logo-color

Publikasi
Artikel Populer

AJAK SISWA TANAMKAN NILAI MODERAT LEWAT MADING 3D

Irma Fajarwati, M.Pd.

Irma Fajarwati, M.Pd.

Guru MIN 1 Kota Malang

Indonesia adalah bangsa yang besar dan kaya tidak hanya dari Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah ruah, namun kekayaan budaya dengan kemajemukan suku, agama, ras, adat istiadat/budaya (SARA), dan kemajemukan Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, madrasah dan pendidikan memegang peranan penting. Keberhasilan proses pendidikan di madrasah secara langsung akan berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut. Salah satu indikator kualitas pendidikan yang baik adalah lulusan yang dihasilkan berkompeten, berliterasi, dan berkecakapan dalam akhlak dan ilmu.

Dalam rangka mewujudkan negara Indonesia yang berkesatuan di  bawah naungan Pancasila & NKRI  ini, diperlukan wacana dan kehadiran moderasi beragama  di lingkungan madrasah sehingga dapat terwujud madrasah yang moderat dan bangsa yang moderat pula. Secara umum moderasi merupakan cara pandang beragama secara moderat, yakni mengamalkan ajaran agama dengan cara yang wajar atau tidak ekstrem.

Moderasi dari bahasa Latin “Moderatio berarti kesedangan/penguasaan diri (tidak lebih/kurang). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) moderasi adalah pengurangan kekerasan/penghindaran keekstreman. Bersikap moderat berarti bersikap wajar/biasa/tak ekstrem. Dalam bahasa Arab, moderasi bermakna wasath/tengah-tengah, i’tidal/adil, tawazun/berimbang.

Secara istilah moderasi berarti sikap/pandangan tak berlebihan, tak ekstrem/tak radikal. Beragama berarti beribadat/taat agama. Beragama itu menebar damai/kasih sayang,  di mana pun dan pada siapa pun. Bukan untuk menyeragamkan keberagaman, melainkan untuk menyikapi keberagaman dengan penuh kearifan.

Islam hadir sebagai  rahmatan lil alamiin. Manakala di antara kita yang sesama muslim pun berbeda pandangan, tidak masalah. Islam mengajari kita berdamai dengan perbedaan sehingga kebajikan dapat ditumbuhkembangkan demi menjaga keberlangsungan hidup beragama, berbangsa, dan bernegara. Tak terkecuali, antar kita dengan saudara sebangsa yang memiliki beragam suku, agama, dan ras antar golongan. Keragaman adalah potensi bagi kita untuk saling mengenal dan berkolaborasi dalam kebaikan dan mewujudkan kemaslahatan bersama. Sebab mereka adalah saudara dalam kemanusiaan. Kesatuan di tengah perbedaan inilah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia seperti pelangi yang tampak indah karena adanya perbedaan warna. 

Moderasi Beragama dalam Pendidikan Tingkat Dasar

Moderasi beragama sejatinya bukan demi kebutuhan Warga Negara Indonesia saja, melainkan menjadi kebutuhan seluruh umat manusia di muka bumi. Terwujudnya kerukunan dan kedamaian adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan. Sejak 1995, berdasarkan hasil kesepakatan dari Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tanggal 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional atau International Day of Tolerance. Hal ini sejalan dengan komitmen Kementerian Agama untuk memasyarakatkan moderasi beragama, terlebih lagi di lingkungan madrasah, tak terkecuali di madrasah ibtidaiyah sebagai lembaga pendidikan di tingkat dasar.

Seluruh penyelenggara pendidikan di lingkungan madrasah harus mampu berperilaku positif dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di sinilah pentingnya peran seluruh civitas akademika untuk turut serta memberikan kontribusi positif  dan konstruktif bagi sebuah kemajuan bangsa yang beradab dan beragama. Orang tua selaku pendidik di rumah, guru sebagai pendidik di madrasah, pengambil kebijakan madrasah sebagai penentu arah kebijakan, dan seluruh stakeholder yang terlibat harus mampu bersinergi menjadi pribadi yang berakhlak luhur untuk kemudian mampu membimbing dan mengarahkan peserta didik  menjadi pribadi yang menebar kebajikan demi kebajikan.

Seluruh pihak secara bijak dapat mengambil peran untuk membersamai peserta didik yang teramat perlu memiliki sosok panutan atau teladan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik di tingkat dasar (MI/SD) memerlukan contoh konkret, yang tak sekedar berteori, tetapi mampu mempraktikkannya dalam keseharian. Orang tua, guru, dan segenap civitas akademika di lingkungan madrasah hendaknya mampu mempraktikkan secara nyata tentang bagaimana perilaku mulia terhadap sesama yang memiliki keberagaman latar belakang suku, agama, ras, dan lain-lain. Misalnya, saat berada di lingkungan madrasah, peserta didik kita tekankan untuk menjaga kerukunan dan kebersamaan karena mereka bersaudara dan seagama. Di luar madrasah, saat peserta didik bergaul dengan rekan sepermainan yang memiliki keragaman latar belakang agama dan sosial, kita ajarkan untuk senantiasa menjaga kerukunan dan kedamaian karena mereka sebangsa.

Demikian pula dengan model pembelajaran dan ragam   bacaan   (literasi) yang kita perkenalkan, hendaknya mampu   membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kegiatan ini, peserta didik diharapkan memiliki gambaran konkret tentang bagaimana sejatinya menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan berpengetahuan untuk mengimplementasikan nilai-nilai luhur ajaran agama dalam kehidupan nyata, baik di lingkungan keluarga, di madrasah, maupun di masyarakat.

 

Mengenalkan Moderasi Beragama di MI/SD melalui Mading

Di antara beragam bahan bacaan (literasi) yang dapat diperkenalkan bagi peserta didik di madrasah adalah majalah dinding atau yang lebih familiar dengan sebutan mading. Majalah dinding merupakan salah satu jenis media massa komunikasi tertulis yang paling sederhana. Dalam KBBI dijelaskan bahwa majalah dinding (mading) adalah majalah yang tidak dirangkai, tetapi berupa lembaran yang ditempelkan pada dinding, papan, dsb.

Prinsip majalah tercermin melalui cara penyajiannya, baik yang berupa gambar, tulisan, hiasan, atau kombinasi dari ketiganya untuk menampilkan bermacam-macam hasil karya secara menarik. Beragam karya yang ditampilkan dapat berupa berita, poster, lukisan, vinyet, teka-teki silang, karikatur, atau cerita bergambar yang ditata secara menarik dan kreatif. Bentuk fisik mading biasanya berwujud lembaran tripleks, karton, atau bahan lain dengan ukuran yang beragam. Peranan majalah dinding sebagai salah satu fasilitas kegiatan siswa memiliki sejumlah fungsi, yaitu fungsi informatif, komunikatif, rekreatif, dan kreatif  (https://id.wikipedia.org/wiki).

Mading merupakan salah satu media yang tepat untuk menampilkan kreativitas siswa terkait dengan keterampilan membaca, menulis, menggambar, mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas. Hasil tulisan yang dipajang merupakan bukti hasil berkembangnya kemampuan menulis peserta didik. Hasil gambar pajangan pun merupakan sarana pengembangan kreativitas peserta didik. Demikian pula dengan beragam karya lain yang disajikan. Karya-karya yang dipajang dalam mading mampu menjadi bahan inspirasi peserta didik yang lain untuk dapat menuangkan ide mereka melalui sebuah tulisan, gambar, dan lain-lain.

Terkait dengan moderasi beragama, mading hadir sebagai daya tarik tersendiri bagi peserta didik untuk dapat secara langsung mengakses informasi dengan cara melihat, membaca, dan menikmati beragam karya yang ditampilkan. Terlebih lagi, mading ini disajikan dalam wujud Mading Tiga Dimensi, yang dapat secara mudah diakses peserta didik melalui perwajahan depan, atas, dan samping kanan, serta samping kiri. Melalui miniatur, gambar, dan tulisan Mading Tiga Dimensi ini, peserta didik dikenalkan tentang ragam suku dan budaya, agama beserta tempat ibadah yang terdapat di Indonesia, negeri tercinta. Peserta didik diajak untuk tidak sekedar melihat dan membaca kertas berisi tulisan dan gambar yang terpajang, tetapi seolah-olah diajak berjalan mengelilingi miniatur Indonesia dengan beragam agama, tempat ibadah, dan budaya di dalamnya. Mading Tiga Dimensi menampilkan beragam karya secara lebih riil/konkret dan menarik bagi peserta didik terutama di tingkat MI/SD. Melalui Mading Tiga Dimensi ini peserta didik dapat belajar beberapa mata pelajaran sekaligus, seperti: Bahasa Indonesia, IPS, PKN, SBDP, dan Mapel Agama (FQ, SKI, AA, QH). 

Papan Mading Tiga Dimensi tersebut terbuat dari paduan papan kayu permanen yang didominasi styrofoam. Latar papan mading, tulisan, pewarnaan, beserta gambar dibuat seaman dan semenarik mungkin untuk dunia peserta didik. Mading Tiga Dimensi dirancang permanen dengan tujuan agar mading dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran dalam waktu yang relatif lama. Gambar atau tulisan yang dipajang atau diikatkan dalam mading dapat diganti secara berkala sesuai dengan topik pembelajaran. Peserta didik pun dapat dengan mudah memasang, membaca, menikmati maupun mengakses seluruh gambar dan tulisan yang tersedia sehingga dapat menginspirasi dan memperkaya wawasan/informasi. Majulah madrasahku, majulah Indonesiaku! Moderatlah madrasahku, moderatlah Indonesiaku!

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I