Nuri Narulita,S.T.
Guru Mts Al Muhajirin Bogor
Sudah lumrah kiranya di masyarakat kita bahwa matematika adalah mata pelajaran yang dianggap sulit dan ditakuti sebagian besar siswa di generasi X dan Y. Meskipun demikian di masa itu orang-orang yang memiliki kecerdasan matematik dianggap pintar dan bisa sekolah dan bekerja di bidang yang bergengsi. Di kalangan anak-anak generasi Z matematika tetap dianggap rumit sehinga tidak asyik dan membosankan sehingga sekolah dan pekerjaan yang berbasis matematika kalah populer dengan bidang-bidang baru yang muncul di abad milenial dewasa ini. Pekerjaan membuat konten di bidang seni,hiburan, daily life, olahraga dan sebagainya bahkan games di berbagai platform media digital lebih diminati kaum milenial sekarang ini. Pekerjaan yang sangat menyenangkan,sesuai hobi dan tidak perlu memikirkan sesuatu yang dianggap rumit dan sulit seperti halnya pekerjaan menghitung dan sebagainya.
Demikianlah matematika dari generasi ke generasi masih dianggap sesuatu yang sulit untuk dimengerti, mungkin keyakinan inilah salah satu yang membuat sebagian besar siswa di sekolah kurang tertarik untuk memahami dan mencintai matematika. Pola pikir inilah yang mungkin harus kita ubah sedikit demi sedikit sehingga suatu saat nanti akan terbentuk persepsi yng lebih positif terhadap matematika dan anak-anak Indonesia menjadi anak-anak senang dan antusias mempelajari ilmu hitung ini yang meupakan salah satu ibu dari ilmu pengetahuan.
Bagaimanakah merubah persepsi ini? Langah-langkah apa yang harus dilakukan? Dan siapa yang bisa melakukannya? Pertanyaan terakhir tentu bisa langsung terjawab sebagaimana kita ketahui bersama bahwa orang tua dan guru merupakan garda terdepan dalam masalah ini. Pada pembahasan ini akan difokuskan kepada bagaimana seorang guru bisa merancang strategi-strategi yang efektif dalam membantu siswa-siswinya untuk bisa lebih terlibat, antusias dan bahagiadalam proses belajar matematika di sekolah.
Seperti sudah kita ketahui bersama bahwa setiap anak memiliki bakat-bakat khusus dan karakteristik yang unik serta luar biasa. Selama bertahun-tahun para peneliti telah menemukan banyak penyebab keunikan dari setiap orang. Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa jenis kepribadiann,temperamen dan gaya belajar. Gaya belajar setiap anak bisa menentukan apa yang masuk akal bagi anak, apa yang terpenting, dan apa yang anak butuhkan untuk memahami sepenuhnya dan mengkomunikasikan informasi.
Dengan pengetahuan tentang gaya-gaya belajar, guru akan lebih bisa menemukan cara-cara, strategi yang efektif dalam membantu siswa-siswinya berhasil dalam belajar, khususnya di sini adalah belajar matematika. Mengetahui dan mengakui perbedaan-perbedaan gaya belajar masing-masing siswa adalah langkah awal untuk bisa keluar dari permasalahan ini.
Mengidentifikasi gaya belajar siswa bisa ditelusuri dari preferensi lingkungan, modalitas, gaya kognitif, kepandaian beragam, dan gaya berpikir anak.
Preferensi lingkungan adalah suasana atau lingkungan seperti apa yang anak butuhkan untuk berkonsentrasi dengan baik. Peneliti Kenneth dan Rita Dunn telah memberikan petunjuk kepada kita mengenai unsur unsur lingkungan yang relatif berpengaruh terhadap konsentrasi anak diantaranya adalah waktu terbaik anak untuk belajar, faktor makan dan minum ketika belajar, tingkat cahaya yang nyaman, desain ruangan serta kondisi suhu ternyaman untuk anak-anak berkonsentrasi belajar.
Modalitas adalah sebuah kata yang kita pakai untuk menggambarkan berbagai cara untuk mengingat. Menurut Walter Barbe – Raymond Swassing, saat anak mengingat sebuah informasi, anak memakai paling tidak tiga cara dasar yaitu: auditori (pendengaran), visual (penglihatan), dan kinestetis (pergerakan). Walaupun setiap anak memakai ketiganya ketika mengingat pasti ada salah satu metode yang paling dominan dalam diri setiap anak. Seorang yang dominan auditori perlu mendengarkan suaranya sendiri ketika mengingat jadi latihan verbal dan pengulangan akan lebih efektif untuk mereka. Anak yang dominan mengingat dengan cara visual mereka akan lebih menangkap pembicaraan orang lain dengan bantuan ilustrasi berupa gambar, grafik, warna atau alat peraga lainya. Anak-anak kinestetis akan belajar lebih baik,berkonsentrasi dan mengingat informasi dengan melakukan banyak gerakan.
Gaya kognitif adalah bagaimana anak berinteraksi dengan informasi. Model gaya belajar Herman Witkin membantu kita memahami perbedaan-perbedaan fundamental dalam cara anak menerima dan mengkomunikasikan informasi. Mereka yang memiliki sifat analitis akan lebih berfokus dengan mudah pada fakta–fakta yang spesifik dan terperinci sedangkan untuk mereka yang sifat alaminya berpikir global cenderung menangkap intisari terlebih dahulu baruperinciannya.
Multiple intelligence atau kepandaian beragam adalah tentang bagaimana anak menunjukkan diri mereka itu cerdas. Penelitian Howard Gardner menyingkap paling tidak tujuh intelegensi yang berbeda, yaitu: kepandaian linguistik, kepandaian logika- matematika, kepandaian spasial (tata ruang), kepandaian musikal, kepandaian kinestetis, kepandaian interpersonal (berinteraksi dengan orang lain), kepandaian intrapersonal (mengenal diri sendiri) kepandaian ini tampil lebih halus dan sering diabaikan oeh pengamat pada umumnya.
Preferensi yang terakhir adalah gaya pikiran yaitu bagaimana anak mengkomunikasikan apa yang mereka ketahui. Seorang peneliti Anthony F. Gregorc memberikan kita sebuah pandangan terstruktur tentang bagaimana pikiran itu bekerja. Pikiran menerima informasi dengan dua cara yaitu konkret atau nyata dengan memakai kelima indra, dan abstrak menerima informasi menggunakan intuisi dan imajinasi. Dan pikiran juga mengatur informasi dengan dua cara yaitu sekuensial yaitu teratur langkah demi langkah dan random atau secara acak tanpa urutan khusus. Kedua cara menerima dan mengatur ini memberi kita empat kombinasi gaya belajar. Setiap anak mempunyai dan memakai keempatnya meskipun demikian pasti ada satu atau dua yang lebih dominan. Sekuensial konkret (berpegang pada data, sistematis, konsisten, cermat), sekuensial abstrak (berdasarkan sumber terpercaya, analitis-logis, sistematis, teliti).
Random Abstrak (peka, sentimental, idealis, imaginatif, fleksibel), Random Konkret (naluriah, cepat, berani, inovatif, realistis). Setelah identifikasi.pengetahuan tentang teori–teori gaya belajar memberikan gambaran dan arahan serta petunjuk untuk mengembangkan metode belajar matematika yang lebih bisa mengakomodir setiap karakter dan gaya belajar siswa,bagaimana untuk memotivasi mereka dan tindakan–tindakan apa yang bisa dilakukan untuk mendisiplinkan mereka.
Karakter dan gaya belajar anak yang dominan global serta random yang biasanya akan mengalami kesulitan dan kendala dalam belajar matematika. Biasanya anak-anak tersebut sering mengatakan jika mereka tidak suka dengan pelajaran matematika.
Anak yang berpikir global sering menganggap konsep matematika merepotkan, untuk membantu mereka guru harus memilah-milah konsep ke dalam potongan yang bisa dikuasai dan dimengerti,gunakan sebanyak mungkin contoh-contoh pribadi. Hal yang bisa memotivasi anak dengan gaya belajar global adalah perhatian dan kasih sayang tanpa syarat tidak tergantung pada kelakuan mereka. Bagi anak-anak dengan gaya belajar ini mulailah dengan memberikan perhatian dan dukungan sebelum fokus pada kesalahannya. Tidak disarankan untuk menegur secara frontal terhadap anak- anak ini, pendekatan secara tidak langsung akan selalu lebih efektif.
Untuk membantu anak yang berpikir random, terapkan soal ke dalam berbagai situasi agar mereka memahami konsepnya ketimbang hanya mendemonstrasikan langkah demi langkah cara mengerjakannya. Mereka yang Random Abstrak (RA) mudah termotivasi oleh orang yang mereka sukai atau kagumi melakukannya juga, hal itu menyenangkan dan fleksibel, mereka menyukai gurunya, merasa diterima dan dicintai, hal itu memengaruhi kehidupan mereka dan penting bagi orang yang mereka kasihi. Bagi kebanyakan Random Abstrak (RA) seluruh proses pendisiplinan, kritikan, atau koreksi dapat menyebabkan trauma, karena keharmonisan begitu penting bagi RA. Para RA tidak perlu didisiplinkan karena mereka akan berusaha keras untuk menyenangkan orang–orang yang mereka kasihi. Apabila anak RA perlu dihukum maka pagari perkataan dan tindakan dengan penuh rasa kasih sayang dan kelembutan. Untuk yang Random Konkret (RK) dominan mereka akan mudah termotivasi karena ada rasa petualangan,hal mendesak,santai tidak terlalu serius,hal itu bisa membawa ke tempat yang mereka inginkan,hal itu bisa membuat mereka mencapai sasaran yang tinggi dan maju terus, berarti untuk orang -orang yang benar-benar mengasihi dan menghargainya. Mendisiplinkan para RK merupakan tantangan terbesar karena mereka tidak mengikuti aturan yang diberikan guru, mereka lebih memilih menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri, guru akan lebih berhasil mendisipinkan mereka dengan fleksible terhadap cara-cara mereka tanpa harus melanggar pertanggungjawaban. Mereka tidak memiliki masalah dengan otoritas, yang penting otoritas itu bisa dikomunikasikan.
Tantangan besar dan PR yang besar untuk para pengajar matematika, para guru harus bisa menciptakan suasana belajar yang harmonis,aktif dan menyenangkan untuk semua anak di kelas yang sangat beragam karakter dan gaya belajarnya. Dimana anak-anak yang analitis dan sekuensial tidak merasa terhambat oleh anak-anak yang Global dan Random begitupun sebaliknya anak -anak Global dan Random terbebas dari rasa frustrasi selama belajar matematika.
Berdasarkan kajian lapangan di sekolah, dalam satu kelas yag memiliki gaya belajar dominan analitik dan sekuensial lebih sedikit persentase jumlahnya dibandingkan anak – anak yang memiliki gaya belajar global dan random. Oleh karena itu metode yang kita terapkan lebih baik diorientasikan untuk yang Global dan Random karena mereka yang akan membutuhkan perhatian dan bimbingan lebih lama dibandingkan anak-anak sekuensial dan analitik. Anak-anak sekuensial akan sangat cepat mengerti, paham dan terampil lebih cepat,sehingga yang perlu disiapkan adalah soal-soal yag banyak dan cukup sampai dengan jam pelajaran selesai. Mereka akan senang diberi soal dan ulet dalam mengerjakannya. Untuk yang analitik juga matematika akan mudah dikerjakan hanya saja mereka membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan sekuensial karena mereka butuh menganalisa terlebih dahulu baik data atau rumus- rumus yang disajikan, sesuatu yang logis dan sistematis merupakan kebutuhan utama mereka. Dengan demikian diharapkan semua anak ikut terlibat dan merasa senang belajar matematika.
Pada akhirnya untuk bisa memperoleh hasil yag baik penting kiranya kita para orang tua dan guru khususnya mengingat dan menyadari pernyataan berikut: sering kali karakteristik yang paling menjengkelkan akan mejadi kualitas yang akan membuat mereka berhasil sebagai orang dewasa, dan kualitas hubungan dengan anak menentuan keefektifan teknik-teknik yang kita gunakan.
Meskipun ini adalah sebuah tantangan yang berat tetapi tidak perlu merasa khawatir, tetaplah melakukan variasi dan fleksibilitas dalam strategi-strategi yang bisa ditempuh,terus menerus memantau dan mengadaptasi temuan-temuan yang bisa diterapkan. Semangat!!!