logo-color

Publikasi
Artikel Populer

IMPLEMENTASI GURU TERHADAP KURIKULUM MERDEKA BELAJAR PADA PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR NEGERI

Sri Hastuti Anwa Hartini, S.Pd.

Sri Hastuti Anwa Hartini, S.Pd.

Guru SDN Sawaran Kulon 02
srihartini051@guru.sd.belajar.id

Apapun kondisi peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus, kita sebagai guru wajib untuk mendidik dan mengajar.

Kurikulum Merdeka membawa perubahan besar dalam pembelajaran di kelas. Tujuan implementasi guru terhadap kurikulum merdeka belajar pada peserta didik adalah untuk memberikan pelayanan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang berdasarkan bakat, minat, dan gaya belajar. Guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas harus memahami karakteristik masing-masing peserta didik dengan berpedoman pada Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Di antaranya beriman, bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bhinneka global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. hasil akhir dari p5 terbentuk tema projek pelajar pancasila yaitu gaya hidup berkelanjutan, kearifan lokal, bhinneka tunggal ika, bangunlah jiwa dan raganya, suara demokrasi, berekayasa, dan berteknologi untuk membangun NKRI dan kewirausahaan.

Akan tetapi pada kenyataan di lapangan berbeda cerita, guru dihadapkan pada peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus yang ada di kelas sebagai contoh anak tersebut duduk di kelas 2 di fase B. Pertanyaan pertama, mengapa peserta didik diterima di sekolah negeri? Dan mengapa orang tua murid tidak menyekolahkan di sekolah khusus untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus? Jawabannya adalah yang pertama jarak dari rumah ke sekolahan sangat dekat. Dan yang kedua kemampuan secara ekonomi dari orang tua murid yang memiliki kebutuhan khusus tersebut tidak mampu untuk menyekolahkan ke sekolah khusus yang letaknya di daerah perkotaan. Pertimbangan ini yang menjadi dasar diterimanya murid tersebut di sekolah negeri adalah faktor kemanusiaan kita sebagai guru akan terpanggil untuk mendidik dan mengajar tanpa pilih kasih.

Pertanyaan kedua, apakah guru sangat kesulitan dalam mendidik dan mengajar peserta didik yang berkebutuhan khusus? Jawabannya tentu saja tidak. Langkah pertama yang kita lakukan sebagai guru adalah mengenal dan mengetahui karakteristik, minat, bakat, dan gaya belajar yang disukai peserta didik yang berkebutuhan khusus tersebut. Langkah kedua membuat kesepakatan kelas dengan menginformasikan kepada peserta didik, paguyuban wali murid bahwa bapak atau ibu guru memberikan perhatian khusus kepada peserta didik yang berkebutuhan khusus agar tidak terjadi rasa pilih kasih. Langkah ketiga, memetakan dan membentuk kelompok belajar di kelas yang kita namai dengan kelompok Pahlawan Nasional. Kelompok 1 kita namai Ir. Soekarno, kelompok 2 kita namai Moh. Hatta, kelompok 3 kita namai K.H. Dewantara, kelompok 4 khusus peserta didik berkebutuhan khusus kita namai R.A Kartini.

Pertanyaan ketiga, apakah peserta didik yang berkebutuhan khusus tersebut dibully di kelas? Jawabannya adalah tidak. Karena bapak atau ibu guru sudah menginformasikan dari awal keberadaan murid yang berkebutuhan khusus dan sudah menanamkan kepada semua peserta didik bahwasannya kita memiliki kodrat alam yang sama tetapi setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda.

Pertanyaan keempat, bagaimana tanggapan dari rekan guru di sekolah jika melihat keberadaan murid berkebutuhan khusus? Jawabannya sepatutnya kita memberikan perhatian, membantu, dan turut serta memberikan pembelajaran pada waktu jam-jam kosong seperti jam olahraga dan jam pendidikan agama.

Pertanyaan kelima, apakah murid berkebutuhan khusus diikutsertakan di ekstrakulikuler sekolah? Jawabannya iya. Sesuai dengan kemampuan dan minat, sebagai contoh yaitu kegiatan pramuka, membatik dan melukis.

Pertanyaan keenam, metode pembelajaran apa yang tepat diberikan kepada peserta didik yang berkebutuhan khusus? Metodenya adalah Problem Based Learning (PBL) yaitu peserta didik yang berkebutuhan khusus tersebut dilibatkan agar dapat ikut aktif dalam pembelajaran. Media pembelajaran harus menarik dengan disertai gambar-gambar yang disukai oleh peserta didik berkebutuhan khusus tersebut. Dengan adanya Projek Profil Pelajar Pancasila dengan tema bangunlah jiwa dan raganya, peserta didik berkebutuhan khusus tersebut memiliki daya juang dan semangat untuk belajar.

Untuk pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus kita sebagai guru harus ekstra sabar karena secara sikap dan perilaku berbeda dengan peserta didik yang lain. Untuk itu memerlukan proses dan waktu yang lama agar anak tersebut tumbuh kembang sesuai yang kita harapkan. Kerjasama dan gotong royong dengan peserta didik di kelas, antar kelas, rekan guru, kepala sekolah, dan paguyuban wali murid sangat dibutuhkan.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I