Dadang Hidayat
Guru
Latar Belakang Pendidikan Karakter
Kita sebagai masyarakat Indonesia pastinya tahu bahwa negara ini memiliki segudang keragaman budaya dengan berbagai ciri khas dan karakteristik masing-masing, bahkan keragaman budaya Indonesia ini banyak diketahui oleh masyarakat asing. Pada hakikatnya, keragaman budaya Indonesia datang dari berbagai kebudayaan-kebudayaan lokal yang terus tumbuh dan berkembang di masyarakatnya. Adapun munculnya keragaman budaya tersebut akibat dari pengaruh yang tampak dan merekah di masyarakat sehingga menciptakan kebudayaan itu sendiri.
Seiring berjalannya waktu dari zaman ke zaman, perkembangan kebudayaan mempunyai peran dan fungsi untuk meningkatkan semangat nasionalis. Hal itu karena budaya lokal memuat nilai-nilai sosial yang perlu diterapkan oleh tiap masyarakat Indonesia itu sendiri. Seperti yang ditulis oleh Adimihardja di dalam bukunya yang berjudul Kebudayaan dan Lingkungan, dirinya mengatakan bahwa kebudayaan Indonesia yang beragam itulah akan menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi masyarakatnya, tetapi juga menjadi tantangan untuk membentengi dan mewarisi dari generasi ke generasi.
Berbeda dengan budaya Indonesia yang tetap tumbuh di dalam kemajemukan masyarakatnya, pendidikan di Indonesia mengalami penurunan kualitas diberbagai wilayah. Hal ini tidak lepas dari peran serta pemerintah, masyarakat serta warga sekolah yang kurang optimal terhadap sestem pendidikan kita. Terlebih lagi pada tahun tahun kemarin ketika pandemic covid- 19 terjadi, pendidikan kita seolah kehilangan ghirahnya. Solusi menteri pendidikan melalui Kemendikbud dengan program belajar daring (online) tidak sepenuhnya berdampak positif terhadap mutu pendidikan. Kendala-kendala yang terjadi di lapangan seolah menjadikan kegiatan belajar mengajar daring hanya mengejar pencapaian materi pembelajaran tanapa menyentuh aspek psikis dari peserta didik dan tak lupa akibat kurangnya interaksi langsung antara guru dan peserta didik, otomatis berkuranglah internalisasi nilai-nilai karakter yang semestinya ditanamkan seorang guru ke dalam diri peserta didik.
Tugas seorang guru bukan hanya mengajar, mentrasfer ilmu pengetahuan saja, tetapi seorang guru juga dituntut untuk mendidik (pembentukan akhlak dan karakter peserta didik) bila tanpa mendidik maka siswa akan seperti robot yang hanya bisa berfikir tapi tak memiliki karakter. Adanya kasus perundungan (bullying) yang terjadi dewasa ini, bahkan telah diberitakan di media massa. Di mana beberapa peserta didik melakukan tindakan kekerasan secara fisik dan psikologis terhadap temannya sendiri di sebuah lembaga sekolah. Fenomena unik ini adalah permasalahan lama tetapi dalam kemasan baru dalam dunia pendidikan kita. menambah sederet permasalahan sistem pendidikan yang selalu berubah-ubah. Ini adalah bukti dari akibat degradasi moral peserta didik.
Pendidikan karakter merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar itu sendiri, ketika seorang guru memberikan materi pelajaran maka pendidikan karakter harus ditanamkan bersama-sama agar terjadi sinkronisasi antara pengajaran dan pendidikan. Sehingga peserta didik mendapatkan bekal ilmu pengetahuan dan bekal akhlak untuk diapliksikan dalam kehidupan sehari-hari baik itu di lingkungan sekolah, lingkungan rumah maupun di lingkungan masyarakat.
Pengertian Pendidikan Karakter
T. Ramli, berpendapat bahwa pengertian pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal tersebut akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik.
Pendidikan karakter pada hakikatnya dalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut.
Dapat disimpulkan pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Pendidikan karakter (character education) sangat erat kaitannya dengan pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus-menerus guna penyempurnaan diri kearah hidup yang lebih baik.
Faktor Penyebab Rusaknya Pendidikan Karakter
Terdapat tiga (3) penyebab atau faktor rusaknya pendidikan karakter antara lain:
Di era globalisasi seperti saat ini yang didukung dengan makin meningkatnya teknologi membuat budaya asing dengan mudah masuk ke dalam negeri dengan sangat cepat dan memengaruhi masyarakat. Budaya asing tersebut pun seakan menarik daya tarik masyarakat sehingga membuatnya menjadi sebuah tren tersendiri. Banyak sekali masyarakat yang berbondong-bondong mengikuti tren tersebut seakan enggan dikatakan ‘ketinggalan zaman’ ketika sudah melakukannya.
Masuknya budaya asing juga memiliki dampak positif bagi masyarakat, misal luasnya pemikiran masyarakat akan suatu hal. Namun kadang kala juga hal positif tersebut diiringi dengan banyaknya dampak negatif yang masuk, terutama untuk para generasi bangsa seperti kita. Beberapa hal yang memengaruhi yaitu, perubahan tingkah laku yang sudah jauh dari yang telah diajarkan nenek moyang pada kita atau yang berdasarkan dengan nilai budaya serta pedoman negara yaitu Pancasila.
Perubahan tingkah laku ini sangat terlihat jelas berbeda. Mulai dari gaya berbicara kepada orang dewasa yang sudah tidak ada lagi sisi sopan dan santun, serta kosakata yang dipakai.
Intinya faktor budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya dan adat ketimuran bangsa Indonesia yang masuk berdampak negatif pula terhadap karakter peserta didik.
Kurangnya pengetahuan akan agama
Karena menjadi hal yang sangat fundamental dalam pembentukan kepribadian manusia, pendidikan agama merupakan kunci yang tidak bisa diabaikan karena Pendidikan Agama merupakan salah satu faktor penunjang dalam pendidikan moral. Manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan tidak dapat terwujud secara tiba-tiba, melainkan melalui proses pendidikan yang panjang dan lama. Proses pendidikan itu berlangsung seumur hidup manusia baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Lingkungan sekolah sendiri merupakan tempat yang baik untuk kita mendalami ilmu agama, karena di lingkungan sekolahlah kita dapat menerima pendidikan yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian seorang manusia. Apabila seorang peserta didik kurang mendapatkan pengetahuan tentang agama maka akan berdampak terhadap pembentukan karakter moral yang ujungnya anak akan melakukan tindakan yang sebenarnya dilarang oleh agama.
Kurang tepatnya sistem pendidikan
Seperti kita ketahui Sebagian orang mungkin belum familiar mengenai sistem pendidikan yang diadopsi di Indonesia. Secara umum, ada 3 jenjang sistem pendidikan nasional atau bisa dikatakan sebagai wajib belajar 12 tahun dimulai dari Pendidikan Dasar (SD), Pendidikan Menengah (SMP), dan dilanjutkan Pendidikan Tinggi (SMA). Setiap sistem pendidikan di Indonesia memiliki konsep yang berbeda beda. Sistem pendidikan yang ada di Indonesia terbagi menjadi beberapa kategori. Salah satunya yang banyak diterapkan yaitu sistem yang berorientasi pada nilai. Para pelajar akan ditekankan bagaimana bersikap jujur, disiplin terhadap waktu, tanggung jawab, dan juga diberikan motivasi yang tinggi untuk mencapai cita-cita. Untuk itu, siswa akan diajarkan PPKn pada tingkat Pendidikan Menengah sampai ke Pendidikan Tinggi.
Sistem pendidikan di Indonesia, yang didasarkan pada sistem pendidikan nasional, terdapat kesenjangan antara cita-cita dan kenyataan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai faktor seperti kelemahan pada sektor manajemen, dukungan pemerintah dan masyarakat yang masih rendah, efektifitas dan efisiensi pembelajaran yang masih lemah, inferioritas sumber daya pendidikan, dan terakhir lemahnya standar evaluasi pembelajaran. Akibatnya, harapan akan sistem pendidikan yang baik masih jauh dari sukses. Berbagai solusi dikemukakan termasuk memperbarui kurikulum secara nasional juga masih menemui berbagai kendala yang serius. Keadaan tersebut membutuhkan reformulasi yang secara sistemik memperhatikan berbagai faktor yaitu politik, ekonomi, sosial, dan budaya Indonesia.
Belum lagi kurikulum kita lebih mengedepankan teoritis dari pada praktik, lebih cenderung menjejali anak dengan pengetahuan secara umum dari pada contoh penerapan pembentukan karakter yang bersifat aflikatif dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik sebenarnya mencari figur atau teladan akhlak di sekolah bukan dijejali dengan setumpuk rumus dan teori,bila tidak ia dapatkan maka program pendidikan karakter di sekolah tidak berhasil menyentuh rohani peserta didik,
Cara Mengatasi Kerusakan Karakter pada Remaja
Kerusakan karakter pada remaja ini tentunya harus sesegera mungkin diatasi agar tidak semakin memburuk. Kerusakan karakter akan membuat kesan yang buruk dimata masyarakat yang tentunya akan membuat mental yang buruk. Terdapat beberapa cara mengatasinya, diantaranya:
- Menananamkan pendidikan karakter sejak dini.
- Pemilihan teman bergaul dan lingkungan yang tepat.
- Mampu memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan baik.
- Memperkuat dasar keagamaan pada setiap masing-masing diri, mewujudkan lingkungan agamis baik dilingkungan keluarga maupun sekitarnya.
Kesimpulan
Pendidikan karakter merupakan nilai yang diperlukan untuk mewujudkan kelangsungan hidup bangsa, sehingga nantinya menjadi pondasi serta pijakan anak Indonesia sehingga pada perkembangan jiwa dan raganya. Ia menjadi pribadi yang berkualitas, memiliki akhlak yang baik, jujur, tanggung jawab, hormat dan disiplin. Mampu bersaing di dunia Internasional dalam menghadapi tantangan zaman karena dibekali juga dengan ilmu pengetahuan, soft skill dan hard skill yang dibutuhkan masyarakat. Pendidikan karakter adalah suatu hal yang penting dalam dunia pendidikan, karena pendidikan karakter dapat menentukan apakah seseorang dapat bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya serta menghormati hak orang lain.
Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas dapat dilakukan dengan pengenalan nilai-nilai, pengintegrasian nilai-nilai terhadap tingkah laku peserta didik pada semua mata pelajaran. Pendidikan karakter dapat pula meningkatkan prestasi akademik peserta didik.