Meilinda Trifatmasari, M.Pd.
Guru SMAN 1 Taruna Madani Jawa Timur
Ada yang menyatakan bahwa sosok guru merupakan sosok penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Karena kelas yang baik bermula dari seorang guru yang sekaligus sebagai pendidik, pelatih, pengajar, pengasuh bagi peserta didik di kelas. Guru model tersebut adalah dambaan peserta didik sehingga kelas pun menjadi partisipatif. Karena banyak guru “tidak mampu” membuat kelas dapat terbang tinggi dalam aksi yang di balut harmoni dalam belajar.
Hal terakhir ini pun terjadi pada pembelajaran Matematika, yang masih dianggap hantu yang menakutkan untuk dipelajari, apalagi ditambah oleh gaya mengajar guru yang “otoritatif”, sebagaiamana Marpaung (2003) menyebut gaya penyampaian materi mekanistik, hafalan dan lebih pada kemampuan kognitif aras rendah. Hal di atas menjadikan pembelajaran-pembelajaran menjadi tidak menarik. Terutama Matematika.
Padahal, belajar merupakan suatu proses usaha sesorang yang dilakukan secara sadar dan terencana melalui interaksi antara guru dan peserta didik untuk meningkatkan kemampuannya atau perubahan tingkah laku secara keseluruhan, melalui model dan gaya mengajar yang terkelola dengan baik (partisipatif dan menyenangkan).
Seseorang dikatakan belajar apabila telah terjadi perubahan tingkah laku lebih baik dari sebelumnya dan terjadi peningkatan kemampuannya, Nah, dari hal di atas diperlukan sosok guru yang dapat membuat berbagai strategi, dan pemanfaatan ragam media pembelajaran yang cocok untuk menarik minat anak dalam belajar. Mungkin kan?
Belajar Pengajar Matematika: Dipermasalahkan?
Sejatinya belajar Matematika itu dapat menyelesaikan ragam masalah, bukan dengan belajar matematika mendatangkan masalah. Benar kan?. Belajar Matematika menjadi masalah karena membutuhkan konsistensi, membutuhkan prasyarat, prosedur, dan strategi yang benar untuk menemukan penyelesaiannya. Tentunya dengan kehadiran guru yang imajinatif dan kreatif.
Belajar Matematika yang disajikan pada anak haruslah dapat dimengerti oleh anak tersebut. Namun suatu masalah matematika harus menjadi sebuah tantangan bagi anak itu untuk menjawabnya. Ketika seorang anak menganggap suatu pertanyaan menjadi masalah, maka belum tentu anak yang lain juga beranggapan seperti itu. Atau bisa saja anak mengalami masalah dalam belajar dikarenakan guru menjadi “sumber masalah”, jika guru tersebut merasa benar sendiri dan tidak melihat respon sikap atau respon verbal dari lingkungan kelas dalam belajar. Ada benarnya juga kan?
Guru Matematika: Guru Solutif, Bisa!
Melihat kondisi yang demikian, salah satu cara (solusi) yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat belajar anak yaitu guru dapat menggunakan media pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan pendekatan cara belajar dan kebutuhan anak yang disinergikan dengan materi ajar. Karena usaha yang dapat membuahkan hasil belajar yang maksimal adalah kegiatan belajar yang integratif dalam pemanfaatan media, namun bukan satu-satunya jalan keluar atau solusi.
Secara teoritis, tahapan dalam mempelajari konsep matematika melalui tiga tahap, yaitu enactive, iconic, dan symbolic. Tahap enactive yaitu tahap belajar dengan memanipulasi benda atau objek konkret, tahap iconic yaitu tahap belajar dengan menggunakan gambar, dan tahap symbolic yaitu tahap belajar matematika melalui lambang atau simbol. Dalam penyampaian konsep matematika sebaiknya pertama–tama disajikan dalam bentuk konkret agar dapat dipahami secara menyeluruh oleh anak anak. Memang terlihat sulit, namun dapat menjadi mudah bilamana guru menggunakan alternatif dan bantuan untuk menjadikan belajar diterima dengan baik yakni pemanfaatan media belajar.
Di antara pemanfaatan media yang dimaksud adalah bantuan live worksheet, atau dengan bantuan game untuk memahamkan suatu konsep. Banyak game yang bisa membantu untuk memahamkan konsep ke anak, bisa melalui game puzzle, spinner, dan masih banyak game lainnya yang bisa di modifikasi untuk media pembelajaran matematika. Pada saat yang sama juga, guru meberikan ice breaking untuk mencairkan suasana agar anak–anak tidak terlalu tegang dalam belajar matematika. Ice breaking yang dimaksud bisa apresiasi atas usaha anak, permainan, memberi hadiah atau pujian, atau bentuk lainnya yang dapat menghibur anak saat belajar.
Pentingnya Media dalam Mengajar
Media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan belajar yang dapat merangsang anak untuk belajar sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dalam penggunaan media secara kreatif dan inovatif akan memperbesar kemungkinan bagi anak untuk belajar lebih banyak, serta meningkatkan keterampilan anak sesuai dengan yang menjadi tujuan pembelajaran. Bila hal tersebut dapat dikelola, maka guru pun bahagia.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yang tepat, antara lain: pertama, media pembelajaran harus masuk akal dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, kedua, media pembelajaran harus praktis dan mudah di akses, ketiga media yang digunakan harus sesuai dengan taraf berpikir anak, keempat, pemilihan media disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Tujuan dalam pemilihan media pembelajaran yang tepat, agar manfaat dari penggunaan media pembelajaran berdampak positif terhadap anak. Karena dengan adanya media pembelajaran dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar anak serta memberikan pengalaman yang menyeluruh sehingga dapat membantu meningkatkan hasil pembelajaran yang diinginkan. Semoga bermanfaat.