logo-color

Publikasi
Artikel Populer

GURU HARUS MENGAJAR DENGAN PENUH KASIH SAYANG

Wiwit Dwi Seplin, S.Pd

Wiwit Dwi Seplin, S.Pd

Guru Tematik di SDIT AL Aufa Kota Bengkulu

Banyak sebagian orang mengatakan bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, bisa jadi hal demikian karena seorang guru memang mengajar banyak hal. Sehingga kita tidak mampu membalas semua jasa-jasa guru. Ditambah dengan guru-guru yang kita ingat selama ini dikatakan sangat baik, lemah lembut dan penyayang. Semua itu tidak akan saya lupakan sampai akhir nanti. Banyak  guru yang menjadi contoh tauladan dalam kehidupan saya pribadi baik untuk anak-anak di rumah, anak-anak peserta didik di sekolah tempat saya mengajar, teman-teman sejawat, wali murid dan masyarakat lainnya. Doa terbaik selalu saya panjatkan untuk kebaikan-kebaikan guru-guru semasa saya Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi. Mereka adalah Sang Motivator sehingga saya bisa menjadi seorang guru saat ini. Saya yakin mereka juga selalu mendo’akan yang terbaik untuk anak-anak didik mereka ketika mereka mengajar di kelas. Tanpa Guru semua tidak akan bisa apa-apa. Tidak akan bisa membaca, menulis, tidak akan bisa menjadi orang sukses. Semua ini berkat bimbingan guru–guru yang mengajar dengan penuh kasih sayang.

 

Kenapa guru harus mengajar dengan penuh kasih sayang?

Dalam Pendidikan kasih sayang yang ditunjukkan atau yang diberikan oleh seorang guru kepada peserta didik akan sangat berpengaruh terhadap suasana belajar dan hasil pembelajaran yang diciptakan. Sebaliknya ketika seorang guru menyampaikan materi dan bimbingan tidak menggunakan kasih sayang maka suasana belajar dan hasil yang didapatkan jauh dari keadaan baik.

Seperti contoh, ketika saya menjelaskan pelajaran setelah semua siswa sudah siap belajar dan sudah memasuki kegiatan awal pembelajaran namun ada beberapa siswa yang masih nampak belum siap dalam belajar, masih belum fokus dengan pembelajaran, asyik bercerita dengan teman sebangkunya dalam beberapa waktu, sesekali saling melempar tawa, saya langsung mengambil sikap tenang dan menanyakan kembali kepada semua siswa di kelas apakah sudah siap untuk belajar pada hari ini? Itu saya utarakan secara klasikal dengan tujuan supaya anak yang belum siap tadi tidak merasa dipojokkan oleh guru. Dan mereka yang merasa langsung mempersiapkan diri untuk lebih fokus dalam proses pembelajaran.

Situasi lain ketika saya menemukan siswa yang memang belum bisa membaca dan menulis padahal sudah naik ke kelas 3 SD. Yang awalnya saya selama mengajar dari tahun 2010 sampai 2022 hanya bertemu dengan siswa kelas atas yaitu kelas 4,5 dan 6 SD mereka semua sudah bisa membaca dan menulis, guru hanya mengarahkan saja mereka sudah bisa mandiri dalam mengerjakan tugas. Tapi kali ini di Tahun Pelajaran 2022-2023 saya menemukan siswa kelas 3 SD yang belum sama sekali bisa membaca dan menulis, siswa ini adalah siswa pindahan dari sekolah lain. Banyak hal yang menjadi PR bagi saya bagaimana supaya saya sebagai walikelas bisa sukses mengajar anak ini dalam hal membaca dan menulis? ini hal yang tidak biasa saya temui. Khusus bagian membaca dan menulis setahu saya ini adalah bagian guru TK dan kelas 1 SD saja.

 

Bagaimana strategi saya dan apa yang saya lakukan supaya proses belajar berjalan sesuai dengan harapan?

Yang pertama saya akan luruskan niat supaya mampu meningkatkan kualitas diri sebagai seorang guru bahwa guru memang harus bisa dalam segala hal,bisa memberikan yang terbaik untuk peserta didik,  mencakup semua permasalahan yang akan ditemui disetiap pembelajaran dan disetiap tahun pelajaran. Saya niatkan bahwa apapun yang saya lakukan adalah karena Allah ta’ala, meminta keridhoan Yang Maha Kuasa, Memohon kepada Yang Kuasa agar dimudahkan urusan saya dalam membimbing anak-anak di sekolah terutama permasalahan yang sedang saya hadapi. Semoga niat baik saya ini menjadi amal kebaikan bagi saya. “Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung niatnya. Sesungguhnya bagi setiap orang adalah apa yang ia niatkan.” (HR Bukhari Muslim).

Selanjutnya saya harus menyadarkan diri saya bahwa yang saya hadapi ini adalah amanah yang harus saya emban, saya harus menyadari juga bahwa semua peserta didik adalah anak kesayangan orangtua mereka. Guru adalah orangtua bagi murid-murid di sekolah.  Mereka harus mendapatkan hak yang sama dengan anak-anak yang lain dalam proses pembelajaran supaya bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. “Sesungguhnya aku bagi kalian tiada lain hanyalah seperti orangtua kepada anaknya. Aku mengajari kalian.” HR Ibnu Majah memlalui Abu Hurairah).

Yang terakhir saya harus memberikan sikap penuh kasih sayang kepada semua peserta didik khususnya kepada anak yang belum bisa menulis dan membaca ini. Karena saya sangat yakin dan percaya bahwa mengajar dengan penuh kasih sayang akan membuahkan hasil yang memuaskan. Sama halnya dengan yang saya alami sewaktu kecil dulu. Alhamdulillah dalam beberapa bulan saja siswa ini sudah mulai bisa membaca lancar 2 suku kata dan menulis cepat dengan tulisan sesuai usia dan yang tidak kalah pentingnya adalah minat untuk terus belajar siswa ini sangat luar biasa.

”Rasa kasih sayang yang perlu dibangun adalah rasa kasih sayang sebagaimana orangtua kepada anaknya. Rasa kasih sayang yang bersumber dari hati tetaplah perlu dibangun dengan sebaik-baiknya oleh seorang guru yang ingin dicintai anak oleh anak didiknya, sebagaimana anak mencintai orang tuanya sendiri.” Yazidul Bustami ”Sepuluh Faktor Agar Menjadi Guru Yang Dicintai Oleh Siswanya” pada artikelnya halaman 46.

Ketika semua sudah saya jalani dengan baik maka insyaAllah proses pembelajaran di dalam kelas akan berjalan dengan baik dan hasil yang diinginkan sesuai dengan yang diharapkan.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I