Endang Winingsih, S.Pd.SD
Guru SD Negeri 03 Waru
endangwiningsih40@gmail.com
“GAMBUH”
Angger putra-putriku ( 7 u )
Ayo sregep anggone sinau ( 10 u )
Luru ilmu tuntunan laku utami ( 12 i )
Tanda bekti kang satuhu ( 8 u )
Migunani sinten mawon ( 8 o )
Satu bait tembang “Gambuh” di atas merupakan salah satu tembang macapat yang memiliki beberapa kaidah penulisan seperti: memiliki 5 guru gatra (baris), mempunyai susunan guru wilangan 7,10, 12, 8, 8 dan mempunyai guru lagu u, u, i, u, o serta memiliki karakter/watak sumanak (ramah terhadap siapapun), sumadulur (persaudaraan yang erat), mulang (mengajarkan), dan pitutur (nasihat). Amanat dari tembang macapat Gambuh diatas berisi tentang nasihat untuk putra-putri sebagai generasi penerus bangsa agar selalu rajin belajar dalam menuntut ilmu yang akan digunakan sebagai tuntunan dan bekal hidupnya kelak. Hal itu dilakukan sebagai tanda bakti dari putera puteri bangsa Indonesia terhadap ibu pertiwi supaya kelak ilmu yang diperoleh dapat berguna bagi diri sendiri, keluarga, sesama, bangsa, negara, dan agama.
Menurut Serat Mardawa lagu karangan Ranggawarsita macapat merupakan singkatan dari frasa maca-pat-lagu yang artinya ialah” melagukan nada keempat”. Selain maca-pat-lagu adalagi maca-sa-lagu, maca-ro-lagu, dan maca-tri-lagu. Macapat atau tembang cilik diperkirakan muncul pada akhir Kerajaan Majapahit dan diciptakan oleh Sunan Bonang yang diturunkan kepada para wali di Pulau Jawa. Di kalangan masyarakat Jawa tembang macapat amatlah populer karena selain sebagai warisan budaya juga sarat dengan makna dan pesan moral. Maka tidak heran jika sampai saat ini tembang macapat tetap dilestarikan.
Selain Gambuh, ada sepuluh tembang macapat yang lain seperti: Mijil, Maskumambang, Kinanthi, Sinom, Asmarandana, Dandhanggulo, Durma, Pangkur, Megatruh, dan Pocung yang penuh dengan filosofi kehidupan. Tembang macapat menggambarkan fase perjalanan manusia sejak dari dalam kandungan hingga kematian. Watak dari 11 tembang macapatpun berbeda-beda. Akan tetapi semua mengandung pesan moral sebagai upaya pembentukan pribadi yang berkarakter. Penulisan syair tembang yang dapat dikembangkan sendiri penulisannya dengan tetap memperhatikan aturan maupun kaidah setiap macam tembang macapat dapat dijadikan sebagai pelajaran dan pesan moral yang baik bagi peserta didik, guru, bahkan bagi semua manusia.
Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 merumuskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab” Maka dalam pendidikan tidak hanya menitikberatkan pada aspek kognitif saja, tetapi juga memperhatikan aspek yang lain yaitu aspek afektif dan psikomotor dari setiap peserta didik.
Untuk mewujudkan pribadi peserta didik yang berkarakter tentu saja memerlukan pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan Karakter menurut John W. Santrock merupakan pendidikan dengan pendekatan langsung pada peserta didik dengan tujuan menanamkan nilai moral sehingga dapat mencegah perilaku yang dilarang. Sejak tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan (Kemdikbud) Indonesia menggalakkan gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) untuk menumbuhkan budi pekerti dan menguatkan karakter positif peserta didik seperti religius, nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong royong.
Salah satu dampak negatif dari globalisasi yang sekarang terjadi adalah mengikisnya rasa cinta terhadap budaya sendiri. Bahkan sebagian orang menganggap bahwa budaya warisan nenek moyang asli Indonesia itu merupakan sesuatu yang kuno dan ketinggalan zaman. Tidak sedikit anak-anak generasi muda merasa bangga jika dapat menyanyikan lagu-lagu dengan bahasa asing yang tidak mengetahui isi dan maknanya dibandingkan dengan menyanyikan lagu-lagu daerah ataupun tembang macapat.
Dengan hadirnya mata pelajaran Bahasa Jawa yang memuat materi tembang macapat di sekolah tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Lanjutan khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas karakter setiap peserta didik. Selain itu juga dapat digunakan sebagai upaya untuk melestarikan budaya bangsa Indonesia juga sebagai identitas masyarakat Jawa pada khususnya.
Untuk mengajarkan tembang macapat dalam pembelajaran di kelas guru dapat memanfaatkan video pembelajaran sebagai bahan referensi belajar. Setelah mengamati contoh video peserta didik diajak menyanyi bersama dengan bimbingan guru. Kemudian dilanjutkan mengupas karakteristik dari tembang macapat tersebut serta memahami isi tembang dengan cara mengartikan kata-kata yang sulit. Hal ini dilakukan supaya saat menyanyikan tembang macapat peserta didik tidak hanya bias melantunkan saja tetapi juga dapat memahami isi tembang,kemudian mengamalkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya sebagai upaya terbentuknya pribadi yang berkarakter.