ROHAYATI, S.Pd
Guru SMAN 1 Tanjungpandan
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, setiap harinya seorang guru akan bertemu dengan siswa yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Terlihat ada peserta didik yang rajin mengerjakan tugas, ada pula yang aktif bertanya, serius mendengarkan penjelasan dari guru namun mungkin ada juga peserta didik yang malas dan tidak pernah mengumpulkan tugas.
Setiap peserta didik mempunyai latar belakang dan cara belajarnya sendiri. Mereka memiliki karakter masing-masing yang sebenarnya terbentuk dari proses pembelajaran yang dilaluinya. Karakter bukanlah sesuatu yang berasal dari lahir, tapi terbentuk dari lingkungan dan orang-orang di sekitar. Menurut Lestari et al., (2020) dalam Memahami Karakteristik Anak karakter adalah kualitas moral yang menjadi kepribadian khusus dan membedakannya dengan individu lain.
Karakteristik peserta didik bisa diartikan sebagai keseluruhan pola kelakuan yang dimiliki, yang nantinya berpengaruh pada kegiatannya dalam mencapai cita-cita atau tujuan. Seorang guru sudah pasti mengetahui dan memahami bahwa peserta didik yang mereka temui di kelas memiliki karakter yang berbeda-beda. Sebab, hal itu berkaitan dengan cara guru merancang dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai. Agar peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran, maka pahamilah karakter peserta didik yang unik.
Karakteristik peserta didik menjadi salah satu variabel desain pembelajaran yang berkaitan dengan latar belakangnya. Dengan begitu, pembelajaran bisa dirancang sesuai aspek yang ada pada diri peserta didik seperti kemampuan umum, ekspektasi terhadap pembelajaran, dan ciri-ciri jasmani serta emosional mereka.
Dalam Kurikulum Merdeka, perbedaan karakteristik peserta didik menjadi salah satu pertimbangan agar guru melaksanakan pembelajaran diferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran diferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap peserta didik, maupun pembelajaran yang membedakan antara peserta didik yang pintar dengan yang kurang pintar.
Pembelajaran diferensiasi bagi peserta didik fase F yakni jenjang SMA/MA dan SMK/MAK kelas 12 usia kronologis 17-23 tahun, usia mental + 10 tahun, walau saat ini fase F masih menggunakan Kurikulum 2013 dan belum diberlakukan Kurikulum Merdeka, namun tidak ada salahnya kita kolaborasikan antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Merdeka. Ternyata gabungan kedua kurikulum tersebut tetap tercipta hubungan yang fleksibel, bahkan menjadi lebih bervariasi.
Pada mata pelajaran Geografi khususnya materi Wilayah dan Tata Ruang. Mengawali pembelajaran diferensiasi pada materi ini, guru dapat menggunakan google maps dengan membidik wilayah pusat kegiatan yaitu Satam Square, yang menjadi ikon Kabupaten Belitung utamanya Kota Tanjungpandan, lalu tugas pertama yakni mempersilahkan kepada peserta didik untuk berperan sebagai Bupati Belitung, kemudian mereka boleh merubah masterplan Satam Square sesuai keinginan peserta didik. Mereka berperan sebagai Bupati Belitung dan memerintah Kabupaten Belitung misalnya pada tahun 2045 atau tahun berapa saja sesuai keinginan mereka. Mereka bebas untuk merubah posisi wilayah dan tata ruang yang ada sekarang, menjadi posisi wilayah dan tata ruang yang sesuai dengan keinginan mereka serta mempertimbangkan juga dampak lingkungan yang akan berimbas kepada masyarakat. Perubahan yang tercipta tentunya mengarah kepada perubahan yang lebih modern dan masuk akal serta berguna bagi masyarakat.
Menurut Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang memiliki hubungan fungsional. Pola ruang adalah distribusi peruntukkan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya. Dari pemaparan visual yang mereka gambarkan adakah kedua fungsi tersebut melekat dalam masterplan yang mereka buat. Kita dapat melihat visualisasi ruang yang mereka gambarkan, apakah layak untuk dibangun dan dimanfaatkan.
Perencanaan tata ruang merupakan bagian dari proses penataan ruang. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perencanaan tata ruang(spatial planning) adalah suatu proses penentuan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
Apabila penataan ruang di suatu wilayah dapat dilakukan dengan matang, maka akan memiliki banyak manfaat bagi pembangunan di daerah tersebut, antara lain dapat meningkatkan kepercayaan investor pada daerah yang memiliki penataan ruang yang baik. Juga dapat menjaga iklim investasi agar pembagunan berjalan sesuai dengan kebutuhan penduduk setempat. Penataan ruang yang matang juga dapat mengakomodasi kebutuhan penduduk di daerah tersebut dengan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, serta mencegah risiko kerusakan lingkungan melalui efisiensi proses pembangunan.
Kegiatan pembelajaran diferensial sebagai bentuk implementasi filosofi ajar Ki Hadjar Dewantara yang berpusat pada peserta didik. Dalam penggunaan bahasa dan pemaparan tugas juga dapat menguatkan kompetensi numerasi dan literasi bagi peserta didik. Selain itu juga bertujuan agar setiap peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Peserta didik dalam fase perkembangan yang sama bisa memiliki tingkat pemahaman dan kesiapan yang berbeda. Oleh karena itu pada materi pembelajaran ini, cara penyajian dan komunikasinya divariasikan berdasarkan tingkat pemahaman dan kesiapan peserta didik. Sehingga didapat hasil pemaparan secara visualisasi dan literasi yang beragam dan bermanfaat bagi masyarakat.