logo-color

Publikasi
Artikel Populer

MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF GURU DAN PESERTA DIDIK

Tasrip, S.Pd., M.M.

Tasrip, S.Pd., M.M.

Guru Mapel IPS MTs N 4 Tegal

Komunikasi adalah kunci keberhasilan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam sosial kemasyarakatan, dunia kerja maupun dalam dunia pendidikan di Madrasah. Bila komunikasi berjalan efektif, maka arus informasi dalam sosial kemasyarakatan, dunia kerja dan dunia pendidikan akan berjalan lancar sehingga dapat mempercepat proses penyelesaian, proses interaksi dan proses sosialisasi di jenjang tatanan kepentingan masing-masing bidang areanya. Sebaliknya, bila komunikasi terhambat, arus informasi pun tersendat, dan akibatnya tentu akan menyebabkan terlambatnya suatu pekerjaan dan proses interaksi sosial kemasyarakatan. Dalam konteks dunia pendidikan secara khusus arus komunikasi antara guru dengan peserta didik bahkan dengan pihak lain yang terkait dalam kegiatan pendidikan akan sangat berdampak pada  kinerja semua unsur yang ada dilingkungan dunia pendidikan dalam Madrasah tersebut. Oleh karena itu, siapapun yang memasuki dunia pendidikan di madrasah harus memahami dan menyadari pentingnya efektifitas komunikasi dalam menjalin hubungan yang sehat dilingkungan tempatnya beraktifitas, hubungan antara Kepala Madrasah dengan guru, hubungan guru dengan rekan sekerja, hubungan guru dengan bagian administrasi ketatausahaan, dan hubungan guru dan peserta didik. Komunikasi antara guru dan peserta didik harus berjalan dengan baik dan efektif sehingga dalam proses transformasi Ilmu pengetahuan, etika dan perilaku keapada peserta didik dapat berjalan dengan maksimal, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.

Komunikasi guru dan peserta didik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu komunikasi secara Verbal (Verbal Communication) dan komunikasi Non Verbal (Non Verbal Communication). Komunikasi secara Verbal (Verbal Communication) merupakan komunikasi guru dan peserta didik yang dilakukan secara verbal atau lisan, proses penyampaian informasi secara lisan inilah yang dinamakan berbicara. Kualitas proses komunikasi verbal ini sering kali ditentukan oleh intonasi suara dan ekspresi raut muka serta gerakan-gerakan tubuh atau body language. Seorang guru harus mampu berbicara kepada para peserta didiknya dengan kata-kata yang lebih jelas apabila disampaikan dengan intonasi suara, mimik dan gerakan-gerakan tubuh yang tepat. Dalam kebiasaan di lingkungan Madrasah atau dikelas sehari-hari, guru biasanya juga penyampaian dan penerimaan pesan menggunakan kata-kata dengan simbol tulisan. Meskipun dalam bentuk tulisan tetapi bahasa yang dipakai adalah bahasa lisan. Dalam kesehariannya interaksi dalam pembelajaran antara Guru dan peserta didik juga mengguankan media yang mempunyai hubungan personal yang tinggi dan mempunyai peluang yang dapat langsung memberikan umpan balik, seperti buku literatur, Lembar Kerja Siswa, bulettin atau pamflet serta diskusi dan tatap muka di kelas. Sedangkan Komunikasi Non Verbal (Non Verbal Communication) merupakan komunikasi Guru dan peserta didik yang dilakukan dengan isyarat (gesture), gerak-gerik (movement) tentang sesuatu barang, waktu, cara berpakaian, atau sesuatu yang dapat menunjukan suasana hati atau perasaan pada saat tertentu. Contoh komunikasi non  verbal tentang tata cara berpakaian yaitu dengan komunikasi dengan penampilan, guru mengenakan pakaian yang hendak disampaikan kepada peserta didik atau juga dengan menunjukan gambar atau foto tentang penampilan berpakaian. Pakaian ini menunjukan tentang jenis kelamin laki-laki atau perempuan, atau model pakaian OSIS, Pramuka atau pakaian  Eksekutif tertentu yang dapat menunjukan bahwa model pakaian mengkomunikasikan sesuatu. Contoh komunikasi non verbal lainya misalnya tentang waktu berupa menantikan saat-saat tertentu, pada saat guru atau peserta didik melakukan Kegiatan Belajar Mengajar, waktu istirahat atau waktu bimbingan konseling tertentu, waktunya telah diatur sedemikian rupa agar efisien, efektif dan menyenangkan. Komunikasi Non Verbal (Non Verbal Communication) juga dikatakan sebagai komunikasi bahasa tubuh (kinestik) misalnya dengan menunjukan tanda dua jari yang artinya Victory dan mengacungkan jempol sebagai simbol setuju atau memuji. Secara umum fungsi dan peranan komunikasi bagi guru dan peserta didik merupakan siklus atau putaran yang melibatkan pihak guru dan peserta didik. Ilustrasi berikut ini dapat memberikan penjelasan tentang peran dan fungsi komunikasi bagi guru dan peserta didik. Seorang guru tentu saja tidak dapat berkomunikasi dengan patung, karena hal ini pasti akan sia-sia, sebab dia tidak akan mendapatkan respons apapun. Pada saat guru  berkomunikasi dengan peserta didik, tentunya seorang peserta didik akan berusaha memahami (perceive) respons yang diberikan oleh gurunya tersebut. Kemudian peserta didik akan memberikan reaksi dengan pikiran dan perasaannya. Perilaku seperti ini terus menerus dibentuk oleh respon internal dalam dirinya sendiri  terhadap apa yang dia lihat dan dia dengar, artimya hanya dengan memperhatikan guru, maka peserta didik akan memiliki gagasan tentang apa yang hendak dia katakan atau dia lakukan sebagai responnya terhadap gurunya itu. Agar terjalin dan tercipta komunikasi yang efektif antara guru dan peserta didik sedikitnya ada lima aspek yang harus dipahami  dalam membangun komunikasi yang efektif, yang pertama adanya Kejelasan (clarity), bahasa maupun informasi yang di sampaikan guru kepada peserta didiknya harus jelas. Dalam praktik sehari-hari seringkali guru misalnya mengucapkan seperti ini: Masalahnya ininya belum dianukan. Apa ini di apakan?. Akan lebih mudah dipahami maknanya jika guru mengatakan, kata ini diganti buku  dan kata anu di ganti bagi.  Maka akan diperoleh kalimat masalahnya, bukunya belum dibagikan. Yang kedua adanya ketepatan (accuracy) bahasa yang  disampaikan guru ke peserta didik harus betul-betul akurat dan tepat. Bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai kebenarannya. Benar ini artinya sesuai dengan apa yang sesungguhnya ingin disampaikan. Bisa saja informasi yang disampaikan guru belum tentu kebenarannya. Tetapi apa yang guru sampaikan benar-benar apa yang memang di ketahui, inilah yang dimaksud dengan akurat. Yang ketiga, adanya konteks (contex) bahasa dan informasi yang disampaikan guru harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Bisa saja guru menggunakan bahasa dan informasi yang jelas dan tepat tetapi karena konteksnya tidak tepat, reaksi yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan. Yang keempat, adanya alur (flow), keruntutan alur bahasa dan informasi akan sangat berarti dalam menjalin komunikasi yang efektif antara guru dan peserta didik. Yang kelima,adanya Budaya (culture) aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi kaitan dengan tatakrama atau etika perilaku antara guru dan peserta didik. Lingkungan merupakan pembelajaran tentang perilaku lumrah, wajar atau dilarang. Hal inilah guru harus memahami betul tentang budaya setempat budaya lokal. Jangan sampai dengan penggunaan bahasa dan informasi menyinggung atau bertentangan dengan budaya peserta didik, tentu masing-masing daerah berbeda antara yang satu dengan yang lain. Kelancaran komunikasi guru dan peserta didiknya juga dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam hal pengetahuan, pengalaman, intelegensi, dan  kepribadian. Makin luas pengetahuan yang dimiliki guru maka ia akan memiliki banyak perbendaharaan kata yang dapat memberikan dorongan bagi peserta didik untuk berbicara lebih lancar. Semakin banyak guru pengalaman juga berpengaruh terhadap kebiasaannya dalam menghadapi sesuatu, semakin banyak pengalaman maka guru akan mampu menghadapi peserta didik dalam keadaan dan kondisi apapun. Intelegensi guru juga harus baik, guru yang intelegensinya rendah, biasanya kurang lancar dalam berbicara, karena kurang memiliki kekayaan perbendaharaan kata dan bahasa yang baik. Cara berbicara juga terputus-putus, bahkan antara kata yang satu dengan kata yang lain kadang kurang relevan. Kepribadian juga mendukung efektivitas komunikasi, guru yang memiliki sifat minder, pemalu dan kurang pergaulan biasanya juga kurang lancar dalam berbicara, demikian pula juga dengan kondisi peserta didiknya, oleh karena itu antara kedua nya hendaknya saling mengembangkan budaya percaya diri dan bergaul dengan wajar dan baik sehingga tidak terjadi sumbatan-sumbatan dalam komunikasi,…….Semoga!.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

One Response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I