Ahmad Bashori, S.Si, M.Pd.I
Guru SMAN 1 Krembung
Menyadari pentingnya pelajaran matematika dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak dapat dipungkiri bahwa dengan belajar matematika merupakan suatu wahana untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir logis, berkomunikasi dan memecahkan masalah. Kemampuan-kemampuan yang diperoleh seseorang melalui proses belajar matematika akan meningkatkan kepercayaan dirinya dalam menghadapi tantangan-tantangan di masa depan yang semakin kompetitif.
Strategi Pembelajaran REACT
Strategi REACT adalah suatu strategi pembelajaran yang memiliki lima elemen yang esensial dalam pembelajaran yaitu Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transfering. Strategi ini adalah suatu strategi pembelajaran kontekstual yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan di Amerika (CORD) . Pembelajaran kontekstual adalah suatu pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Adapun elemen yang esensial dari Strategi REACT digambarkan sebagai berikut:
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.
CORD sangat mempercayai belajar kontekstual dan kemampuannya untuk mengangkat pencapaian semua siswa. Keyakinan ini tentu tidak didasari hanya pada spekulasi, namun berakar dari pengalaman dan pengujian selama bertahun-tahun, dan CORD telah mengembangkan strategi REACT ke dalam substansi dan muatan dari produk-produk kependidikannya.
Relating. Pembelajaran dalam konteks yang berhubungan dengan pengalaman hidup yang merupakan jenis pembelajaran kontekstual yang terjadi secara khas terhadap anak-anak yang masih belia.. Kurikulum diusahakan untuk menempatkan pembelajaran dalam konteks pengalaman hidup, pertama, menarik perhatian siswa pada pandangan situasi sehari-hari, kejadian, peristiwa dan kondisi, dan kemudian menghubungkan situasi setiap hari tersebut pada informasi baru untuk dicerna atau suatu masalah untuk diselesaikan.
Experiencing. Pembelajaran dengan “mengalami” dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan adalah hati dari pembelajaran kontekstual, lagipula dengan motivasi atau siswa yang aktif menghasilkan strategi intruksional yang lain seperti; video, narrative, atau kegiatan yang berbasis teks, dan pembelajaran tampak memberikan arti lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi alat, bahan dan melakukan suatu penelitian yang aktif.
Applying. Menerapkan dan mengaplikasikan konsep-konsep dan informasi dalam suatu konteks yang bermanfaat ke dalam kegiatan dan aktifitas sehari-hari. Dalam pembelajaran kontekstual, aplikasi sering didasari pada kegiatan-kegiatan formal. Misalnya siswa mendapatkan hubungan dalam kepekaan realistik antara sekolah dan dunia kerja, sehingga konteks suatu pekerjaan harus diberikan kepada para siswa. Hal ini dapat diberikan melalui video, labs dan kegiatan-kegiatan, walaupun di banyak sekolah pengalaman belajar kontekstual dapat berupa wisata perkebunan, latihan kerja, dan studi perjalanan.
Cooperating. Pembelajaran kooperatif dalam konteks adalah berbagi, merespon dan berkomunikasi dengan siswa yang lain merupakan strategi intruksional dalam pengajaran kontekstual. Pengalaman bekerjasama tidak hanya membantu sebagian besar siswa akan materi pelajaran tetapi juga konsisten dengan dunia nyata sebagai fokus dalam pengajaran kontekstual. Salah satu metode intruksional adalah kooperatif, secara khusus siswa bekerja dengan pasangan dalam tugasnya, namun dapat pula bekerja dalam kelompok tiga atau empat orang. Untuk mencapai keberhasilan diperlukan pendelegasian, pengamatan, saran-saran dan diskusi dalam kelompok. Para siswa juga harus bekerjasama untuk menyelesaikan aktifitas kelompok yang termasuk dalam kegiatan aplikasi pelajaran.
Transferring. Pembelajaran dalam konteks keberadaan pengetahuan atau transfer, menggunakan dan dibangun atas apa yang siswa ketahui. Sehingga pengetahuan yang telah diperoleh siswa dapat digunakan dalam konteks dan situasi yang baru.
Matematika bersifat hierarkhis yaitu untuk mempelajari suatu materi harus dipelajari terlebih dahulu materi yang menjadi prasyarat. Untuk itu langkah awal dalam belajar matematika yang paling pas adalah dengan relating. Pengalaman hidup dalam kehidupan sehari-hari yang dihubungkan dengan informasi baru untuk dicerna menjadi masalah untuk diselesaikan. Dengan mengaitkan atau menghubungkan fakta atau realita dalam pembelajaran matematika maka pembelajaran bisa lebih aktif.
Langkah berikutnya adalah experiencing, siswa dibuat seolah-olah mengalami sehingga siswa dapat termotifasi untuk mempelajari dan menyelesaikan permasalahan dengan strategi penemuan dan penciptaan yang baru. Selanjutnya adalah applying, siswa diharapkan mampu menerapkan dan mengaplikasikan konsep-konsep dan informasi dalam suatu konteks yang bermanfaat ke dalam kegiatan dan aktifitas sehari-hari. Dengan mengaitkan pengalaman siswa dengan konsep-konsep matematika maka sebuah permasalahan akan dapat diselesaikan.
Pembelajaran kontekstual selanjutnya dengan cooperating, berbagi, merespon dan berkomunikasi dengan siswa yang lain merupakan strategi intruksional dalam pembelajaran kontekstual. Dengan berkomunikasi dengan siswa lain pembelajaran akan lebih bermakna antara siswa yang satu dengan yang lain, hal ini menjadikan pengalaman yang luar biasa dan akan diingat sepanjang hayat.
Langkah yang terakhir adalah dengan transferring. Mentransfer sebuah pengetahuan yang telah diketahui kepada siswa lain sangat penting. Hal ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar pemahaman siswa terhadap penguasaan materi yang diberikan. Selain itu ilmu yang didapat dari teman sebaya biasanya akan lebih mudah pemahaman dan penguasaannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa inti dari pembelajaran dengan strategi REACT adalah menghubungkan pengalaman sehari-hari yang biasa kita lakukan dengan konsep-konsep matematika sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan lebih bermakna serta siswa lebih mudah memahaminya. Setelah siswa paham diharapkan siswa berbagi dan berkomunikasi dengan siswa yang lain untuk mentransfer pengetahuan yang telah diketahuinya. Pengetahuan ini bisa penjadi pengalaman untuk pelajaran matematika selanjutnya.
Semoga tulisan singkat ini bisa menjadi salah satu alternatif buat Bapak Ibu guru matematika dalam menghadapi problem atau masalah dalam penyampaian materi agar menarik, menyenangkan dan mudah dipahami. Tetap semangat, salam Matematika. Merdeka!