Sri Iswati, S.Tp.,S.Pd., M.Si.
Guru SMAN 1 TEGALOMBO
Sriiswati25@guru.sma.belajar.id
Kurikulum Merdeka memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendalami konsep dan kompetensi relevan yang diminati oleh siswa itu sendiri. Kurikulum Merdeka didefinisikan sebagai kurikulum yang mengedepankan keberagaman pembelajaran intrakurikuler, sehingga akan lebih mengoptimalkan konten, dengan tujuan peserta didik memiliki waktu yang cukup untuk pendalaman konsep dan penguatan kompetensi (Kemdikbud, 2022). Berdasarkan pedoman tersebut maka pembelajaran harus sesuai dengan hal-hal yang meningkatkan minat siswa dan merupakan kebutuhan siswa baik saat ini maupun di masa mendatang.
Prestasi siswa di Indonesia dalam pembelajaran Fisika umumnya masih rendah. Hal ini dikarenakan kesulitan siswa untuk belajar dan memahami pembelajaran. Kesulitan belajar siswa dipengaruhi beberapa faktor yaitu kurangnya kecakapan dan keterampilan siswa dalam matematika sebagai prasyarat dasar fisika, kondisi fisik yang kurang sehat, sarana kurang memadai, kurangnya perhatian dalam pembelajaran, kurangnya kreatifitas guru untuk menumbuhkan minat dan keinginan belajar, kebiasaan buruk dalam belajar dengan waktu yang tidak teratur, malas dan enggan untuk belajar.
Pada pembelajaran Fisika secara konvensional, siswa dituntut menghapalkan rumus-rumus yang demikian banyak tanpa mengaitkan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa semakin terbebani dan kesulitan, tidak paham untuk apa rumus tersebut digunakan (Supardi dkk., 2015). Teknik mengajar guru yang kurang kreatif dan inovatif akan menurunkan minat belajar siswa, dan dampaknya tentu menurunkan kemampuan dan prestasi (Yolviansyah dkk., 2021).
Kegiatan praktikum Fisika baik di laboratorium ataupun di luar kelas merupakan kegiatan belajar yang lebih disenangi siwa, dibanding kegiatan pembahasan soal ataupun pemberian materi di kelas. Materi yang banyak ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari biasanya lebih menarik perhatian dan minat siswa. Namun antusiasme siswa biasanya turun drastis ketika diberi tugas membuat laporan hasil praktikum. Sebagian besar siswa belum mampu untuk mengolah dan menganalisa data secara manual meskipun sudah dibantu dengan menggunakan kalkulator. Pelaporan dan pengumpulan tugas dari hasil praktikum jadi sangat lambat, dan guru harus membimbing setiap tahapan proses mulai memasukkan data, membuat tabel, menghitung, konversi satuan, menggambarkan dalam bentuk grafik, cara membuat skala grafik dan persamaan garis pada grafik. Tahapan yang begitu panjang memungkinkan peluang terjadinya kesalahan juga lebih besar. Ketidaktelitian dan faktor kurangnya kemampuan berhitung (Matematika) juga bisa menyebabkan hasil yang tidak valid. Sebagian besar siswa belum bisa memahami apa manfaat praktikum dalam kehidupan sehari-hari, dan belum bisa mengaitkan antara materi dan praktikumnya. Pemahaman tentang data, analisa data dan interprestasinya belum dikuasai sehingga belum bisa membuat simpulan hasil praktikumnya.
Fisika sebagai bidang sains selain merupakan kemampuan mengumpulkan pengetahuan, baik berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip namun juga sebagai suatu proses menemukan, yaitu cara memahami alam secara sistematis. Pada hakikatnya pembelajaran sains siswa merupakan subyeknya, dalam arti siswa yang melakukan sesuatu bukan sebaliknya sesuatu yang dilakukan untuk siswa. National Research Council mengemukakan bahwa ”Learning science is an active process. Learning science is something student to do, not something that is done to them”. Keaktifan siswa dalam pembelajaran sains sangat penting dan ini akan berdampak baik dalam proses pembelajaran, siswa akan terlibat secara nyata baik aktifitas fisiknya maupun pemahaman konsep (mental).
Ketertarikan siswa pada mata pelajaran fisika, akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran tersebut. Perasaan tertarik menyebabkan siswa mau untuk belajar. Minat belajar siswa akan terdorong dengan adanya rasa suka dan tertarik, sehingga siswa akan belajar lebih giat. Ada beberapa hal yang bisa menumbuhkan ketertarikan ini di antaranya: Suasana belajar yang menyenangkan, kreatifitas model dan media pembelajaran, inovasi pembelajaran, suasana yang berbeda dan sebagainya. Adanya minat untuk mengetahui sesuatu hal, berarti disitu sudah muncul ketertarikan (Charli dkk., 2019).
Visualisasi proses pembelajaran bisa menggunakan sarana media pembelajaran. Komputer merupakan salah satu alat bantu yang digunakan sebagai media pembelajaran. Dengan perkembangan teknologi saat ini sudah selayaknya kita membekali siswa dengan kemampuan di bidang komputer dalam hal ini lebih ke ITCnya. Salah satu program di komputer yang menyediakan fasilitas analisa data, interprestasi data dan memvusialisasikan dalam bentuk grafik adalah Microsoft Ecxel. Aplikasi program Microsoft Ecxel ini juga menyediakan fasilitas pengolahan data statistik dan menggambarkan bentuk-bentuk grafik sesuai kebutuhan dan berbagai pilihan model. Fitur-fitur nya sudah lengkap dan sudah ada buku panduan untuk mengaplikasikannya. Pilihan fitur yang beragam akan memberi kesempatan yang luas untuk siswa mengembangkan kreatifitasnya. Sehingga komputer dapat menjadi salternatif solusi mengubah pembelajaran yang membosankan menjadi lebih menyenangkan (Supardi dkk., 2015). Sayangnya penerapan TIK di beberapa sekolah masih dijadikan obyek belajar atau mata pelajaran, seharusnya sudah menggunakan TIK untuk belajar ”Learning to Use ICTs vs Using ICTs to Learn”.
Materi Hukum Hooke merupakan sub bab Elastisitas (Fisika). Elastisitas adalah kepekaan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang dikenakan kepada benda itu ditiadakan (dibebaskan). Pegas termasuk benda elastis. Benda elastis bisa berubah menjadi benda plastis (benda yang apabila dikenai gaya tidak bisa kembali ke bentuk awalnya) apabila gaya yang diberikan melebihi koefisien elasitisitas benda.Nilai koefisien elastisitas ini bisa ditentukan dari hasil percobaan. Pembahasan materi ini akan lebih mudah dipahami dengan praktikum.
Hukum hooke berbunyi: “Jika gaya tarik yang diberikan pada sebuah pegas tidak melampaui batas elastis bahan maka pertambahan panjang pegas berbanding lurus/sebanding dengan gaya tariknya”.
Secara matematis hukum Hooke dapat dituliskan sebagai berikut:
Keterangan:
F = Gaya luar yang diberikan (N)
k = Konstanta pegas (N/m)
Δx = Pertanbahan panjang pegas dari posisi normalnya (m)
(Sri Handayani, Ari Damari, 2009)
Untuk memvisualisasikan hasil praktikum dalam bentuk grafik hukum hooke dan untuk menentukan nilai konstanta pegas (k) dengan manual menggunakan persamaan matematika merupakan hal yang tidak sederhana bagi sebagian siswa yang kemampuan matematikanya kurang bagus. Namun dengan mengaplikasikan Microsoft Excel hanya butuh waktu beberapa menit untuk memasukkan data dan hasil yang lebih akurat dengan grafik yang lebih detail bisa didapatkan. Untuk analisa data sudah ada fasilitas hitung tinggal memasukkan rumus. Tentu saja hal ini akan meningkatkan minat belajar siswa dan mereka akan lebih bisa berkreatifitas dengan fasilitas yang ada. Berikut saya tampilkan hasil visualisasi grafik data praktikum hukum hooke dengan gambar manual dibandingkan dengan grafik hasil Microsoft Excel.