logo-color

Publikasi
Artikel Populer

PENDIDIKAN 4.0 DAN MERDEKA BELAJAR

Alfian Rahman, S.Pd.

Alfian Rahman, S.Pd.

Guru SMP Negeri 1 Bokat

Pendidikan Indonesia saat ini sedang dalam masa transisi, dari Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Merdeka. Di tengah masa transisi tersebut, muncul gagasan mengenai Pendidikan 4.0. Beberapa ahli bahkan menerangkan dalam bukunya tentang urutan pendidikan di Indonesia sampai saat ini.

Pendidikan 4.0 itu sendiri terjadi akibat dari Revolusi Industri yang melaju kencang menuju 4.0, dari terkomputerisasi menjadi dikendalikan oleh sistem kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Istilah Industri 4.0 pertama kali ungkapkan pada Hannover Fair, 4-8 April 2011 oleh Pemerintah Jerman. Istilah ini kemudian dipopulerkan oleh Majalah Forbes, sebagai adanya ikut campur sebuah sistem cerdas dan otomasi dalam industri yang digerakkan oleh data melalui teknologi machine learning dan AI.

Lalu bagaimana posisi Pendidikan Indonesia saat ini dalam rangka menuju era Pendidikan 4.0. Fakta berbicara lain, jangankan pendidikan yang terintegrasi dengan AI, kenyataan di lapangan, bahkan masih banyak sekolah yang masih kekurangan fasilitas komputer dan internet. Menurut Kemendikbud sendiri melalui laman news.detik.com pada tahun 2020 saja, 8.522 sekolah belum dialiri listrik, bahkan 42.159 sekolah belum memiliki akses Internet. Hal ini diperkuat oleh data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2022 jumlah pengguna internet di Indonesia 143,26 juta pengguna atau sekitar 55% dari populasi Indonesia. Artinya masih terdapat 45%, atau sekitar 117 juta masyarakat yang belum memiliki akses internet.

Masih kurangnya akses internet di sekolah sangat berpengaruh terhadap program Merdeka Belajar yang saat ini lagi gencar disosialisasikan oleh Mas Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A., Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Fasilitas internet sangat berpengaruh terhadap program tersebut, pasalnya kata merdeka sendiri sangat sulit diaplikasi saat pembelajaran karena tidak adanya sumber belajar lain selain buku pelajaran yang telah disediakan oleh sekolah. Fasilitas internet sendiri sangat berperang penting dalam program merdeka belajar, melalui internet kita bisa mengakses buku-buku elektronik, video pembelajaran, aplikasi web, dan masih banyak lagi lainnya yang berkaitan dengan pembelajaran.

Pendidikan di Negara Maju

Saat ini pendidikan di negara China sangat populer setelah menduduki peringkat pertama dalam Programme for International Student Assessment (PISA) yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2018. Negara China jauh meninggalkan Finlandia sebagai negara dengan Pendidikan terbaik menurut PISA pada tahun 2000. Begitupun hasil tes dari Jepang dan Amerika Serikat tertinggal oleh China.

Murid-murid di negara China sudah terbiasa belajar bahkan sampai 8 jam per hari. Bahkan anak usia 6 tahun bisa beberapa jam lagi untuk mengerjakan tugas rumah. Menurut Stephanie Giambruno, seorang produser TV asal Amerika Serikat, dan mama dari anak berusia 4 tahun, yang tinggal di Beijing selama empat tahun terakhir. “Anda tak akan menjumpai anak TK di negara ini bermain di luar, karena mereka berada di rumah mengerjakan tugas-tugas. Bahkan pada hari Sabtu, mereka belajar bahasa Inggris atau mata pelajaran lain,” ungkapnya.

Di Selandia Baru sendiri terdapat tradisi membagikan isi hati berupa esai melalui blog atau sejenisnya. Bahkan menggambar dengan program grafik sederhana, lantas menjelaskan isinya kepada para guru,” kata Sarah McPherson, Ed. D., kepala departemen teknologi instruksional di New York Institute of Technology, Old Westbury, New York, Amerika Serikat. “Blogging merupakan salah satu cara untuk mereka menyuarakan diri,” tegas Dr. McPherson.

Pendidikan di Indonesia

Di Indonesia sendiri saat PISA 2018 dari menelusuran laman Kemendikbud, “Hasil survei PISA 2018 menempatkan Indonesia pada urutan 74 atau peringkat keenam dari bawah untuk rata-rata kemampuan siswa. Kemampuan membaca siswa Indonesia pada skor 371 berada di posisi ke-74, sedangkan kemampuan Matematika mendapatkan nilai 379 berada di posisi ke-73, dan kemampuan sains dengan skor 396 berada di posisi 71.

Hal ini tentu saja tidak hanya menjadi tantangan Kurikulum Merdeka untuk memajukan Pendidikan di Indonesia, tetapi ini tugas kita semua, orang tua siswa, guru, dan pemerintah untuk memajukan pendidikan Indonesia ke depannya. Saat ini memang masih sulit untuk mengintegrasikan sistem kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) ke dalam Pendidikan. Sekolah dan pemerintah perlu membenahi tidak hanya fasilitas yang ada, tetapi juga kualitas SDM-nya. Diharapkan Program Merdeka Belajar, Kampus Merdeka, Guru Penggerak, dan Sekolah Penggerak menjadi tonggak majunya Pendidikan di Indonesia.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I