Naili Faizatis Syifa
Guru Bimbingan dan kKnseling SMK Negeri 3 Tegal
Kurikulum saat ini sudah berubah dari kurikulum 2013 atau yang bisa kita sebut dengan kurtilas dan kini menjadi kurikulum merdeka. Perubahan kurikulum tentu membuat para guru harus memahami kebijakan yang baru tentang kurikulum yang saat ini digunakan. Inti dari kurikulum merdeka ini adalah merdeka belajar. Hal ini dikonsep agar siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masinh-masing misalnya jika dua anak dalam satu keluarga memiliki minat yang berbeda maka tolok ukur tang dipakai untuk melihat tidak sama. Kemudian anak juga tidak bisa dipaksakan mempelajari suatu hal yang tidak disukai sehingga akan memberikan otonomi dan kemerdekaan bagi siswa dan sekolah.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Kurikulum merdeka condong menerapkan tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara dan beberapa pemikirna dari Ki Hajar Dewantara adalah menghamba pada anak, menuntun, budi pekerti., kodrat alam dan kodrat zaman. Ki Hajar Dewantara memberikan pemikiran tentang dasar-dasar pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak (Modul 1.1 Guru Penggerak).
Peran pendidik diibaratkan seorang petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuannya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuh kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengmbangkan ide, berpikir kreatif. Mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti mutlak, perlu tuntunan dan arahan dari guru supaya anak kita tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.
Sudah menuntun atau masih menuntut
Selama ini mungkin di sekitar kita masih ada guru yang jarang masuk kelas tetapi meminta siswanya agar mendapat nilai diatas KKM, ada guru yang memberikan model pengajaran biasa serta monoton tetapi meminta siswa agar nyaman mengikuti pembelajaran di sekolah dan ridak pernah membolos. Tentunya hal ini menjadi renungan kita apakah sebagai guru kita sudah dapat menuntun siswa dalam belajar atau kita adalah guru yang hanya menuntut siswa berhasil tanpa kita memberikan contoh yang baik serta memberikan hak siswa.
Guru yang menuntun akan terus memberikan pengajaran sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Medampingi serta menuntun siswa dalam belajar agar siswa tidak kehilangan arah. Seperti semboyan Ki Hajar Dewantara yang sudah kita kenal yaitu Ing ngarso sung tulodho artinya menjadi guru harus mampu memberikan suri tauladan, ing madyo mangun karso artinyaseseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat, Tut wuri handayani artinya seorang guru harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang.
Semboyan dan pemikiran Ki Hajar Dewantara sangat penting kita terapkan sebagai guru, dan menjadi sebuah perenungan kita apakah kita selama sudah melaksanakan kontekstual pembelajaran sesuai pemikiran Ki Hajar Dewantara atau kita selama ini masih menjadi guru yang hanya menuntut siswa bukan menuntun.