logo-color

Publikasi
Artikel Populer

SAMPAH PLASTIK, MASALAH DAN SOLUSINYA

SRI ISWATI, S.Tp., S.Pd., M.Si.

SRI ISWATI, S.Tp., S.Pd., M.Si.

Guru SMAN 1 TEGALOMBO
Sriiswati25@guru.sma.belajar.id

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari sampah, karena hampir semua aktivitas kita menghasilkan sampah. Sampah plastik mendominasi jumlah timbulan sampah hampir dari semua aktivitas harian kita dan masyarakat dunia umumnya. Sering kali kita melihat tumpukan sampah plastik di pinggir-pinggir jalan dan bahkan di sungai-sungai, sehingga menyebabkan berbagai masalah lingkungan dan kesehatan, seperti banjir dan gangguan kesehatan, pencemaran air yang menyebabkan banyak spesies ikan mati. Dampak terhadap keadaan sosial dan ekonomi misalnya tumpukan sampah di sekitar pantai menyebabkan tempat wisata pantai menjadi kurang indah. Akibatnya banyak wisatawan yang enggan datang ke pantai tersebut dan menyebabkan penurunan pendapatan masyarakat sekitar.

Sejak tahun 1950 hingga tahun 2015 jumlah timbulan sampah plastik di dunia secara global menunjukkan kecenderungan yang meningkat, berdasarkan sumber data ScienceMag. Peningkatan ini mencapai 190 kali dalam kurun waktu 65 tahun, yaitu dari produksi sampah plastik global 2 juta ton per tahun pada tahun 1950, meningkat menjadi 381 juta ton per tahun pada tahun 2015. Laju peningkatan rata-rata mencapai 5,8 ton per tahun.

Produksi sampah sepanjang 2015 di bidang industrial, dapat diklasifikasi menjadi beberapa jenis. Paling banyak produksi berasal dari sektor plastik kemasan produk yakni sebanyak 146 ton per tahun. Disusul dengan sampah di bidang bangunan dan konstruksi sebanyak 65 juta ton. Jenis sampah lainnya adalah tekstil, produk konsumsi dan institusional, transportasi, elektronik, dan mesin industri.

Laporan tentang sampah plastik terbaru diterbitkan oleh Plastic Waste Makers Index, pada Senin, 6 Februari 2023. Organisasi filantropi Minderoo Foundation dalam laporan tersebut menemukan, dunia menghasilkan 139 juta metrik ton sampah sekali pakai pada 2021. Kalau dihitung berdasarkan data tahun 2019 sejumlah 133 juta metrik ton maka peningkatan dalam dua tahun mencapai 6 juta metrik ton lebih besar  ketika laporan indeks pertama dirilis. Dari angka laporan tersebut menunjukkan peningkatan sampah plastik setara satu kilogram per orang di planet bumi ini, hal ini dipicu permintaan pasar akan kemasan fleksibel sejenis film dan sachet.

Indonesia termasuk negara yang bermasalah dengan pengelolaan sampahnya, bahkan menduduki urutan kedua setelah China di kawasan Asia. Negara-negara di kawasan Asia Timur dan Tenggara kebanyakan masih bermasalah dalam pengelolaan sampah plastik. Negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika Utara yang cenderung memiliki total tumpukan sampah tinggi cenderung memiliki risiko rendah mengalami pencemaran, polusi, maupun kerusakan lingkungan karena sampah. Hal ini dikarenakan pengelolaan sampah di negara-negara tersebut sudah lumayan bagus.

Nah, dari permasalahan itulah, maka pengelolaan sampah di negara kita harus segera mulai diprioritaskan. Hal ini bisa dimulai dari bidang pendidikan, seperti saat ini melalui program Adiwiyata. Siswa sejak dini dididik dan dilatih peduli sampah dan lingkungan. Pembiasaan untuk menerapkan pemilahan sampah dan menerapkan 3R dalam keseharian. Pengelolaan sampah dengan prinsip 3R yaitu:

  1. Reduce berarti mengurangi timbulan sampah, merupakan upaya untuk meminimalisir penggunaan barang yang berpotensi menjadi sumber sampah. Contoh penerapan reduce yaitu membawa botol minum sendiri saat bepergian untuk mengurangi sampah kemasan air mineral. Berbelanja dengan membawa tas dari rumah yang bisa digunakan berulang kali.
  2. Reuse berarti menggunakan kembali. Benda-benda bekas bisa diubah menjadi bentuk lain (berubah secara fisiknya, namun komponen kimiawinya masih tetap sama). Contohnya botol bekas minuman di buat menjadi pot-pot bunga atau benda hasil kerajinan lainnya.
  3. Recycle berarti mendaur ulang juga menjadi prinsip lain yang bisa diterapkan dalam pemanfaatan sampah. Proses daur ulang sampah lebih menekankan pada perubahan baik secara fisik maupun kimia. Contohnya memanfaatkan sampah organik menjadi kompos. Proses pengomposan biasanya memanfaatkan mikroorganisme pengurai, sehingga hasilnya berubah secara fisik maupun komponen kimianya.

Pemahaman tentang pengelolaan sampah dan pembiasaan dalam keseharian baik di lingkungan sekolah maupun di rumah perlu diterapkan. Guru memberikan contoh nyata dalam pembelajaran dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga diharapkan siswa sejak dini sudah terbiasa mengelola sampah dengan benar, dan harapan kita semua tentang lingkungan hidup yang lebih baik di masa mendatang akan bisa terwujud.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I