Dini Murdiyatun, S.Pd.
Guru SMP Negeri Sawangan (Kab. Magelang)
Pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan baik pola belajar, sikap, dan semangat murid dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah. Pengaruh yang dapat dirasakan pendidik adalah menurunnya aktivitas belajar dan perilaku yang jauh dari profil pelajar Pancasila karena selama pembelajaran daring murid terlalu sibuk dengan bermain Handphone dan bermain dengan teman-temannya. Perilaku yang bisa diamati murid di sekolah seperti murid kurang menghormati kepada guru, tidak khusuk berdoa di kelas, sulit untuk diajak fokus dalam pembelajaran, kurang peduli dengan sesama dan lingkungan, dan lain-lainya. Perilaku ini ditemui hamper di semua sekolah baik di tingkat dasar maupun menengah.
Semenjak diperbolehkan tatap muka sampai sekarang perilaku murid tersebut sampai saat ini belum bisa berubah ke arah yang lebih baik. Perlunya adanya suatu program yang dapat mengubahnya. Ini merupakan tantangan sekolah untuk menyusun suatu program yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Program sekolah yang tertata dan terstruktur serta melibatkan semua warga sekolah sebagai landasan perubahan di sekolah.
Salah satu program yang dapat diterapkan adalah dengan kegiatan pembiasaan. Menurut Muhammad Noer Cholifudin Zuhri pembiasaan adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Pembiasaan ini meliputi aspek perkembangan moral, nilai-nilai agama, akhlak, pengembangan sosio emosional dan kemandirian. Pembiasaan positif yang sejak dini sangat memberikan pengaruh positif pula pada masa yang akan datang.
Pembiasaan merupakan sebuah metode dalam pendidikan yang berupa proses penanaman kebiasaan secara berkesinambungan terus menerus dan berulang-ulang secara teratur. Metode pembiasaan merupakan suatu bentuk pendidikan yang dilakukan secara bertahap. Hasil yang dilakukan dari pembiasaan adalah terciptanya suatu kebiasaan anak didiknya.
Maksud dan tujuan diadakannya kegiatan pembiasaan ini adalah untuk melatih serta membiasakan peserta didik secara konsisten dan kontinyu dengan sebuah tujuan. Dan diharapkan benar-benar tertanam pada diri peserta didik yang akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan di kemudian hari.
Nilai-nilai religius yang pilih sebagai pondasi penanaman budi luhur murid dengan cara seperti melakukan sholat dhuhur berjamaah, membaca Al-quran atau tadarus, membaca Asmaul Husna, belajar memberikan kultum bagi murid yang beragama Islam. Sedangkan yang beragama selain Islam dengan membaca Alkitab, atau santapan rohani.
Pembiasaan lainnya yang bisa dikembangkan di sekolah seperti penerapan 5S (senyum, sapa, salam, sopan, dan santun), peduli dengan orang lain dan lingkungan, saling menghargai dan sebagainya. Meskipun merupakan hal-hal yang sepele bila dilakukan secara rutin dan kontinue maka akan mewujudkan karakter yang baik bagi murid.
Untuk bisa menerapkan hal-hal tersebut, perlunya adanya:
- Program kegiatan yang terstruktur yang disosialisasikan semua warga sekolah.
- Keteladanan dari kepala sekolah dan guru.
- Kolaborasi semua warga sekolah.
- Rasa peduli semua warga dalam setiap hal.
- Refleksi dalam setiap kegiatan.
- Evaluasi dilanjutkan rencana tindak lanjut.
Sebelumnya membuat program kegiatan, kemudian berdiskusi kepada kepala sekolah, kesiswaan, dan guru Agama. Setelah mendapatkan kesepakatan bersama disosialisasikan kepada rekan guru dan seluruh murid. Setelah mendapatkan kesepakatan bersama maka program dapat dijalankan.
Pelaksanaan program membutuhkan keuletan dan pantang menyerah. Jangan hangat-hangat tahi ayam atau hanya diberlakukan dalam kurun waktu tertentu lalu ditinggalkan dan beralih ke program lainnnya. Dengan demikian butuh adanya kebersamaan, rasa peduli, saling menguatkan dan kolaborasi semua pihak. Bila ada salah satu yang kendor maka yang lain memotivasi dan menguatkan sehingga bisa melangkah bersama kembali.
Pembentukan kebiasaan-kebiasaan tersebut terbentuk melalui pengulangan. Menanamkan kebiasaan itu tidaklah mudah dan memerlukan waktu yang lama. Kesulitan terjadi karena disebabkan pada awalnya murid belum mengenal secara praktis sesuatu yang hendak dibiasakannya. Oleh sebab itu pembiasaan hal-hal yang baik perlu dilakukan sedini mungkin sehingga dewasa nanti sudah terbiasa dengan hal-hal yang baik.