logo-color

Publikasi
Artikel Populer

AJAK SISWA TANAMKAN SIKAP MENGHARGAI JASA PAHLAWAN MELALUI EWPK

Irma Fajarwati, M.Pd

Irma Fajarwati, M.Pd

MIN 1 Kota Malang

Mengapa pendidikan belum mampu mengubah perilaku warga bangsa menjadi lebih baik? Mengapa kejujuran, komitmen, keuletan, kerja keras hingga kesalehan (pribadi dan sosial) seolah lepas dari persoalan Pendidikan? Bagaimana masa depan Indonesia jika generasi penerusnya tidak memiliki karakter yang kuat dan jati diri? Seolah-olah dalam dunia Pendidikan kejujuran telah menjadi barang yang langka. Sebagai pendidik dan orang yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya pendidikan generasi penerus bangsa, tentunya kita tidak akan tinggal diam. Untuk itu diperlukan sebuah aksi atau tindakan nyata dalam rangka membangun dan memperkuat pendidikan karakter generasi penerus bangsa agar berubah menjadi lebih baik seiring perjalanan waktu.

Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), menegaskan pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa  kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan tersebut, penyelenggaraan pendidikan tentunya tidak hanya sekedar tranfer ilmu melainkan juga diarahkan untuk membentuk watak (karakter) peserta didik.

Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang yaitu tingkah laku baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati/menghargai, kerja keras, dan sebagainya.

Jika kita ingin mengajak siswa berubah, sebagai pendidik tentunya kita harus melakukan  perubahan terlebih dahulu. Dalam semboyannya Ki Hadjar Dewantara mengatakan  “Ing ngarso sung tulodho” di depan sebagai teladan yang berarti pendidik adalah figur yang diteladani peserta didik. Untuk itu guru harus menjadi orang pertama yang memberikan keteladanan. Selain untuk mewujudkan pendidikan berkarakter, agar terbangun dengan kokoh hendaknya diiringi dengan pembiasaan,  kasih sayang  dan keteladanan yang merupakan prinsip dalam pendidikan.

Dalam proses pembentukan karakter peserta didik akan lebih cepat terwujud manakala mereka mendapatkan lebih banyak pengalaman dalam proses pembelajaran yang nyata. Nyata dalam sisi konteks ruang, waktu dan isi serta pemaknaan pembelajaran yang dilakukan. Semua itu dapat diwujudkan melalui aktivitas di luar kelas dalam kondisi yang sebenarnya seperti praktik langsung, bersosialisasi dengan kelompok, menghargai prestasi, dalam suasana yang menarik dan menyenangkan, dilandasi norma belajar yang kokoh, target yang diskenario, menghormati gender, dan dengan guru sebagai orang dewasa yang mampu menguatkan makna semua proses pembelajaran.

Cara menghargai jasa pahlawan dan meneladani sikapnya

Ungkapan salah seorang The Founding Father kita Bung Karno menyatakan “Bangsa yang Besar adalah Bangsa yang Menghargai Jasa Para Pahlawannya” . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Pahlawan merupakan sebutan bagi mereka yang sangat berjasa bagi bangsa dan negara. Pahlawan tidak hanya mengorbankan waktu dan tenaga, namun juga rela mengorbankan nyawanya demi kepentingan bangsa serta negara. Pahlawan adalah pejuang yang gagah berani. (https://www.kompas.apa-yang-dimaksud-pahlawan)

Pahlawan mempunyai jasa sangat besar untuk kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kalau kita menghargai dan meneladani atau mencontoh para pahlawan tersebut. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghargai, menghormati, dan meneladani pahlawan. Pertama menganugerahan gelar pahlawan nasional, kedua memakamkan pahlawan di tempat terhormat, yaitu makam pahlawan, ketiga mengabadikan nama para pahlawan sebagai nama jalan, gedung, dan lainnya, keempat membangun tugu peringatan, monumen, atau patung untuk mengenang serta menghormati jasa para pahlawan, kelima memperingati peristiwa penting dalam perjuangan bangsa.

 Selain itu, kita juga bisa meneladani jasa pahlawan atau mencontoh sikapnya yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti: pantang menyerah, rela berkorban, membantu sesama, melakukan hak dan kewajiban, saling menjaga kerukunan antar sesama teman atau saudara tanpa mempedulikan perbedaan yang ada. Itulah cara kita menghormati, menghargai, mencontoh, serta meneladani pahlawan yang sudah gugur lebih dulu. . Dengan menerapkan nilai-nilai/ moncontoh sikap yang dimiliki pahlawan, kita bisa menjadi manusia yang tangguh. Selain itu, kehidupan masyarakat akan menjadi lebih tentram, damai, aman, serta terhindar dari konflik yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan  Indonesia.
(https://cara-menghargai-pahlawan)

Menanamkan nilai-nilai sikap yang dimiliki pahlawan melalui EWPK

Ektrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan (EWPK) bertujuan agar peserta didik kuat karakter spiritual dan sosial, mantap kebangsaan Indosia, dan kokoh kecakapan diri sehingga peserta didik kelak mampu hidup di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian dan kecakapan hidup melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Inilah yang menjadi spirit mengapa pendidikan kepramukaan diwajibkan sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah.

Nilai-nilai kepramukaan terkandung dalam Dasadarma dan Trisatya merupakan sepuluh kebijakan yang menjadi pedoman bagi Pramuka dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu:   1) takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) cinta alam dan kasih sayang sesama manusia,  3) patriot yang sopan dan ksatria, 4) patuh dan suka bermusyawarah, 5) rela menolong dan tabah, 6) rajin, terampil dan gembira, 7) hemat, cermat dan bersahaja, 8) disiplin, berani dan setia, 9) bertanggung jawab dan dapat dipercaya, dan 10) suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan (TAK CINTA PAPA RERA HEDISBERSU)

Trisatya berasal dari dua kata, yaitu “tri” yang berarti tiga dan “satya” yang berarti janji. Trisatya adalah tiga janji yang mendasari gerakan pramuka. Adapun isi dari Trisatya sebagai berikut: Demi kehormatanku, aku berjanji akan bersungguh-sungguh, 1) menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila, 2) menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri membangun masyarakat, dan 3) menepati Dasadarma.

Adanya delapan metode kepramukaan sebagai acuan dalam pembinaan pendidikan kepramukaan yang menarik, menantang dan menyenangkan sehingga tercapai tujuan pembelajaran yaitu: kode kehormatan, belajar sambil melakukan kegiatan berkelompok, berkompetisi, menjalin kerjasama, melakukan kegiatan yang menarik dan menantang, kegiatan di alam terbuka, kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dukungan, penghargaan berupa tanda kecakapan, satuan terpisah antara putra dan putri.

Pendidikan kepramukaan bertujuan menguatkan proses pendidikan karakter di sekolah melalui penguatan pembelajaran. Membentuk setiap pramuka memiliki kepribadian yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Selain itu melalui kepramukaan anak-anak dididik menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia, patuh kepada NKRI, menjadi masyarakat yang baik dan berguna, mampu membangun bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama makhluk hidup dan alam lingkungan. Melalui EPWK inilah, mari kita wujudkan  pendidikan karakter peserta didik agar menjadi generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia dan bermartabat!

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I