Sri Indriyati. S.Pd.
Guru MTs Negeri 2 Banyumas
Era revolusi industri 4.0 sekarang ini merupakan era yang memandang teknologi informasi sebagai basis dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota masyarakat dunia dituntut untuk selalu tanggap terhadap gejolak perubahan sebagai dampak kemajuan ilmu dan teknologi. Dalam hal ini penyerapan informasi sebanyak-banyaknya dipandang sangat penting. Informasi tersebut bukan hanya dari sumber-sumber lisan, melainkan terutama dari sumber-sumber tertulis.
Menyadari hal tersebut, setiap pendidik dalam hal ini Guru Bahasa Indonesia dituntut memiliki kemampuan dan kemauan agar dapat mengikuti dinamika perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat. Teknologi informasi kini menjadi saluran utama yang mendominasi kehidupan manusia dalam membangun eksistensinya di segala ruang, termasuk dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia sekarang ini tidak bisa dilepaskan dari teknologi informasi sebagai ciri khas era revolusi industri 4.0.
Terkait dengan hal tersebut, penggunaan media internet juga berpengaruh dalam membangun hubungan komunikasi pada kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Dewasa ini banyak bermunculan kata-kata baru yang penggunaanya bertentangan dengan kaidah bahasa yang baik dan benar. Hal ini tentunya menunjukkan kepada kita bahwa kecintaan terhadap bahasa Indonesia semakin berkurang, terutama di kalangan remaja (pelajar).
Keinginan untuk tampil cerdas dan gaul sering membuat remaja usia sekolah mengadopsi bahasa campuran dengan bahasa asing, yang sering mereka lihat dan dengar di televisi maupun media sosial lainnya melalui internet yang sangat mempengaruhi kaidah bahasa nasional. Budayawan, sastrawan, dan ahli bahasa Sutan Takdir Alisjahbana pernah menyampaikan kalimat bijak, “Kalau belum mampu berbahasa asing, berbahasa Indonesialah yang baik dan benar”.
Saat ini peserta didik lebih banyak waktu untuk memegang gadget daripada buku konvensional. Penggunaan gadget pada peserta didik seharusnya bisa dimanfatkan sebagai media pembelajaran. Sebagaimana pendapat Miarso (2007) bahwa teknologi merupakan proses meningkatkan nilai tambah. Proses tersebut dapat menggunakan atau menghasilkan produk tertentu, dimana produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain karena bagian dari sebuah integral yang terdapat di dalam suatu sistem tertentu.
Berkaitan dengan masalah tersebut, sekolah perlu memperluas fungsinya, yaitu sebagai wahana pemulihan dan peningkatan bahasa Indonesia. Tentu saja hal ini menuntut para guru bahasa Indonesia untuk lebih kreatif dan serius dalam menyajikan pembelajaran bahasa Indonesia. Apalagi di era kurikulum merdeka saat ini, guru harus memiliki daya tarik dalam menyajikan pembelajaran sehingga membuat para peserta didik lebih senang dan giat belajar, salah satunya dengan menciptakan pembelajaran yang inovatif dan mengasah keterampilan melalui permainan bahasa, misalnya memperkenalkan peserta didik mengembangkan kosakata melalui media teka-teki silang berbasis digital.
Penerapan media teka-teki silang berbasis digital diharapkan selain dapat mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran, juga dapat membuat proses pembelajaran lebih menarik, sehingga peserta didik terhindar dari kejenuhan dan rasa bosan dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran dengan menggunakan teka teki silang berbasis digital dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa peserta didik.
Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia yang berbasis digital dengan menggunakan media elektronik sebagai alat bantu untuk peningkatan mutu tentunya selaras dengan pembelajaran di era revolusi industri 4.0. Adapun alat bantu yang dimaksud dalam pembelajaran merupakan produk dari teknologi informasi dan komunikasi.