logo-color

Publikasi
Artikel Populer

GENERASI MUDA ISLAM TAK LANCAR BACA AL-QUR’AN, TANGGUNG JAWAB SIAPA?

Dewi Harlina, S.Si.

Dewi Harlina, S.Si.

Guru SMAN Kota Payakumbuh

Gema Ramadhan terdengar di mana-mana. Hampir semua aktivitas kaum muslimin terlihat begitu berbeda pada bulan suci ini. Mulai dari kegiatan makan sahur dan berbuka,  shalat tarawih dan witir berjamaah di mesjid, menghidupkan malam dengan tadarus dan tahajud,  memperbanyak sedekah, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Berbagai acara bernuansa Ramadhan ditayangkan di media televisi, termasuk iklan pun bernuansa Ramadhan. Para pedagang dadakan bermunculan, mulai dari pedagang takjil sampai  pedagang kebutuhan lebaran.

Dunia pendidikan pun tak ketinggalan dalam mengisi bulan  mulia ini. Berbagai program dilaksanakan di sekolah-sekolah dengan tujuan untuk meningkatkan ibadah dan ketakwaan peserta didik. Proses belajar mengajar  yang biasanya diisi dengan mata pelajaran berdasarkan kurikulum, saat Ramadhan berganti dengan program pesantren kilat yang berisi kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti membaca Al-Qur’an (tadarus), menghafal Al-Qur’an (tahfizh), pidato agama, praktik ibadah, mendengarkan ceramah agama, dan lain-lain. Kegiatan pesantren kilat ini dilaksanakan di sekolah atau di mesjid yang terdekat dengan kediaman peserta didik dan diawasi oleh guru yang telah mendapatkan pembagian tugas tertentu.

Nah, di sinilah terungkap fakta banyaknya generasi muda Islam yang tidak lancar dalam membaca Al-Qur’an. Hal ini disebabkan karena kurang memahami ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur’an. Kenyataan ini menimbulkan ketersentakan, perasaan miris, dan rasa pedih yang mendalam. Peserta didik yang sudah baligh dan sudah berusia di atas 15 tahun, belum lancar membaca Al- Qur’an.  Kenapa hal ini bisa terjadi ? Apakah orang tua mereka menyadari hal ini? Apakah para pendidik mereka peduli dengan hal ini? Salah siapakah ini? Tanggung jawab siapakah ini? Apakah yang bisa kita lakukan?

Al-Qur’an adalah pedoman hidup  umat Islam, sesuai dengan firman Allah dalam Surah Al Isra’ ayat 9 yang artinya: ”Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa  mereka akan mendapat pahala yang besar.” Maka langkah awal yang harus kita lakukan adalah bagaimana caranya agar kita dapat membacanya. Sebab, merupakan hal yang sangat janggal bagi umat Islam untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya, tetapi membacanya saja tidak bisa apalagi memahami ajaran yang terkandung di dalamnya.

Keharusan untuk belajar, mengajar, dan membaca Al-Qur’an ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadits yang artinya: ”Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara, yaitu mencintai nabimu, mencintai keluarganya dan mencintai Al-Qur’an.” (HR. Ath Thabrani).  

Ketidakmampuan seorang generasi muda Islam dalam membaca Al-Qur’an dengan benar akan memberikan berbagai dampak negatif, di antaranya adalah:

  1. Tidak merasa dekat dengan Al-Qur’an
  2. Merasa minder saat mengikuti kegiatan tadarus, di mana setiap orang harus membaca Al-Qur’an dengan suara keras dan dikoreksi bacaannya oleh orang lain
  3. Kurangnya keinginan untuk membaca Al-Qur’an secara rutin
  4. Kurangnya keinginan untuk memahami isi Al-Qur’an
  5. Enggan melaksanakan ibadah lainnya

Beberapa hal berikut adalah beberapa penyebab adanya generasi muda Islam yang tidak lancar membaca Al-Qur’an:

  1. Kurangnya pemahaman akan esensi Al-Qur’an
  2. Kurangnya perhatian orang tua terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an pada anak
  3. Belum adanya alokasi waktu khusus untuk belajar dan membaca A-Qur’an secara rutin
  4. Belum adanya kurikulum pada lembaga pendidikan yang peserta didiknya beragama Islam yang menekankan pada kemampuan membaca Al-Qur’an dengan benar
  5. Terjadinya pergeseran nilai dalam masyarakat yang menganggap kemampuan membaca Al-Qur’an tidak lebih utama daripada kemampuan akademik lainnya

Berikut adalah beberapa tindakan yang diharapkan dapat  mengatasi permasalahan ini:

  1. Memberikan pemahaman tentang esensi Al-Qur’an kepada generasi muda. Hal ini bisa dilakukan melalui  kegiatan diskusi, ceramah agama, atau bedah buku yang dapat diadakan oleh sekolah, perkumpulan remaja masjid, dan organisasi kemasyarakatan lainnya.
  2. Mengintegrasikan Al-Qur’an ke dalam mata pelajaran di sekolah. Sejatinya Al-Qur’an adalah sumber ilmu tertinggi dari semua cabang ilmu yang dikenal saat ini.  Mengaitkan materi pembelajaran dengan kandungan Al-Qur’an merupakan langkah jitu untuk mengetuk kesadaran generasi muda bahwa Al-Qur’an memegang peranan penting sebagai sumber utama dari berbagai ilmu pengetahuan. Banyak sekolah yang telah memasukkan poin ini ke dalam silabus mata pelajaran. Agar program ini lebih teraplikasi, butuh kajian mendalam serta trik khusus dan menarik untuk menghubungkan  mata pelajaran dengan kandungan Al-Qur’an.
  3. Menggalakkan program Maghrib dan Subuh mengaji. Kegiatan ini butuh dukungan dari pemuka dan anggota masyarakat. Pemuka masyarakat, yang dalam hal ini terdiri dari unsur pemerintahan, alim ulama, ninik mamak, dan cadiak pandai berwenang untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat khususnya para orang tua untuk merutinkan kegiatan membaca Al-Qur’an dalam keluarga. Keseriusan dan pengawasan perlu dilakukan terhadap pelaksanaan program ini, agar tercapai tujuan yaitu semua generasi muda Islam pandai membaca Al-Qur’an.
  4. Menjadwalkan pengajaran membaca Al-Qur’an di mesjid bagi pemuda-pemudi yang membutuhkan. Generasi muda Islam, terutama pemuda dan pemudi yang telah mencapai usia setingkat siswa SLTP dan SLTA atau lebih, yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan benar, terhadap mereka perlu diberikan perhatian dan pengajaran khusus. Mesjid dapat memfasilitasi mereka untuk kembali belajar membaca Al-Qur’an dengan benar dengan menyediakan tempat, waktu, dan guru.
  5. Memberikan pelajaran tambahan membaca Al Quran di sekolah-sekolah umum bagi peserta didik yang membutuhkan. Sekolah membuka program khusus untuk siswa yang belum lancar membaca Al-Qur’an, terutama sekolah setingkat SLTP dan SLTA. Lain halnya dengan siswa Sekolah Dasar, mereka masih dalam proses belajar  membaca Al-Quran di lembaga nonformal seperti TPA, MDA, dan lain-lain.
  6. Menjadikan kemampuan membaca Al-Qur’an sebagai salah satu syarat untuk kenaikan kelas, kelulusan, dan lain-lain. Hal ini akan memacu semangat peserta didik untuk dapat membaca Al-Qur’an dengan benar.

Bagaimana pun, orang tua adalah penanggung jawab terbesar dalam mengatasi permasalahan ini. Anak adalah amanah dari Allah untuk dibesarkan dan  dididik sehingga tumbuh menjadi manusia yang bertakwa. Hadits Rasulullaah SAW, yang artinya: ” Hak anak atas orang tuanya ada tiga, yaitu: memilihkan nama anak yang baik ketika baru lahir, mengajarkan Kitabullah Al-Qur’an ketika mulai bisa berfikir, dan menikahkan ketika telah dewasa.” ( HR. Ahmad).

                 Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengatasi permasalahan ini, antara lain:

  1. Membaca Al-Qur’an bersama anak secara rutin di rumah, misalnya setiap selesai shalat Maghrib dan shalat Shubuh
  2. Jika orang tua belum mampu membaca Al-Qur’an dengan benar, hendaknya orang tua memperlihatkan semangat belajar yang tinggi untuk belajar sehingga dapat memotivasi anak untuk belajar. Orang tua bisa mendatangkan guru ke rumah untuk belajar bersama-sama. Belajar membaca Al-Qur’an secara online juga bisa dilakukan di masa pandemi ini
  3. Selalu mengontrol kemampuan anak dalam membaca Al-Qur’an.

Pendidik pada umumnya dan  khususnya yang mengajarkan ilmu membaca Al-Qur’an,  memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengajarkan Al-Qur’an secara baik dan benar serta memastikan peserta didik telah mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Pendidik tidak bisa berlepas tangan begitu saja terhadap kemajuan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an. Jika beberapa peserta didik lambat dalam memahami cara membaca Al-Qur’an dengan benar, seorang pendidik selayaknya bersabar dengan terus memberikan bimbingan.

Pembuat kebijakan memiliki andil yang sangat besar untuk mengatasi permasalahan ini khususnya unsur pimpinan pada instansi pendidikan dan pemimpin lembaga pendidikan. Alokasi waktu tertentu untuk memberi pelajaran  bagi peserta didik yang belum lancar membaca Al-Qur’an, saat ini sangat dibutuhkan.

 Belakangan ini, sudah banyak lembaga pendidikan umum yang memasukkan program tahfizh ke dalam kegiatan ekstrakurikuler. Setiap tahun diadakan kegiatan wisuda tahfizh bagi peserta didik yang telah menghafal Al-Qur’an minimal 1 juz. Namun, bagaimana dengan peserta didik yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan benar? Sudah adakah program untuk mereka?

Kerja sama orang tua, pendidik, masyarakat, dan pembuat kebijakan sangat ditunggu untuk mengatasi permasalahan ini. Bagaimana pun, permasalahan ini adalah tanggung jawab kita bersama. Keikhlasan kita untuk ikut andil dalam mengatasi permasalahan ini, semoga menjadi amal jariyah bagi kita semua. Aamiin Ya Rabbal Aalamiin..

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I