Dra. Irkhamiyah
MTsN 1 Temanggung
irkhamiyahmtsn@gmail.com
Ada masalah dalam proses pembelajaran adalah hal yang biasa bagi pendidik terutama dalam pembelajaran bahasa asing, Bahasa Inggris misalnya, namun sejauh mana para pendidik mencari solusinya?. Banyak orang berkata cerdas itu bawaan dari sononya sejak lahir, tapi benarkan pintar tidak bias diupayakan?. Dalam mempelajari bahasa sebenarnya tidak membutuhkan kecerdasan yang lebih yang penting mereka mau dan mau terus berlatih, tidak pandang usia , pendidikan, pekerjaan tau profesi nya, sebagai contoh anak-anak pantai, pedagang asong , tukang becak , TKI bahkan para eksekutif.
Ada apa dengan “Cooperative Learning” dan “Multimedia”. Kebanyakan generasi ‘Z” saat ini mengalami krisis sosial yang disebabkan kurang dewasanya mereka dalam memanfaatkan teknologi informasi yang berkembang terutama handphone. Mereka terlalu asyik bermain game sendiri mereka lupa tujuan utama orang tua membelikan HP dan lupa pula bahwa sebenarnya mereka butuh bersosialisasi. Dan mengapa harus Cooperative Learning dan Multimedia solusinya?
Proses pembelajaran di kelas yang penulis alami selama ini, terlebih lagi sejak peristiwa pandemi beberapa tahun lalu anak cenderung kurang fokus kalau mendengarkan penjelasan dengan metode ceramah, apalagi kalau mereka membawa HP, kemudian saat dilaksanakan penilaian mereka cenderung kurang mandiri dalam mengerjakan dan sulit untuk diajak berfikir. Inilah yang membuat penulis berfikir metode apa yang tepat untuk diterapkan saat ini. Penulis merasa bahwa metode Cooperative learning (CL) tepat untuk sering diterapkan saat ini sesuai dengan filosofi pembelajaran di kurikulum merdeka ya’ni merdeka belajar pendidik memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar senyaman mungkin dalam suasana bahagia tanpa ada rasa tertekan dan menggunakan Multimedia sebagai sarananya sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini, dimana hampir semua siswa sudah memiliki sarana-sarana tersebut minimal HP.
Menurut Drs Sugiyanto, M.Si., dalam bukunya “Model-model Pembelajaran Inovatif” menjelaskan bahwa Cooperative learning (CL) adalah suatu system yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah : (1) saling ketergangungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Pada elemen-elemen inilah kita sebagai pendidik bisa menilai, mengevaluasi dan mengembangkan nilai kognitif sekaligus nilai sosial peserta didik sesuai yang kita harapkan.
Satu hal lagi yang menarik perhatian siswa dalam pembelajaran ini, yaitu pemanfaatan “Multimedia” sebagai sumber belajar. Sebagai salah satu media pembelajaran Multimedia merupakan media terkini, terlengkap dan terelevan diantara media yang lain untuk diterapkan saat ini. Menurut Chapman N.& Jenney C (2001,h,1), Multimedia adalah kemampuan untuk berbagi representative digital yang dapat dikombinasikan melalui media. Kunci dari Multimedia adalah semua yang berada di media dapat dibuat secara digital, yang tersusun dari kumpulan bit dan dapat dimuat ulang melalui program computer, disimpan dalam berbagai bentuk penyimpanan dan dibagikan ke banyak jaringan.
Memang tak bisa kita pungkiri bahwa untuk bisa menerapkan “Cooperative Learning’ dengan sumber belajar Multimedia ini dengan sempurna membutuhkan kompetensi dibidang Teknologi Informasi dengan baik, Inilah tantangan pendidik di era sekarang, di “Era Kurikulum Merdeka”. Era dimana semua jajaran dan semua sektor mulai berubah dalam bentuk digital atau melaksanakan program digitalisasi. Tak terkecuali didunia pendidikan. Oleh karena itu sudah menjadi keharusan bagi pendidik untuk selalu beradaptasi dengan lingkungan apapun cara dan bentuk upayanya.
Mari sebagai pendidik di era kurikulum merdeka kita tingkatkan kompetensi diri dengan semangat yang tak mengenal letih dan lelah demi selamatkan generasi penerus dari kejahatan dan dampak negative teknologi yang tidak kita inginkan dan kita kembangkan kembali sifat dan kecerdasan social anak didik kita dengan menerapkan metode “Cooperative learning” dengan baik.
Dari paparan diatas bisa disimpulkan bahwa ada 3 faktor utama yang mungkin bisa kita cari solusinya yaitu: Siswa dari sisi motivasinya, guru dari sisi methode dan kompetensinya dan sarana dari sisi Multimedianya. Selama pelaksanaan pembelajaran memang mengasikkan terutama bagi siswa terbukti dari hasil belajarnya yang meningkat, namun ada satu hal yang menjadi tantangan buat kita para pendidik untuk mempersiapkan segala sesuatunya dari Modul Ajar yang harus sitematis, sumber belajar yang harus berfungsi dengan baik serta alat/peraganya yang harus sesuai dan semenarik mungkin.
Kalau bicara masalah kendala, apapun metode dan sumber belajarnya pasti ada plus minusnya, seperti dalam metode ini ada beberapa kendala yang mungkin muncul,yaitu: Ada kecenderungan siswa ramai, namun demikian jangan jadikan ini sebagai hambatan , jadikan ini sebagai sebuah tantangan untuk menciptakan inovasi baru untuk menjadikannya sebagai sarana menumbuhkan dan meningkatkan kecerdasan yang lain, seperti kecerdasan social, misalnya. Waallahu a’lam.
Selamat mencoba bapak,Ibu. Jadilah guru yang kreati, inovatif, disukai dan dibanggakan murid!!!