logo-color

Publikasi
Artikel Populer

MENGENAL 5 INDIKATOR USAHA BERKELANJUTAN

Wachdijono, S.P., M.P., M.M.

Wachdijono, S.P., M.P., M.M.

Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati

a. Usaha toko yang ramai konsumen (cenderung berkelanjutan)
b. Usaha toko yang sepi konsumen (cenderung tidak berkelanjutan)

Pendahuluan

Pernahkan saudara pada saat berangkat atau pulang dari suatu aktivitas rutin (bersekolah, kuliah, bekerja), melihat suatu toko atau kios atau kafe yang sudah tutup dalam rentang satu mingguan?,  atau pernahkah saudara yang mungkin satu dua tahun yang lalu masih melihat sebuah toko atau kafe berdiri megah, barang dagangannya lengkap dan pembelinya banyak, namun pada saat ini sudah tidak berjualan lagi dalam rentang waktu yang cukup lama? Peristiwa di atas menunjukkan adanya suatu usaha atau bisnis yang sudah tidak beroperasional atau dikenal dengan sebutan “suatu usaha yang tidak berkelanjutan”.

Apa dampak dari suatu usaha yang telah didirikan dengan biaya yang tidak sedikit, akan tetapi dalam hitungan bulan atau tahun, usahanya tidak berlanjut?  Dampak yang paling nyata adalah timbulnya kerugian yang besar bagi pemilik atau pelaku usaha yang bersangkutan. Kerugian tersebut, antara lain: kerugian material berupa uang, kerugian waktu, pikiran dan tenaga. Sebagai gambaran mengenai biaya untuk mendirikan suatu usaha, sebagai berikut:

  1. Mendirikan usaha coffee shop (sedang trend saat ini) berukuran small (kecil) berkisar Rp 132.100.000,-
  2. Mendirikan usaha coffee shop berukuran medium (sedang) berkisar Rp 365.000.000,-
  3. Membuka toko pakaian berkisar Rp 181.000.000,-
  4. Mendirikan toko bangunan berkisar Rp 200.000.000,-
  5. Membuka warung makan berkisar Rp 25.000.000,-

Dapat diketahui bahwa mendirikan suatu usaha memerlukan biaya yang tidak sedikit, sedangkan  tujuan utama seseorang atau kelompok orang mendirikan usaha, di antaranya untuk memperoleh keuntungan dan kesejahteraan bagi pemilik usaha itu sendiri dan juga karyawannya.  Padahal untuk memperoleh keuntungan tidak serta merta diperoleh dalam hitungan hari atau bulan, namun diperlukan waktu yang cukup lama, terutama untuk jenis-jenis usaha yang biaya investasinya cukup besar, seperti contoh di atas.  Oleh karenanya hal yang paling penting dalam berusaha adalah mengupayakan bagaimana agar usaha yang didirikannya tersebut berkelanjutan.  Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai indikator-indikator (ciri) pada usaha berkelanjutan.

Indikator usaha berkelanjutan

Mengingat usaha berkelanjutan merupakan variabel laten (tidak bisa diukur secara langsung), maka untuk mengukur besarnya nilai variabel tersebut berdasarkan pada indikator-indikatornya. Terdapat 5 indikator dimaksud, yaitu:

1) Ekonomi adalah suatu usaha yang dapat mendatangkan laba, diukur dengan laba yang diperolehnya dalam periode tertentu, missal setiap 1 tahun, yang ditandai adanya peningkatan kualitas pelayanan konsumen, mutu produk yang meningkat.

2) Sosial adalah suatu usaha yang dapat mendukung terciptanya kehidupan sosial secara harmonis, diukur dengan ada tidaknya pertengkaran serius dengan  masyarakat di sekitar lokasi usaha, misalnya:  tidak terjadi keonaran yang disebabkan adanya usaha tersebut. 

3) Lingkungan adalah suatu usaha yang dapat berkesinambungan dan tetap menjaga kondisi keseimbangan lingkungan, baik pada saat ini maupun ke depan, yang diukur dengan ada tidaknya pencemaran yang serius baik pencemaran, air, udara dan tanah di sekitar lokasi usaha, misalnya: tidak terjadi pencemaran air sumur penduduk di sekitar lokasi usaha.

4) Teknologi adalah suatu usaha yang menerapkan teknologi dalam operasionalisasinya, yang diukur adanya penggunakan teknologi modern di tempat usaha, missal: adanya mesin modern espresso pada usaha coffee shop (usaha yang sedang marak dewasa ini).

5)  Kelembagaan adalah suatu usaha dapat berkelanjutan dengan adanya dukungan dari suatu kelembagaan, yang diukur dengan adanya lembaga-lembaga teknis yang mendukung keberadaan usaha tersebut, misalnya: adanya lembaga Kelompok Tani pada usaha tani, adanya lembaga Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia pada usaha kopi.

Berkenaan dengan usaha berkelanjutan, Abrahamsson (2007) menjelaskan minimal ada tiga hal arti penting atau yang menjadi perhatian, yaitu:  

  1. Usaha berkelanjutan, mengandung makna dapat menemukan dan membuat inovasi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan masalah keberlanjutan.
  2. Usaha berkelanjutan bermakna untuk mendapatkan solusi ke pasar melalui pengorganisasian yang kreatif.
  3. Usaha berkelanjutan bermakna dalam proses menambah nilai keberlanjutan dengan melihat sistem pendukung kehidupan.

Memperhatikan penjelasan di atas maka usaha berlanjutan merupakan kegiatan mendirikan dan melaksanakan suatu usaha yang senantiasa memperhatikan lingkungan di sekitar  dan keberlanjutan sumber daya yang ada, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia  guna dimanfaatkan pada masa sekarang maupun di masa yang akan datang.  Oleh karenanya setiap pelaku usaha dituntut untuk bertindak bijaksana yaitu tidak hanya mengambil keuntungan sekarang tetapi juga untuk kelestarian keuntungan bagi generasi berikutnya beserta alam sekitarnya.  Semoga bermanfaat.

 

Pustaka

Abrahamsson, Anders. (2007). Sustainopreneurship-Business with a Cause: Conceptualizing Entrepreneurship for Sustainability. (Tesis Magister).

Fred R. David. 2010. Manajemen Strategis Konsep (12th ed.).  Salemba Empat. Jakarta

Dani Hamdan, A. S. 2018. Coffee : Karena selera tidak dapat diperdebatkan (2nd ed.). AgroMedia Pustaka. Jakarta

Kotler, Philip; Keller, K. L. 2016. Marketing Management. Pearson Education, Inc. (14th ed.). Boston: Prentice Hall.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian (3rd ed.). LP3ES. Yogyakarta.

Osterwalder, A dan Pigneur, Y. (2010). Business Model Generation : A Handbook for Visionaries, Game Changers dan Challangers. New Jersey : John Wiley & Sons, Inc.

Sadono Sukirno. 2014. Mikroekonomi teori pengantar (3rd ed.). Raja Grafindo Persada. Jakarta

Suvi Nenonen, Kaj Storbacka. 2010. Business Model Design: Conseptualizing  Networked Value Co Creation. International Journal of Quality and Service  Science Vol.2 1ss; 1, pp.43-59

  1. Gilarso. 2007. Pengantar ilmu ekonomi mikro (Revisi). Kanisius. Yogyakarta.

 

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I