logo-color

Publikasi
Artikel Populer

MENCIPTAKAN GENERASI ALPHA GEMAR MEMBACA

Heriyadi

Heriyadi

Guru SMP Negeri 4 Muara Enim

“A book is gift you can open and open again.” Garrison Keillor (1942)

Kata orang bijak buku adalah jendela ilmu. Dengan membaca buku seseorang akan mendapatkan hiburan atau pengetahuan yang berguna. Tak terkecuali dengan generasi Alpha.  Apa kaitan membaca buku dengan generasi Alpha?

Generasi Alpha adalah istilah untuk anak-anak yang lahir setelah tahun 2010. Saat terlahir hingga berusia enam tahun, sejatinya mereka belum dikondisikan untuk membaca, menulis, dan menghitung. Namun pada usia emas ini sangat tepat bagi orang tua untuk mengenalkan buku sebagai alat untuk merangsang kreativitas mereka, karena pada usia ini anak-anak telah memiliki kesiapan mental untuk belajar.

Dengan mengenali buku, anak-anak mampu melihat, mendengar, merasa, bahkan mencium sesuatu dengan imajinasi mereka. Mereka bisa bebas mempersepsikan apa yang mereka ‘baca’ berdasarkan pengalaman dan sudut pandangnya.

Ironisnya pada rentang usia ini anak-anak generasi Alpha sudah harus ‘terpapar’ oleh keberadaan gawai yang lebih agresif dibandingkan buku bacaan dalam menyita perhatian mereka. Didorong rasa ingin tahunya yang tinggi, generasi Alpha sangat mudah tertarik dalam memainkan gawai dengan melihat kebiasaan orang tua, saudara-saudara, atau teman-teman mereka. Ketika asyik memainkan gawai terkadang mereka kurang sensitif terhadap keadaan sekeliling. Bahkan mereka tidak merespon jika dipanggil atau disuruh orang tuanya.

Terlepas dari dampak bermain gawai, anak-anak usia ini perlu dikondisikan untuk akrab dengan buku sebagai salah satu sumber pengetahuan bagi mereka kelak. Melalui buku, apa yang mereka dapatkan akan lebih berguna dan lebih aman. Orang tua tentunya juga tidak akan rela buah hati mereka terpapar oleh pengaruh atau konten yang belum layak untuk anak-anak mereka. Tips berikut dapat diterapkan orang tua agar buah hati mereka gemar membaca buku.

Memberi keteladanan

Buah jatuh tidak jauh dari pohon. Demikian juga anak generasi Alpha. Sejatinya mereka adalah gambaran dari keluarganya, khususnya orang tua. Jika orang tua mereka asyik memanfaatkan waktu luang dengan ponsel, maka anak-anak ini akan mencontohnya. Namun kebiasaan oran gtua membaca buku, majalah, atau koran tentu saja akan menjadi contoh yang baik bagi buah hati mereka. Disamping itu, menyediakan buku-buku bacaan di rak buku yang bisa dijangkau juga mengkondisikan anak-anak setidaknya untuk melihat-lihat isi buku.  Orang tua perlu memberi keteladanan pada buah hati mereka dengan membiasakan membaca buku. Memberi keteladanan melalui contoh seperti ini nampaknya lebih efektif ketimbang melalui perintah.

Membuat Kesepakatan

Penulis sendiri memiliki seorang anak putra berusia 11 tahun bernama Thoriq.  Saat duduk dikelas 2 Sekolah Dasar ia sudah biasa bermain ponsel, tapi masih dalam batas wajar.  Namun saat ia duduk dikelas 3 kebiasaan ini semakin mengkhawatirkan, karena Thoriq mulai malas membaca buku pelajaran sekolah. Sejak Thoriq duduk di kelas 4 penulis mulai memintanya untuk membaca buku pelajaran sebelum menyentuh ponsel. Satu pokok bahasan dalam buku pelajaran dibarter dengan 15 menit bermain games dengan ponsel. Awalnya memang berat bagi Thoriq, namun lambat laun dia sudah terbiasa membaca buku pelajaran terlebih dahulu, sebelum beralih ke ponsel. Cara ini setidaknya telah membuat Thoriq menghargai waktu belajar dengan membaca buku pelajaran.

Memberi hadiah buku

Biasakan untuk memberikan hadiah buku saat anak berulang tahun, atau saat anak  naik kelas. Tanamkan pengertian bahwa ilmu yang didapat dari membaca buku tidak akan pernah habis, malah bisa dibagikan dengan sesama. Penyiar radio dan penulis terkenal Amerika Garrison Keillor pernah berkata “A book is gift you can open and open again.” Makna yang mendalam dari kutipan ini adalah membuka hadiah karena suatu keberhasilan atau capaian adalah saat yang sangat menyenangkan, terlebih lagi kalau yang dibuka itu adalah buku bacaan. Semakin sering  dibuka maka semakin menyenangkan. Anak-anak  senang mendapatkan buku pada hari ulang tahunnya, atau saat naik kelas. Terlebih lagi jika orang tua mengenali minat baca buah hati mereka.

Wisata ke perpustakaan atau ke toko buku

Berwisata keluarga tidak harus pergi ke mall atau tempat wisata tertentu. Dikaitkan dengan menanam- kan kebiasaan gemar membaca untuk anak, kunjungan ke perpustakaan dapat menjadi alternatif. Diperpustakaan anak dapat diajak mengeksplor buku-buku atau bahan bacaan yang menjadi favoritnya. Terlebih lagi jika mengajak anak ke toko buku, tanamkan pengertian bahwa dengan mencium aroma sebuah buku baru atau dengan merasakan halusmya sampul atau kertas buku merupakan sensasi tersendiri, apa lagi jika membaca buku tersebut. Untuk itu buatlah jadwal kunjungan ke perpustakaan atau ke toko buku minimal sebulan sekali, atau saat libur.

Membaca buku dongeng

Mendengarlan cerita atau membaca buku dongeng adalah keasyikan tersendiri. Melalui dongeng anak akan merasa terhibur sekaligus mendapatkan pesan moral yang berharga. Untuk itu tidak salah jika orang tua menyediakan buku dongeng dirumah yang bisa dibaca saat liburan bersama anak dirumah atau saat anak akan tidur. Bacakan dongeng dengan penuh penghayatan. Anak dapat juga diajak berkomunikasi tentang isi dongeng dan menyebutkan pelajaran berguma yang dapat diambil. Orangtua juga bisa membaca buku dongeng, tapi tidak sampai selesai membacanya. Hal ini akan tentu membuat anak penasaran untuk memahami isi cerita dengan membaca sendiri buku dongeng tersebut.

Saat anak membaca buku, maka kemampuan berfikirnya berkembang, begitu juga emosinya. Untuk itu budaya membaca perlu dibiasakan sejak usia dini agar tidak terasa berat saat  beranjak umurnya. Tidak dipungkiri pesatnya arus informasi menuntut seseorang untuk memproses dan memaknai informasi yang dibacanya. Ilmu pengetahuan dan informasi yang cepat usang juga mengharuskan pembaruan pengetahuan yang diperoleh saat membaca.

Sumber daya manusia yang kuat sangat ditentukan dengan kemampuan membaca yang baik. Tingkat literasi yang rendah akan berdampak signifikan terhadap sumber daya manusia yang lemah dan daya saing yang lemah.

Saat ini sumber bacaan tidak terbatas pada buku kertas, buku elektronik juga dapat dijadikan alternatif. Namun orang tua perlu mengawasi penggunaannya karena anak bisa mengakses gawai untuk keperluan lain, selain buku elektronik. Menghadirkan buku disekeliling anak serta teladan membaca oleh orang tua akan merangsang anak mencintai buku.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I