FEBRI ASTUTININGSIH, S.Pd
Guru MTs Negeri 5 Cilacap
Saat cahaya matahari berangsur beranjak menuju peraduannya dan temaram malam mulai membayangi, seorang anak bertanya pada ibunya: ”Bu, mengapa memilih jadi seorang guru, bukan menjadi bidan menolong kelahiran bayi seperti mbah putri?”, sang ibu kemudian bercerita bahwa dulu jatuh cinta pada profesi guru setelah diminta adik kakeknya untuk membantu mengoreksi hasil ulangan murid murid adik kakek yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Anak lelakinya masih memberinya pertanyaan, “Apa yang membuat Ibu jatuh cinta?”, si ibu tersenyum, “Jatuh cinta ibu pada profesi guru karena ada aktivitas menilai ulangan, sepertinya ada sebuah kepuasan yang akan didapat jika kita memberi pelajaran kemudian yang diajari bisa mendapatkan nilai bagus“. Sang Ibu menyambung penjelasannya, “Tahukah kau nak, bahwa saat kita melakoni aktivitas karena cinta maka aktivitas kita akan lebih bermakna?”
Percakapan antara ibu dan buah hatinya memunculkan ide tulisan ini, “Cinta adalah energi yang akan mampu membuat aktivitas seorang guru menjadi lebih bermakna”. Bermakna karena mengubah peradaban bangsa. Ya, guru adalah pembangun peradaban bangsa. Dalam sebuah tulisan Dr. Muhbib Abdul Wahab, M.Ag menyatakan: ”Tugas mulia guru bukan sekadar melakukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur dalam rangka memanusiakan (humanisasi) diri peserta didik: membentuk karakter dan kepribadiannya agar memiliki integritas moral dan akhlak mulia; membekali kompetensi, sikap positif, dan keterampilan hidup (life skills) agar bisa menjalani dan memaknai kehidupannya; dan membentuk mindset positif dalam rangka meraih prestasi dan kesuksesan duniawi dan ukhrawi.”
Apakah hubungan antara cinta dan aktivitas guru dalam membangun peradaban dunia? Sebuah pertanyaan yang menarik. Kita akan mengawali dengan pembahasan apa itu cinta. Cinta adalah “emosi” dan perasaan yang dapat dijelaskan melalui pemahaman aktivitas otak dan sistem persarafan yang terkait dengan cinta.
Emosi cinta ini mempunyai beberapa fase. Fase pertama cinta adalah gairah, fase kedua daya tarik, fase ketiga keintiman, perlekatan. Cinta akan memberi perlekatan, ketergantungan emosional, ada euforia dalam cinta. Euforia melahirkan bahasa cinta, pelayanan pada yang dicintai . Dalam ilmu sains cinta merupakan fungsi sistem limbik sebagai komponen penting dari proses emosi, motivasi, dan memori.
Guru akan memberi aksi pelayanannya berdasarkan kecintaannya pada dunia pendidikan. Cinta akan menumbuhkan kemauan, keberanian, keikhlasan. Kemauan akan melahirkan perbuatan, sedangkan keberanian akan memunculkan jiwa yang siap untuk berkorban, siap untuk mengambil segala risiko demi pendidikan yang mampu mengubah peradaban bangsa.
Cinta membuat seseorang bersyukur dengan pilihan yang telah diambilnya. Memilih menjadi guru adalah pilihan yang membawa konsekuensi siap melayani berbagai tipikal anak didik yang akan berubah dari masa ke masa mengikuti perkembangan jamannya. Cinta adalah kekuatan yang melahirkan ekspresi cinta untuk mewujudkan mimpi seorang guru mengubah peradaban dunia dalam bentuk pengabdian, pelayanan pendidikan sepenuh hati. Cinta melahirkan pribadi guru yang siap untuk menjadi pendidik profesinal, berusaha untuk selalu meningkatkan kompetensi yang dituntut oleh dunia pendidikan yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi pedadogogik, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Kita tahu bahwa peradaban bangsa ditentukan oleh karakter individu yang ada dalam bangsa tersebut. Sebuah peradaban yang maju menuntut individu didalamnya sebagai individu yang punya konsep hidup, idealisme, sikap, kepribadian yang mendukung kemajuan sebuah peradaban. Peradaban memang membutuhkan teknologi untuk maju namun sumber daya insani adalah penentu bagaimana sebuah teknologi mampu mengubah peradaban bangsa. Dan guru hadir dalam mendidik individu individu penentu masa depan peradaban terutama mendidik karakter peserta didik. Kecerdasan semata bukanlah tujuan pendidikan nasional bangsa ini namun perkembangnya potensi kecerdasan yang didasari oleh pribadi yang berkarakter sehingga melahirkan peradaban bangsa yang bermartabat. Karakter yang diharapkan dari pendidikan bangsa ini adalah beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Karakter inilah yang diharapkan berkembang dalam diri peserta didik yang dididik dengan penuh cinta.
Alhamdulillah, saat ini saya masih menjalani profesi sebagai seorang guru, sebuah profesi yang membuat saya bisa memberi cinta dan merasa dicintai oleh murid murid saya, karena perasaan cinta dan dicintai adalah energi yang kan membuat hidup ini lebih bermakna.
Bermakna untuk kehidupan pribadi, bermakna pula dalam peran saya sebagai anggota masyarakat, bermakna dalam menjalankan peran saya sebagai warga negara bangsa ini.
Selamat Hari Guru!