebelumnya mempunyai karakter. Tetapi tak dapat dipungkiri, beberapa pihak lain menganggapnya bahwa pengaruh globalisasi adalah faktor positif yang dapat memicu cepatnya pembangunan bangsa. 

Adapun faktor dari dalam yang berdampak besar terhadap pembentukan ciri khas  suatu bangsa adalah pembangunan sektor pendidikan yang sasarannya pada manusia sebagai pelaku pembangunan (human oriented development). Tanpa adanya faktor tersebut, pembangunan hanya dirasa mencakup tataran fisik semata yang tidak disertai adanya pembangunan budaya dan  peningkatan dasar nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan. Sesuatu  yang mempunyai pengaruh besar terhadap wujud manusia sebagai pelaku pembangunan adalah yang memiliki tata nilai,  yakni pendidikan.

Pendidikan adalah usaha dasar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi. Usaha sadar itu semestinya harus disesuaikan dengan lingkungan peserta didik berada. Terlebih pada lingkungan adat dan budayanya. Mengingat peserta didik hidup tidak terpisahkan pada lingkungannya, berfikir dan bertindak atas dasar adat dan budaya lingkungannya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip tersebut di atas, akan menjadikan peserta didik keluar dari dasar budaya lingkungannya. Dan akan menjadi orang asing dalam lingkungannya sendiri, bahkan  dapat menyebabkan seseorang tidak menyukai budayanya sendiri.

Pendidikan pembentukan karakter jelas berbeda dengan pendidikan intelektual dan keterampilan. Pendidikan tersebut sangat bersifat subjektif, berubah-ubah, dan tidak ada materi khusus yang harus dipelajari. Manusia seringkali bersifat ego, lebih mementingkan pribadinya sendiri. Melalui pemelajaran sastra, maka peserta didik didorong untuk lebih memerhatikan dan peduli terhadap orang lain, dari situlah mereka akan mudah menyesuaikan diri pada lingkungannya, mudah bergaul, bekerja sama, dan saling pengertian dengan lingkungannya dia berada.

Seorang pakar pendidikan bahasa dan sastra dari universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Nurgiantoro (2009). Mengatakan bahwa karya sastra itu senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat luhur kemanusiaan itu pada hakikatnya bersifat universal. Artinya, sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh manusia sedunia. Ia tidak hanya bersifat kesebangsaan, apalagi keseorangan, walau memang terdapat ajaran moral-kesusilaan yang hanya berlaku dan diyakini oleh kelompok tertentu saja.

Pendidikan karakter seringkali disampaikan di dalam kelas melalui media sastra dengan keteladanan para tokoh yang terdapat dalam karya sastra. Siswa mengetahui dan mendalami karakter yang terdapat pada diri tokoh tersebut. Pemelajaran  seperti ini hanyalah sebagian dari sekian banyaknya pendidikan karakter yang ditranformasikan ke dalam etos kumpulan sekolah. Hakekatnya, untuk menanamkan nilai-nilai yang mendasar, siswa diharapkan dapat menemukan panutan yang dapat dijadikan contoh dalam semua aspek kehidupan sekolah.

Beberapa negara di dunia memberikan pelajaran sebagai contoh  yang baik tentang edukasi  pembentukan karakter bermoral berbasis  kesastraan. Puisi-puisi pilihan sastrawan lama menjadi pilihan bacaan yang wajib dimulai dari sekolah dasar di Inggris dalam rangka pembiasaan pembentukan karakter  dan budaya masyarakatnya.

Dampak kesusastraan terhadap hidup dan kehidupan seseorang tidak bisa dianggap sepele. Sang tokoh dan perwatakannya dalam karya sastra seringkali dapat berdampak kuat pada perilaku seseorang, mejadikan standar moral terhadap individu dan kolektif, mengobarkan semangat juang, dan bahkan mengubah tatanan hidup dalam waktu relatif singkat. Buku-buku cerita, film-film kartun, komik, dan dongeng tentang tokoh menjadi acuan sebagai gaya hidup dan model dalam berpenampilan aspek kehidupan bagi jutaan orang di dunia ini. Belum lagi kisah-kisah yang dilukiskan dalam media elektronik dan cetak  yang mengisahkan tentang aksi tokoh heroik para tokoh pahlawan, seperti Batman atau Supermam. Dari pelajaran tentang pesan moralitas para tokoh dan penokohan. Maka, kesusasteraan dapat memengaruhi sikap nilai positif hidup dan kehidupan seseorang  secara efektif.

Sastra tidak menyajikan ilmu pengetahuan dalam bentuk praktis. Sastra bersinggungan  erat dengan aspek kehidupan seseorang dan lingkungannya. Setiap karya sastra menghadirkan “sesuatu” dan sering menyuguhkan hal-hal yang apa bila direnungi dan diresapi secara mendalam, maka dapat menjadikan ilmu pengetahuan bagi seseorang. Dengan cara seperti itu, peserta didik mampu  menerapkan pengetahuan yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

Pada pembelajaran sastra, sasaran yang dituju adalah bersifat afektif, sosial, watak, dan religius. Ilmu kesastraan sebenarnya dapat menyumbangkan kesempatan untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan tersebut. Karena itu dapat disimpulkan bahwa apa bila pembelajaran kesastraan yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya akan mampu mewujudkan pengembangan kecakapan peserta didik melebihi dari  pelajaran-pelajaran yang lainnya.

Dalam pembelajaran kesastraan, ada dua hal penting yang dapat dijelaskan  berkaitan dengan pembentukan watak. yaitu, pembelajaran kesastraan seharusnya dapat membina perasaan (feel) yang lebih peka. Peserta didik yang mendalami berbagai karya sastra, biasanya akan berperasaan sensitif terhadap hal-hal mana yang baik dan buruk. Secara umum, peserta didik akan mampu mengatasi masalah-masalah hidup dengan pengetahuan yang mendalam, kedewasaan, tanggung jawab,  kasih-sayang, keempatian yang lebih halus dan mendalam.

Tuntutan kedua bertalian dengan pembentukan dan pembinaan watak adalah  pembelajaran sastra seharusnya dapat memberikan dampak dalam usaha pengembangan mutu kepribadian anak didik.  Antara lain semangat dalam berkreativitas, mampu mengatasi berbagai persoalan berdasarkan pengalaman yang luas.  Dalam pembelajaran sastra, peserta didik mampu beradaptasi dengan mudah berdasarkan pengalaman yang diperolehnya. Semangat mencari peluang dengan bermodalkan keyakinan dan rasa keingintahuan yang besar. Pengalaman dan pemahaman  dari dunia sastra  itulah yang merupakan modal besar bagi kehidupan peserta didik di masa yang akan datang.

Secara teoritis, dapat dipastikan bahwa peserta didik  yang mengutamakan pendidikan dan sikap positif akan mampu memegang peranan penting dalam kehidupannya, mencapai kesuksesan hidup, mampu berkarya nyata untuk diri dan masyarakatnya secara luas.

Suatu pola pendidikan hendaknya harus disertai usaha untuk menumbuhkan wawasan pemahaman budaya kepada peserta didik. Wawasan pengetahuan tentang budaya dapat menimbulkan rasa bangga, bertanggung jawab, dan ikut memiliki. Pemahaman semacam ini ditanamkan secara dini di dalam keluarga, lembaga-lembaga terkait, atau melalui pembelajaran khusus di lembaga formal.

Pada gilirannya, yang terpenting adalah menentukan bagaimana pembelajaran sastra dapat memberikan sumbangsih yang lebih besar dalam pemahaman budaya dalam rangka pembentukan karakter kepada peserta didik secara utuh.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

One Response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I