logo-color

Publikasi
Artikel Populer

Pendidikan Karakter Pancasila di Era Revolusi Industri 4.0

Dian Rizqi Nur Amalia, M.Si1

Dian Rizqi Nur Amalia, M.Si1

Dosen Fakultas Teknik Universitas Bakti Indonesia

Pendidikan profil Pancasila diatur dalam kebijakan kementerian pendidikan dan kebudayaan No. 22 tahun 2020 menerangkan strategic plan kementerian pendidikan dan kebudayaan tahun 2020-2024.

Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia khususnya generasi milenieal sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan bertingkah laku atau bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Ciri-ciri utama nilai-nilai pancasila yang harus di pelajari oleh generasi milineal untuk membentuk karakter pelajar yang baik yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif. Pendidikan profil Pancasila sebagai landasan untuk memperkuat kepribadian karakter generasi milenieal di bidang pendidikan.

Ki Hadjar Dewantara menjelaskan pendidikan mengenai usaha kebudayaan yang ditujukan untuk memberi bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga peserta didik di bangku sekolah supaya pembawaan lahiriah setiap individu yang hidup membawa pengaruh positif. Mendidik siswa di lingkungan sekolah membuat pribadi peserta didik menuju adab kemanusiaan dan memanusiakan manusia. Pendidikan yang dimaksud oleh Ki Hadjar Dewantara, yakni mempertimbangkan keseimbangan cipta, rasa, dan karsa tidak hanya sebagai proses transfer ilmu pengetahuan namun sekaligus proses transformasi nilai. Sehingga dengan kata lain, pendidikan diharapkan mampu membentuk karakater manusia menjadi manusia yang seutuhnya.

Pendidikan merupakan sebuah tuntunan dalam hidup generasi milenieal yang harus tumbuh dan berkembang dalam hidupnya. Hal tersebut dinyatakan bahwa pertumbuhan anak terletak pada kecakapan atau kehendak dari pendidik. Setiap anak memiliki kekuatan dalam dirinya, memiliki pengalaman, dan kekayaan dalam diri setiap anak.

Pendidik haruslah membimbing dan menguatkan karakter profil Pancasila supaya anak mampu mengendalikan diri untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi khususnya di era revolusi industri keempat yang bersifat positif. Revolusi Industri Keempat munculnya terobosan teknologi di sejumlah bidang seperti robotika, kecerdasan buatan, nanoteknologi, komputasi kuantum, bioteknologi, Internet of Things (IoT), pencetakan 3D, dan kendaraan otonom. Perkembangan teknologi canggih yang dikenal revolusi industri 4.0 masuk ke Indonesia berjalan bersama arus globalisasi dan akan mempengaruhi perkembangan, perubahan karakter pada anak bangsa di Indonesia.

Di zaman teknologi yang canggih ini anak cenderung dihadapkan dengan teknologi dan jarang bersosialisasi bersama teman yang berbeda budaya, berbeda agama, suku dan etnik juga sehingga tidak memahami komunikasi lintas budaya Indonesia hal ini akan berdampak pada anak tidak mengenal dan memahami bangsa indonesia yang ber Bhineka Tunggal Ika sehingga perlunya pendidikan karakter pada anak bangsa untuk mempertahankan jati diri sebagai generasi penerus bangsa Indonesia yang berbudaya. Sebagai konsekuensi dari teknologi informasi dan komunikasi yang semakin luas aksesnya, teknologi juga membawa risiko-risiko baru terhadap kondisi kesehatan fisik dan mental anak. Kecanduan penggunaan alat digital seperti menonton video, bertukar pesan melalui media sosial, dan bermain game melalui gawai dinilai telah membawa dampak pada kesehatan fisik misalnya obesitas dan kekurangan jam tidur anak (OECD, 2019). Dampak terhadap kesehatan mental yang paling nyata adalah fenomena perundungan yang dikenal dengan istilah cyberbullying dan juga masalah-masalah depresi karena persaingan. Salah satu tantangan akibat kemajuan perkembangan di era digitalisasi yang dihadapi adalah dalam pendidikan karakter anak, khususnya kemerosotan nilai moral dan budaya yang terjadi di lingkungan masyarakat. Tantangan ini menjadi salah satu tantangan yang sangat serius dan jika hal ini tidak diawasi dan dikontrol maka akan berdampak pada kenakalan anak. Penyimpangan nilai karakter ini bisa berupa penyimpangan tuturan dan penyimpangan perilaku mereka dengan orang-orang di sekitarnya. Penyimpangan-penyimpangan tersebut menjadi fenomena yang perlu untuk ditindaklanjuti dan dicarikan solusi. Salah satu penyimpangan nilai karakter yang sering terjadi di era digital seperti saat ini adalah menjadikan penggunanya lebih bersifat apatis dan individualisme. Hal ini tidak terjadi pada orang dewasa saja, melainkan juga anak-anak. Mereka lebih memilih menyelami dunia digital tanpa peduli dengan lingkungan sekitar.

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menyeimbangkan ilmu pengetahuan dengan ilmu moral dan budaya bangsa sehingga generasi penerus bangsa memiliki kesadaran untuk berpikir, bersikap dan bertindak secara baik dan sesuai kemampuan kesadaran hidupnya.

Igeneration yang dikenal dengan generasi milenieal merupakan generasi mutakhir dari berbagai aspek kehidupan pasti memerlukan perangkat elektronik kecil dan program aplikasi lengkap yang memiliki fungsi khusus tentu saja hal tersebut berdampak pada pola hidup anak bangsa yang kaku juga sebagai awal mula memudarnya rasa nasionalisme pada generasi bangsa masa kini berbahaya bagi moral bangsa hingga menurunnya rasa nasionalisme Indonesia.

Alasannya Igeneration kecenderunganya lebih menyukai gaya hidup bermain bersama teknologi jika dibandingkan dengan kehidupan sosial budaya bangsa plural. Pendidikan Pancasila merupakan pengikat hidup bersama bernegara dan berbangsa Indonesia. Pendidikan berprofil Pancasila digunakan untuk proses pembinaan serta pembentukan karakter dan peradaban bangsa Indonesia yang beraneka ragam budaya dan agama.

Pendidikan Pancasila pada era generasi milenial akan menghadapi tantangan revolusi 4.0 yang sedang bergulir dalam bangsa Indonesia akan menyebabkan mulai kehilangan akar budaya bangsa Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia khususnya generasi milenieal abad 21 perlu mempelajari dan memahami mata pelajaran Pancasila sebagai pendidikan karakter melalui pengajaran pendidikan pancasila di sekolah maupun diperguruan tinggi bertujuan untuk meningkatkan jiwa nasionalisme generasi muda masa kini juga menanamkan jiwa nasionalisme dan nilai- nilai luhur Pancasila. Abad 21 diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang mendorong pelajar untuk aktif berpartisipasi dan berkontribusi untuk mewujudkan, serta menerima manfaat dari pembangunan yang berkelanjutan. Kompetensi dan karakter tersebut merupakan “buah” (istilah yang digunakan Ki Hadjar Dewantara) dari pendidikan yang berkualitas, sejak usia dini hingga pendidikan tinggi.

Lembaga pendidikan merupakan fondasi utama pembinaan generasi muda bangsa paling utama untuk mempersiapkan anak muda kekinian terutama karakternya. Karakter yang harus dibangun berbasis pancasila yaitu menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, memandang bahwasannya nilai-nilai Pancasila merupakan pedoman serta pegangan dalam mengatur sikap dan tingkah laku hidup berbangsa dan bernegara.

DAFTAR PUSTAKA

OECD. 2019. OECD Future of Education and Skills 2030: Conceptual Learning Framework – Transformative Competencies for 2030. OECD.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I