
Kamriana S., S.Pd., M.Pd
Dosen, Universitas Patompo
muflihah.sain@gmail.com
Dari segala sisi kehidupan, secara alamiah akan senantiasa ada kompetisi dan persaingan. Termasuk di bangku Pendidikan juga terlihat persaingan dan sifat individualisme siswa. Sikap yang berkompetisi secara individual, maunya pintar sendiri, enggan berbagi pengetahuan dengan teman karena takut terkalahkan. Jika hal ini dibiarkan maka akan membentuk masyarakat yang individualisme. Oleh karena itu perlu diterapkan dan dikembangkan model pembelajaran yang bisa menumbuhkan jiwa kerja sama dan hubungan sosial yang baik.
Model pembelajaran kooperatif ini adalah salah satu model belajar siswa dengan cara bekerja dan belajar dalam sebuah kelompok kecil. Siawa bekerja dan belajar secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan anggota kelompok yang heterogen. Model pembelajaran kooperatif ini tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Di sini akan diarahkan karakter peserta didik untuk memiliki sikap tanggung jawab, percaya diri, menghargai dan berfikir untuk maju bersama.
Berikut adalah berbagai macam model pembelajaran kooperatif yang bisa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik.
- Student Teams Achievements Division (STAD), merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sering digunakan dalam penelitian dan dibuktikan kelebihannya yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Pelaksanaannya dilakukan dengan membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang. Anggota kelompok beragam dari sisi kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Mereka belajar bersama dan saling membantu serta memastikan semua anggota kelompok paham dengan materi pelajarannya. Tipe ini menekankan tentang sikap kepedulian kepada teman.
- Group Investigation, suatu model pembelajaran yang lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan tekhnik-tekhnik pengajaran di ruang kelas. Selain itu juga memadukan prinsip belajar demokratis di mana siswa diberikan kesempatan untuk memilih topik pembelajaran yang akan mereka selesaikan bersama dalam kelompok. Kemudian hasil kerja kelompok dipresentasikan di depan kelas, sementara guru dan kelompok yang lain menyimak dan memberikan tanggapan sebagai bentuk penilaian. Tipe group investigation ini mampu mengembangkan kreatifitas siswa, keterampilan komonikasi dan berpikir kritis.
- Tipe Struktural, pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen, dkk. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, pendekatan ini memberi pendekatan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih bercirikan penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual.
- Jigsaw, pertama kali dikembangkan dan diuji cobakan oleh Elilot Aronson dkk. Sesuai dengan namanya tipe Jigsaw ini memiliki pola kerja seperti gergaji, dimana siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Tipe atau model Jigsaw ini memberikan kesempatan yang banyak kepada siswa untuk mengemukakan pendapat dan mengelola informasi yang didapatkan, selain itu model ini juga dapat meningkatkan keterampilan komonikasi. Setiap anggota bertanggunjawab atas kelompoknya sesuai dengan tugas masing-masing. Pelaksanaannya dilakukan dengan mengelompokkan siswa yang terdiri dari kurang lebih 4 orang. Tiap anggota kelompok mendapatkan tugas dan materi yang berbeda. Anggota dari kelompok yang berbeda, dengan materi dan tugas yang sama dibentuk lagi dalam satu kelompok yang disebut dengan kelompok ahli. Setelah kelompok ahli berdiskusi, maka tiap anggota Kembali ke kelompok asal dan menjelsakan kepada anggota kelompok tentang tugas dan materi yang mereka kuasai. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusinya.
- Model TGT (Teams Games Tournaments), model ini menampilkan sebuah permainan berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa mengambil sebuah kartu yang diberi angka kemudian berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari tingkat kemampuan atau kepandaian untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau sebagai review materi pelajaran. Adapun komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu: penyajian kelas, kelompok (teams), game, turnament, teams recognize (penghargaan kelompok). Sebelum menerapkan model TGT ini guru harus mengenal latar belakang kemampuan peserta didiknya supaya dalam menyusun dan membagi pertanyaannya bisa sesuai. Dengan demikian tidak akan ada siswa yang merasa minder karena tidak menyumbangkan point untuk teman kelompoknya. Selain itu siswa yang merasa lambat dalam belajar akan semakin termotivasi untuk belajar.
- Two Stay-Two Stray, Pembelajaran model Two Stay-Two Stray adalah metode belajar dengan menekankan pada kemampuan menyimak dan berbagai informasi dengan kelompok lain dengan cara peserta didik berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Dua anggota tinggal di kelompok untuk menerima tamu dari kelompok lain dan menjelaskan hasil kelompoknya, sementara dua anggota kelompok yang lain bertamu ke kelompok lain dengan menyimak informasi. Anggota kelompok yang bertamu akan kembali pada kelompoknya dan menyampaikan informasi yang ditemukannya.
- Model Pembelajaran Kooperatif TAI (Team Assisted Individualizatio) tipe belajar model TAI ini dilakukan dengan memberikan tugas kepada siswa secara individual. Hasil belajar secara individual ini kemudian dibawa ke kelompok untuk dibahas oleh anggota kelompok yang lain. Hasil kerja yang telah didiskusikan akan dipertanggungjawabkan secara bersama. Dengan model belajar kooperatife TAI ini akan memberikan kesempatan kepada siswa yang pandai untuk melatih kemampuannya dalam menjelaskan materi pelajaran kepada siswa yang masih belum paham, sementara siswa yang lambat memahami akan merasa terbantu.
- Model Make a Match (Membuat Pasangan), model pembelajaran ini menampilkan sebuah permainan mencari pasangan. Guru membagikan sebuah kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban terkait dengan topik pembelajaran tertentu. Tiap siswa mendapat satu kartu. Masing-masing mencari pasangan dari pertanyaan atau jawaban pada kartu yang dipegangnya. Bagi yang bisa menemukan pasangan kartunya sebelum waktu yang telah ditentukan akan mendapatkan poin. Model ini membawa suasana belajar jadi menyenangkan dan tidak membosankan.
Berbagai model pembelajaran kooperatif yang dipaparkan di atas bisa dijadikan salah satu acuan untuk membuat inovasi dalam strategi belajar mengajar sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan jenuh dalam belajar. Dengan situasi belajar yang menyenagkan akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar serta meningkatkan rasa percaya diri mereka. Oleh karena itu dengan menerapkan atau mengembangkan pembelajaran kooperatif ini dengan berbagai model atau tipenya akan membatu meningkatkan hasil belajar siswa. Selain meningkatkan pengetahuan penerapan berbagai model atau tipe kooperatif di atas juga akan melahirkan generasi yang memiliki hubungan social yang baik, rasa tanggung jawab, percaya diri, keterampilan berkomonikasi, saling menghargai dan berusaha untuk maju bersama.
Referensi
Rusman. 2018. Model-Model Pembelajaran. Rajawali Pers.
Suyitno. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta
Ipat Apipah. 2020. Pengembangan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Membangkitkan Pembelajaran Abad 21.